Selasa, 01 Oktober 2013

Devosi September 2013

PRINSIP TRANSISI TUHAN -  Naomi Dowdy                     Home 
01-Okt-2013:  Menunggu dengan Sabar – Di dalam Tuhan, meskipun harus menunggu lama pun pasti punya arti dan tujuan. Tuhan akan memulihkan tahun-tahun yang hasilnya dimakan oleh belalang (Yoel 2:25). Dan Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil sesuai dengan rencana-Nya (Rm 8:28). Tidak ada satu menit pun dalam perjalanan rohani kita yang sia-sia. Waktu menunggu itu waktu yang sangat berharga untuk kesempatan belajar dan bertumbuh.
Seorang wanita tidak akan begitu saja melahirkan setelah hamil satu minggu. Tubuhnya perlu diregang dan disesuaikan karena adanya kehidupan baru yang ada di kandungannya. Pikirannya juga perlu disiapkan untuk menjadi seorang ibu, dan juga perlu mempersiapkan rumah untuk kehadiran bayinya.
Satu minggu setelah dibuahi tidak ada yang bisa menebak bayinya itu laki-laki atau perempuan. Tidak peduli seberapa ingin orangtuanya mau membelikan pakaian atau mengecat kamar bayi yang cocok, mereka harus menunggu berbulan-bulan sampai tahu benar-benar jenis kelaminnya.
Sementara itu bayi akan terus bertumbuh. Mulai muncul tangan dan kaki. Jantung dan otak dan paru-paru terbentuk. Sementara tubuh ibu pun juga mengalami perubahan sehingga bisa melahirkan bayi pada waktunya.
Jika bayi lahir prematur, bayi mengalami masalah yang serius, bahkan bisa meninggal. Dengan memberi cukup waktu untuk bertumbuh secara alami, bayi akan menjadi kuat dan sehat, dan ibu pun dipersiapkan untuk bisa melahirkan dengan lancar.
Demikian juga saat kita mengembangkan destiny yang belum disingkapkan. Saat kita bergerak ke tingkatan yang lebih tinggi, di masa transisi kita, sebenarnya sedang terjadi pertumbuhan yang vital dalam diri kita, yang begitu penting bagi pertumbuhhan dan masa depan kita.
Tuhan mau memberkati kita, tetapi Dia perlu yakin kita cukup bijaksana dan dewasa untuk menangani berkat-berkat yang akan Dia berikan. Dibutuhkan waktu untuk itu.
Oleh karena itu biarlah kita bersabar saat memasuki musim baru kita. Jangan terburu-buru mencoba mengubah diri-sendiri atau tergesa-gesa sehingga mendahului waktunya Tuhan. Rangkullah proses transisi yang ada dan mulailah bergerak maju, dan bergerak ke atas – sekarang.

30-Sep-2013:  Perubahan dan Hubungan – Satu unsur transisi yang pasti berlaku bagi setiap orang ialah: perubahan bukan masalah pribadi. Pergerakan kita ke tingkatan lebih tinggi akan memberi pengaruh ke orang lain di hidup kita – pasangan hidup, anak-anak, rekan gereja dan bisnis atau team pelayanan. 
Saya sendiri perlu paling tidak 10 tahun masa transisi dari gembala gereja yang saya bangun. Saya sadar jika harus melangkah lebih jauh, meskipun tidak dalam waktu dekat, saya harus mengadakan transisi kepemimpinan gereja agar ada muncul orang yang bisa ambil alih kepemimpinan saya. Memang, paling tidak perlu sekitar 5 tahun untuk bisa melihat potensi pemimpin baru dan meneliti motif-motif hati dan karakternya. Diperlukan 5 tahun lagi untuk menyiapkan mereka bisa mengatasi tekanan-tekanan yang ada serta menguasai wawasan dalam posisinya. 
Jika kita mendapat tekanan waktu, ketahuilah kalau transisi itu sebagai peredam yang baik bila dibandingkan dengan rencana atau pendidikan untuk mengadakan perubahan kepemimpinan, meskipun yang baik sekalipun. Di lapangan kita akan sulit menumbuhkan pemimpin baru agar berhasil dalam melewati transisi, jika hanay didasarkan pada teori semata. 
Kita yang mendapat tekanan waktu harus mencari bantuan orang luar yang telah berhasil melewati masa transisinya. Cari seseorang yang punya pengurapan apostolik kuat di wilayah bimbingan dan hikmat spiritual. 
Transisi itu tidak pernah hanya permasalahan pribadi. Dalam persiapannya dibutuhkan keterlibatan orang lain, dan tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. ¤ 

29-Sep-2013:  Menyingkirkan dan Mengganti – Jika saja Tuhan segera menyingkirkan semua penghalang yang ada di depan kita, kita juga segera akan menghadapi kekosongan yang besar, yang akan mengundang bahaya besar. Melalui Musa Tuhan minta orang Israel, ‘tidak boleh membinasakan mereka dengan segera, supaya jangan binatang hutan menjadi terlalu banyak melebihi engkau.’ (Ul. 7:22)
Versi New King James ayat tersebut menuliskan, ‘Jika binatang liar menjadi terlalu banyak bagimu.’ Artinya, jika Tuhan tidak menghalau musuh dengan perlahan-lahan, binatang buas akan menjadi lebih berbahaya dibandingkan dengan pasukan lawan.
Tuhan akan bertindak dengan cara menyingkirkan dan menggantikan. Tuhan akan melakukan ini juga terhadap sikap, cara-pikir, lingkungan, hubungan dan segala sesuatunya agar menjadikan kita terjagai dan benar-benar siap serta diperlengkapi untuk memiliki janji-janji yang Dia telah berikan kepada kita. Misalnya, di saat kita takut, Dia akan mengatur situasi yang sehingga kita mengatasi ketakutan dan menggantikannya dengan iman.
Jika kita ber hutang dan membutuhkan terobosan keuangan, Dia bisa saja menyediakan pekerjaan tambahan sehingga keterikatan kita untuk membayar tagihan diganti merdeka dalam keuangan. Jika ada seseorang yang nantinya akan mengikat kita dengan kewajiban-kewajiban, Tuhan bisa menyingkirkan orang tersebut dan meminta kita membangun hubungan dengan seseorang yang punya hati dan kemampuan untuk memberkati kita saat ada di tingkatan berikutnya.
Semakin penting perubahan yang ada di kehidupan kita akan semakin memerlukan waktu dan ketaatan; jadi jangan frustrasi saat ada di tengah-tengah proses. Tetap bersyukurlah saat ada di waktu-waktu persiapan, dan tetap positif saat ada upaya besar Tuhan yang sedang melatih kita. Begitu Tuhan menyingkirkan hal-hal yang menghalangi dan menggantikannya dengan hal-hal yang membantu, sesungguhnya Dia sedang menjadikan kita menjadi kuat, bijak, pahlawan yang diperlengkapi dengan baik yang akan mampu muncul sebagai pemenang di setiap pertempuran yang ada.

28-Sep-2013: Sedikit demi sedikit – Firman yang membantu memahami perubahan ada di Ulangan 7:22, ‘TUHAN, Allahmu, akan menghalau bangsa-bangsa ini dari hadapanmu sedikit demi sedikit; engkau tidak boleh membinasakan mereka dengan segera, supaya jangan binatang hutan menjadi terlalu banyak melebihi engkau.’
Musa mengucapkan kata-kata tersebut ke orang Israel berkenaan dengan perjalanann mereka untuk memasuki Tanah Perjanjian. Saat mereka memperhatikan ke sekelilingnya, yang gampang dilihat ialah mereka harus menaklukkan bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari mereka. Ini membuat mereka gugup dan takut. 
Mereka tahu pertempuran hebat akan terjadi di depan mereka, dan mereka tidak yakin bisa menang. Tetapi Musa tahu isi hati Tuhan yang ingin agar mereka menang terhadap musuh-musuh hebat mereka. Dan Musa juga tahu kalau Tuhan punya strategi untuk memenangkan dan melepaskan diri dari peperangan hebat tersebut.
Apa rencana Tuhan? Prinsipnya, setiap kali perlu mengambil satu langkah, ‘sedikit demi sedikit.’ Orang Israel tidak berharap Tuhan akan turun dari sorga dan menyapu bersih musuh-musuh mereka dan memberi jalan bebas hambatan ke Tanah Perjanjian. Tidak! dalam hikmat-Nya, Tuhan tahu mereka harus berperang untuk merebut negeri itu karena mereka butuh kekuatan dan rasa-percaya-diri. Ini mereka peroleh dari setiap kemenangan yang mereka dapatkan di sepanjang jalannya dalam memamsukiTanah Perjanjian.
Tuhan juga punya tanah-tanah perjanjian bagi kita. Dia telah menaruh visi dan kerinduan di hati kita, dan di bagian paling dalam hati kita, kita bisa mendengar panggilan destiny dari Dia.
Kita semua sedang dalam perjalanan ke penggenapan untuk memiliki semua janji Dia, dan sama seperti orang Israel, kitapun akan berhadapan dengan lawan-lawan dalam perjalanan tersebut. Tuhan punya strategi kemenangan bagi kita yang sama seperti yang diberikan kepada mereka: sedikit demi sedikit. Kita akan sampai ke tempat yang Dia inginkan dengan setiapkali mengambil satu langkah maju; setiap hari bergerak maju. Satu kemenangan demi satu kemenangan.
Tuhan tidak akan sekaligus menghilangkan semua lawan kita. Tuhan juga tidak akan memberi tanah perjanjian kita tanpa kita memiliki pengalaman-pengalaman dimana kita bisa mengambil pelajaran dan membangun kekuatan yang kita butuhkan untuk menempati tempat yang baru. Di tempat-tempat transisi seperti itulah persiapan sedang dilakukan. Tuhan akan menyingkirkan musuh-musuh kita, satu persatu, melalui kita. Ini membutuhkan waktu.

27-Sep-2013:  Hakekat Transisi – Tuhan merancang perubahan itu sebagai proses, bukan peristiwa atau kejadian. Agar bisa ke tingkat yang lebih tinggi tidak terjadi dengan cepat, dibutuhka suatu transisi. Agar berhasil transisi membutuhkan waktu waktu.
Sesungguhnya Tuhan itu tertarik pada hasil akhir suatu perubahan yang Dia telah atur dalam kehidupan kita, meskipun begitu pertumbuhan dan kedewasaan yang menyertai transisi juga sangat penting bagi Dia. Karena itulah Tuhan sepertinya bekerja dengan rajin, dengan sengaja, dan sepertinya lebih lambat daripada yang kita inginkan.
Namun, waktu-Nya itu sempurna. Dan semua transissi mmerupakan bagian rencana besar hidup kita yang akan membawa kita ke suatu sukacita besar dan penggenapan, jika kita mau dengan sabar bekerja sama bersama-Nya.

WASPADAI PENGURAPAN PALSU -  J. Lee Grady                     Home 
26-Sep-2013: #6 Pengurapan itu bukan manifestasi buatan – Kita senang saat Roh Kudus melakukan mujizat. Tetapi jika ada yang memalsukan apa yang supra-alami untuk menarik perhatian pengunjung, atau untuk memperoleh persembahan banyak, sebaiknya kita lari ke pintu dan keluar. Jika kita punya rasa takut kepada Tuhan, kita tidak akan pernah mencoba menunjukkan pengurapan dengan berteriak-teriak, atau memakai kata-kata yang mempengaruhi, membeberkan kesaksian-kesaksian diri atau memercik-mercik sesuatu untuk meninggikan diri.
Charles Spurgeon mengatakan pengurapan Roh Kudus itu sebagai ‘minyak,’ dan mengatakan, ‘Minyak itu sesuatu yang tidak bisa kita buat sendiri. Kalau itu terjadi itu adalah minyak palsu. Dan yang palsu itu lebih buruk dari sampah!’ Mari kita meninggalkan setiap pengurapan palsu dan minta agar Tuhan sendiri yang menjawab seperti jawaban kepada Gideon, agar Dia merendam kita dengan kuasa Ilahi-Nya.

25-Sep-2013: #5 Pengurapan itu bukan emosi – Kurangnya pengurapan yang ada di gereja akan menciptakan suatu kekosongan, yang segera akan diisi dengan teriakan, kegaduhan dan bentuk-bentuk manifestasi tindakan agamawi lain. Tidak peduli dengan materi yang dikotbahkan – akan dianggap diurapi jika si pengkotbah menyela kotbahnya dengan teriakan-teriakan yang membuat pengunjung kaget. Ingat, meskipun orang Israel bersorak saat tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan sehingga membuat bumi bergetar, pada akhirnya tokh tabut itu dirampas orang Filistin! (1 Sam. 4:5-11).

24-Sep-2013: #4 Pengurapan itu bukan tehnologi – Kita suka memakai grafis digital saat berkotbah. Tetapi seringkali pertemuan-pertemuan yang paling diurapi tu terjadi di Dunia Ketiga, di tempat-tempat yang daya listriknya tidak melimpah, tanpa ada komputer maupun proyektor! Saat pengurapan sejati turun melalui seseorang, dia bisa terus berbicara dan memukau selama dua jam tanpa disela oleh pertunjukan-pertunjukan jeda hiburan.

23-Sep-2013: #3 Pengurapan itu bukan kefasihan berbicara – Sebagian orang memiliki kefasihan dalam berbicara (termasuk pembicara motivasi sekuler). Tetapi ketrampilan mendorong atau persuasif itu tidak sama dengan pengurapan. Embun sorgawi itu kudus, yang mampu memberikan dorongan kuat dan pertobatan – bukan memacu kesadaraan-diri dan ego seseorang. Pembawa pesan Tuhan atau pengkhotbah itu tidak akan mendirikan diri sendiri atau pelayanannya – tetapi mempersembahkannya untuk bisa membawa pendengar berfokus hanya kepada Putera Allah, Yesus Kristus.

22-Sep-2013: #2 Pengurapan itu bukan jumlah – Sekarang kita begitu menekankan pada jumlah jemaat untuk mengukur penting dan besarnya gereja. Tuhan sepertinya tidak terkesan pada kerumunan banyaknya orang. Bukan berarti kita menentang gereja besar selama memang memberitakan injil. Tidak dimungkiri banyak dari gereja besar yang bisa melakukan pelayanan dengan lebih baik dibandingkan gereja kecil. Tetapi, kita akan menuju ke suatu bencana jika jumlah atau kapasitas tempat duduk yang ada di gereja saja yang dianggap bisa menggambarkan perkenaan Tuhan!

21-Sep-2013: #1 Hakekat Pengurapan Sejati – Gideon itu salah satu kisah favorit di Alkitab karena pergumulannya dengan karakter rasa-rendah-dirinya. Tuhan menarik  orang yang merasa paling lemah ini dari liangnya dan memanggilnya untuk membebaskan Israel. Jawaban Gideon ‘Siapa saya?’ bisa mengingatkan seseorang akan percakapannya dengan Tuhan. Tidak ada satu orang pun di antara kita yang merasa memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Dari kisah Gideon bisa diambil pelajaran bahwa seorang pengecut dan enggan pun bisa diubahkan menjadi pahlawan yang gagah perkasa.
Kita pernah mendengar ada orang yang mengkritik Gideon dengan bulu dombanya dan minta dua kali Tuhan meneguhkan janji-Nya (Hakim 6:36-40). Tetapi tidak disebutkan di Alkitab kalau Tuhan jengkel pada permintaan Gideon itu dan Tuhan pun menjawab keduanya dari Sorga. Embun itu lambang perkenaan dan berkat Tuhan.
Pasukan Gideon yang mengesankan diturunkan jumlahnya dari 32,000 menjadi 300 orang, dan mereka maju berperang hanya membawa  sangkakala, buyung kosong dan suluh. Melalui kemenangan supra-alami atas Midian, Tuhan dengan jelas menunjukkan perbedaan antara pengurapan-Nya dengan kemampuan manusiawi.
Setelah mempelajari kisah Gideon, apa kita mempercayakan diri kepada Roh Kudus agar bekerja dalam diri kita, atau menggantungkan diri pada kedagingan kita? Apa kita memiliki embun mahal yang melambangkan pengurapan supra-alami-Nya dalam hidup kita, atau kita membuat sendiri sesuatu yang murahan, yang berasal dari usaha manusiawi untuk melakukan pekerjaan dan pelayanan kita?
Sekarang ini banyak orang Kristen tidak bisa membedakan antara peluh kedagingan dengan embun sorgawi, yang sangat berbeda sekali. Kita seringkali salah dalam membedakan antara pengurapan palsu dengan yang sejati. Apa saja yaang harus kita waspadai?

MENERAPKAN 4-JAWATAN KRISTUS DALAM KEHIDUPAN -  Joseph Mattera                     Home 
20-Sep-2013: Rangkuman – Tanpa pelayanan keimaman gereja tidak memiliki kehidupan rohani dan tidak memiliki orang-orang yang mengalir. Tanpa pelayanan kerajaan gereja tidak memiliki standard hukum bagi manusia dan dunia politik. Tanpa pelayanan profetis gereja tidak akan memiliki orang-orang yang bisa berbicara bagi Tuhan untuk menjagai orang-orang di dunia dan gereja bertanggung-jawab. Tanpa pelayanan apostolik gereja akan membangun kedalam dan hanya berteori, memiliki ide-ide baik, tetapi tidak mampu benar-benar menghasilkan substansi kerajaan. 

19-Sep-2013: #5 Rasul – Yesus itu Jenderal / Ahli Strategi yang mendirikan dan membangun gereja-Nya sebagai Pionir yang memerintahkan kita untuk menjangkau bangsa-bangsa (Mat. 28:19-20).
Rasul itu sebagai ‘pembuka-tanah’ yang menaklukkan dan menegakkan teritorial baru sebagai jederal pasukan Allah.
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16) Dia mengutus Putera-Nya ke dunia sebagai seorang rasul. Di Yoh. 17:3, kata ‘diutus’ itu dari kata apostello yang dalam bahasa Inggris ‘apostle.’
Jika gereja hanya meninggikan jawatan gembala tanpa pemahaman apostolik akan menjadikannya menetap dan diam, yang fokus utamanya hanya memelihara kawanan domba dan membangun kerajaan sendiri. Saat para pemimpin apostolik memimpin suatu gereja menjadikan jemaat lokal akan berfokus pada misi gereja, yang senantiasa akan menanam jemaat baru dan mengirim para pemimpin keluar untuk mempengaruhi kota dan bangsa di setiap lingkup pengaruh sosial (Kis. 1:8). Kepemimpinan apostolik akan menjaga gereja terus bergerak maju.

18-Sep-2013: #4 Nabi – Nabi itu pelaksana kovenan Raja ke manusia mewakili Tuhan (Mi. 3:8). Para pengikut Kristus diwajibkan untuk menjadikan para pemimpin agama, politik dan komunitas bertanggungjawab akan standar-standar moral dan etika berdasarkan firman Tuhan. Nabi mengambil aspek fungsi keimaman dan raja serta mencari Tuhan, memakai pikiran-Nya untuk suatu hal, dan menjadikan para pemimpin bertanggungjawab. Selain itu para nabi juga diperlukan untuk memperlengkapi umat kudus dalam melakukan pelayanannya (Ef. 4:11-12), untuk menggenapkan segala sesuatu bagi kerajaan Kristus (Ef. 4:10).

17-Sep-2013: #3 Raja – Pendeklarasian Yesus sebagai Raja diraja merupakan pernyataan politik yang dilakukan oleh seseorang, yang artinya Yesus dinyatakan sebagai Presidennya presiden, Gubernurnya gubernur, dll! Ini mewajibkan bagi setiap umat percaya untuk terlibat dalam budaya sebagai garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16); mewajibkan mereka yang ada di kepemimpinan budaya dan politik untuk memahami bagaimana menerapkan hukum Raja ke bangsa-bangsa dan budaya-budaya mereka. (Sepuluh Perintah Allah yang diberikan di Kel. 20 merupakan cetak-biru bagaimana membangun struktur suatu bangsa yang utuh sehingga terselaras dengan Tuhan dan sesama, dan mengalami kemakmuran yang tidak terikat!) Kerajaan itu artinya domain atau wilayah atau hukum-hukum, dan Sepuluh Perintah Allah itu menyingkapkan kewajiban gayahidup kemanusiaan terhadap Tuhan dan manusia dalam terang esensi Tuhan dan hakekat kudus. Hukum itu dibuat bukan untuk orang benar tetapi sebagai penuntun untuk membawa orang ke Kristus (Gal. 3:24; 1 Tim. 1:8-11). Tanpa hukum moral tidak akan ada keyakinan karena tujuan hukum itu untuk memberi pengetahuan akan dosa-dosa kita (Rm. 3:19-20) di dunia, yang akan menunjukkan kebutuhan seseorang akan Juruselamat. Hukum sendiri tidak bisa menyelamatkan dari dosa tetapi keyakinan kita akan dosa menjadikan kita membutuhkan Juruselamat untuk pembersihan.

16-Sep-2013: #2 Imam – Fungsi utama seorang imam ialah menghubungkan manusia dengan Tuhan dan dengan tujuan-Nya (Ibr. 5:1-4; Bil. 16:48). Di Perjanjian Baru ini dinyatakan dalam konteks gereja dalam bersyafaat, kotbah, memperlengkapi umat kudus da mengutus mereka ke dunia untuk menyatakan kerajaan Allah. Setiap umat percaya itu bagian imamat rajani (1 Pet. 2:8-9) yang dipanggil untuk memuridkan dan membaptis bangsa-bangsa di dunia yang belum ditebus (Mat. 28:19-20).
Seperti Kristus, kita perlu menghidupi kehidupan-syafaat bagi umat kudus (Ibr. 7:25; Yoh. 17:9), dan memberitakan kabar baik tentang kerajaan ke orang miskin (Luk. 4:18) sehingga mereka bisa disembuhkan (Luk. 4:18) dan diutus mentransformasikan kota-kota dan mematahkan kutuk-kutuk generasi (Yes. 61:4)!
Para imam berfokus pada mereka yang belum selamat untuk dibawa ke gereja, didewasakan dalam iman, dan mengutus kembali keluar mewakili kerajaan Allah di dunia.
Sebagai imam Yesus mempersembahkan diri-Nya (Ibr. 9:11-14) di salib demi manusia dan kerajaan. Demikian juga para imam Tuhan, dipanggil bukan hanya untuk memberi persembahan tetapi juga untuk mempersembahkan dirinya dan memikul salibnya (1 Yoh. 3:16).

15-Sep-2013: #1 4-Jawatan Kristus – Firman Tuhan mengajar kita kalau Tuhan Yesus melakuka beberapa jawatan utama: Imam, Raja, Nabi dan Rasul. Ini bisa ditemukan di beberapa bagian Alkitab, tetapi kita hanya mangutip beberapa saja.
Iman disebutkan di Ibrani 4:14; Raja di Yohanes 18:36-37, Wahyu 19:16; Nabi di Keluaran 18:15, Lukas 24:19; dan Rasul di Ibrani 3:1 (hanya rasul yang bisa menunjuk rasul lain).
Bukan haya itu, Yesus datang sebagai Anak Manusia yang sempurna, artinya jawatan-Nya Dia terapkan sepenuhnya sebagai manusia, sehingga kita bisa juga menerapkan itu dalam sistem yang berkaitan dengaan manusia dan manusianya sendiri (Lukas 5:24; 18:8; 22:69).
Alkitab mengajar kita ‘sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.’ (1 Yoh. 4:17), artinya para pengikut Kristus wajib menerapkan kehidupan dan pelayanan Kristus di dunia yang sekarang ini. Ini esensi Kerajaan Allah. Kerajaan Allah datang ke dunia tidak lain untuk menunjukkan jalan, kebenaran dan kehidupan Kristus (Yoh. 14:6) melalui gereja ke orang-orang dan sistem-sistem dunia.
Banyak sekali yang bisa dinyatakan tentang kehidupan dan pengajaran Yesus Kristus; tetapi kita hanya berfokus di empat jawatan tersebut di atas.

HATI TIDAK TERJAGA -  Fracis Frangipane                     Home 
14-Sep-2013: 5. Bangun Penjaga – Saya tidak mau terlalu banyak membicarakan tentang sihir sebab terlalu berfokus pada hal atau peperangan itu akan membuat kita masuk ke rawa kegelapan. Biarlah kita tetap  punya wawasan yang benar. Meskipun begitu kita perlu mewaspadai dunia roh yang ada di sekitar kita, baik masalah sihir yang sedang kita hadapi atau sekedar kelemahan alami kedagingan kita. Kita perlu menutup pintu rapat-rapat terhadap hiper-seksualitas yang ada di dunia ini, yang sepertinya dunia sendiri ‘tidak ada yang menjagainya.’ Tetapi bagi mereka yang ada di kerajaan Allah, ‘senjata kami dalam perjuangan . . . diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.’ (2 Kor. 10:4). Senjata dan pertahanan kita itu hebat, tetapi kita harus mengggunakannya. Firman mengingatkan, ‘Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.’ (Ams. 4:23). NIV menuliskan, ‘Di atas semua itu, jagai hatimu, karena segala yang engkau perbuat mengalir dari situ.’
Seorang penjaga itu seseorang yang telah dipersenjatai dan dilatih untuk mengenali musuh dan menyerangnya balik. Kita ada dalam peperangan dan harus tetap memiliki kehidupan dengan sikap militant. Kita tidak boleh membiasakan diri atau santai dengan dosa-dosa atau pencobaan yang ada. Jika kita memakai internet, pakai program pelindung. Belajar untuk bisa bertanggungjawablah. Jangan memberi makan selera seksual atau nafsu kita, karena hal itu punya sifat yang menjadikan ‘ketagihan’, dan yang hanya membawa dari hal buruk ke hal yang lebih buruk lagi (Rom. 1:24–28).
Jika sekarang kita terikat dengan suatu dosa musuh mencoba mengisolir peperangan kita dari orang lain. Usaha untuk menutupi atau menyembunyikannya merupakan alat Setan untuk lebih menjerat kita; jadi, berbicaralah kepada seseorang (Ef. 5:11–13). Jika kita punya pengalaman dengan dosa, mulailah melakukan proses pembersihan dan mencuci ‘jubah . . . di dalam darah Anak Domba’ (Why. 7:14). Akui satu persatu dosa-dosa kita di hadapan Allah dan sesama.
Sekaranglah waktu yang baik untuk membangun kerohanian kita. Ambil langkah-langkah maju dalam perjalanan rohani kita. Kembali ke Firman karena pedang Roh itu adalah Firman Allah. Pakai otoritas Firman Tuhan untuk menjagai hati kita dari serangan roh jahat.
Hal paling penting yang kita bisa lakukan ialah kembali dengan sepenuh hati kepada Tuhan. Tuhan berjanji, ‘Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.’ (Mz. 91:14).
Kekasih Tuhan, sekaranglah mulai membangun pelindung hati kita.
‘Tuhan, hari ini saya merendahkan diri di hadapan tahta-Mu. Engkau menilik hati saya dan peperangan yang sedang saya hadapi. Saya mohon Engkau memulihkan saya; jadikan saya lebih berhikmat. Jangan biarkan musuh saya menang. Penuhi saya dengan Roh Kudus-Mu dan jaminan saya bisa berjalan dengan hati yang murni, hati yang terjagai, di hadapan-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus. Amen.’

13-Sep-2013: 4. Serangan Halus - Roh Izebel itu si 'pembisik pria.' Cara dia melakukan pendekatan bukanlah dengan kegagahberanian tetapi dengan merayu, menggoda dan merangsang kemerosotan ke pemikiran kedagingan. Ini merupakan kekuatan senyap yang menekan dan seterusnua akan melucuti hatinurani seseorang. Dalam kerinduan kita untuk bisa hidup benar di hadapan Tuhan, apa yang sesungguhnya harus diperangi ialah Izebel - khususnya sihir-sihirnya
Bisa saja ada yang berdalih, 'peperangan saya hanya dengan dosa.' Mungkin saja itu benar bagi sementara orang, tetapi bagi  orang lain itu  suatu serangan rohani ke hati yang tidak terjagai. Kekuatan serangannya mungkin ditujukan ke orang Kristen pada umumnya, tetapi sasaran khususnya ialah para pemimpin gereja dan mereka yang dipanggil untuk menempati otoritas di kerajaan Allah.
Sepertinya dunia punya kemampuan lebih besar untuk membedakan dibandingkan gereja, seperti bisa dibaca dari pemilihan kata-kata lagu lama  'Witchcraft' Frank Sinatra. Lagu menyingkapkan karakteristik pengaruh sihir. Tentunya perlindungan untuk itu sudah kita miliki dalam Kristus, tetapi pertahanan itu dimulai dengan menjagai hati kita dari kesempatan dan penipuan roh Izebel.

12-Sep-2013: 3. Waspadai - Yesus meyiingkapkan kalau sumber  manipulasi seksualitas ini  roh Izebel (Rev. 2:20). Amoral yang termanifestasi di budaya Barat menunjukkan bagaimana peningkatan pengaruh penguasa kegelapan ini. Kalau keadaan yang terjadi sekarang dibandingkan dengan standar budaya limapuluh tahun yang lalu dengan mudah bisa diketahui  kalau peradapan kita sedang diserang. Terlalu banyak orang Kristen yang menurunkan pertahanannya, dan banyak juga yang tergelincir memasuki perangkap.
Senjata Izebel lebih dari sekedar nafsu; tetapi juga sihir, yang menyerang dan melucuti  hatinurani atau menjadikannya tidak peka lagi. Ingat ucapan Yehu, 'Bagaimana ada damai, selama sundal dan orang sihir ibumu Izebel begitu banyak!' (2 Raj. 9:22).
Kita memerangi persundalan dan sihir Izebel. Mereka yang pernah dikalahkan roh ini seringkali merasa merasa diseret oleh nafsunya. Mereka melakukan dosa yang keji, yang nyaris berani menantang Tuhan (atau iblis). Ýwng saya makdudkan peperangan yang dilancarkan ke pemimpin gereja. Berapa banyak yang harus jatuh terlebih dahulu sebelum kita sadari perlunya pertobatan dan  kemampuan untuk membedakan? 

11-Sep-2013: 2. Pertempuran Yang Tidak Seimbang – Saya tidak akan menyalahkan iblis karena dosa yang kita lakukan sebab adanya pementingan dan kegemaran-diri, yang menghasilkan dosa. Itu merupakan insting hakekat kejatuhan kita sebagai manusia. Di samping itu mari kita juga belajar membedakan keunikan peperangan yang saat ini sedang terjadi. Dunia kita sedang dibanjiri oleh super-seksualitas dan eksesnya. Daerah ‘lampu merah’ telah berpindah dan memasuki rumah-rumah via internet, bioskop dan televisi. Kita menipu diri  jika kita berpikir bisa menangani imajinasi amoral dan merasa tidak akan terkontaminasi.
Pikiran yang tidak terjagai, yang 'mau' menampung kegelapan, merupakan pemangsa rohani yang ditaburkan, yang segera mengenali kelemahan moral kita. Bahkan, melalui tehnologi modern, realita alternatif – dunia fantasi yang diciptakan oleh imajinasi pikiran – bisa diciptakan dan diakses oleh alam demonik. Kalau kita sedang menonton suatu film misalnya, itu tidak sekedar menonton; sesungguhnya kita diserap bersamanya.
Banyak hakekat akibat kejatuhan manusia yang bisa dipakai untuk kejahatan. Jika kita tidak menjagai hati dan menghindari apa yang disebut dosa, alam fantasi ini akan membuka kegelapan, membuat proses berpikir kita terbuka dan tidak terlindungi terhadap serangan roh jahat yang akan membangun benteng-benteng di jiwa manusia.
Apa yang menyenangkan kita sesungguhnya bisa memasuki atau merasuki diri kita. Jika kita dihibur oleh pornografi atau fantasi seksual, pikiran-pikiran yang jahat, sesungguhnya kita sedang membuka jiwa kita bagi neraka. Kita harus dengan jujur mau menghadapi peperangan ini, bertobat dar dosa, dan membangun perlindungan bagi hati kita. Jika tidak, peperangan kita berubah dari pencobaan ke sesuatu yang serius, ikatan sex yang tersembunyi, yang pada akhirnya akan berkembang untuk memenuhi nafsu kita yang terus dirangsang ini.

HATI TIDAK TERJAGA -  Fracis Frangipane                     Home 
10-Sep-2013: 1. Hati Yang Tidak Terjagai – Saya tahu hanya sedikit yang mau menganggap hal-hal yang akan disampaikan berikut ini sebagai ‘kedalaman akhir’  yang sedang datang. Yang lain akan menganggap ini sesuatu yang dibesar-besarkan melalui batasan-batasan yang ada. Tetapi saya mau berfokus pada alasan mengapa beberapa pemimpin jatuh dalam kegagalan moral yang serius. Apa yang akan saya sampaikan ini bisa untuk melindungi diri dari kegagalan yang sama.
Kejadian jatuhnya pemimpin dalam skandal yang mendadak dibuka bisa dipakai sebagai pembelajaran. Bagaimana agar bisa terlindung dari nafsu duniawi, meskipun sudah memiliki pengetahuan keselamatan yang luas?
‘Virus’ atau ‘cacing’ apa yang bisa masuk ke pemikiran seseorang, dan yang terus menggali untuk masuk ke hatinya, dan bertumbuh sedemikian sehingga membuat seorang pemimpin terpikat untuk mau mengambil resiko terhadap orang-orang mereka kasihi sekedar untuk memenuhi nafsu kedagingannya? Apa itu hanya dosa? Atau mungkin ada sesuatu yang lebih dalam – kurangnya kemampuan membedakan yang rohani – yang membiarkan hati pemimpin rentan akan manipulasi demonik? Sehingga hati mereka tidak terjagai akan serangan neraka.

GERAKAN BARU ALLAH -  R. Loren Sandford                     Home 
9-Sep-2013: 4. Hakekat Gerakan Baru – Gerakan baru Roh Allah saat ini bangkit sebagai gelombang, yang bukan berkaitan dengan ‘menerima’ dari Tuhan, meskipun sesungguhnya kita terus ‘menerima’ dari Dia. Kita ‘memberi’ kepada Tuhan; salah satu bentuk pujian tertinggi yang kita bisa persembahkan kepada-Nya ialah bersyukur menerima apa yang Dia beri. Meskipun begitu, yang sekarang ini tidak berfokus pada ‘apa sedang kita terima’ tetapi ‘akan menjadi apa’ kita. Ini mengenai impartasi hati, hakekat dan karakter Bapa kedalama diri kita sampai kita benar-benar layak disebut ‘anak Allah’, sesuatu yang menjangkau hati kita yang paling dalam, yang memancarkan Siapa Bapa kita itu. 
Yoh 1:12 mengatakan, ‘Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.’ Ini bukan sekedar sebagai turunan genetika atau penciptaan dengan tangan-Nya. Untuk bisa menjadi ‘anak’ artinya benar-benar menyerupai. Rm 8:19 menyatakan, ‘Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.’
Gerakan baru yang saya maksudkan ialah impartasi hakekat Bapa dalam karakter, watak, hati dan roh. Inilah waktu keserupaan kita dengan ‘gambar Anak-Nya’ (Rm. 8:29). Ini tidak ada kaitannya dengan legalitas agamawi atau penampilan, tetapi berkaitan dengan transformasi karakter dari dalam keluar, sampai kita memiliki hati Bapa sendiri.
Kita bergerak dari ‘perbaikan’ ke ‘pengubahan’, dari ‘menerima’ ke ‘menjadi’, sehingga kita bisa memancarkan hakekat Bapa sehingga dunia bisa melihat dan mengenal Dia dengan apa yang mereka lihat dan rasa dalam diri kita.
Disinilah letak substansi yang kita rindukan. Ini akan membawa ke keintiman dengan hati Bapa yang lebih besar lagi melalui Yesus. Ini realisasi deklarasi Yesus yang mengatakan cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya (Mat. 10:25). Saat orang melihat Yesus, mereka melihat Bapa. Demikian juga seharusnya dengan kita, di tengah-tengah meningkatnya skandal dan kejatuhan moral yang juga melibatkan para pemimpin ternama Kristen. Bukankah ini merupakan waktu yang tepat agar orang bisa melihat hakekat Bapa disingkapkan melalui anak-anak-Nya? 
Akan menjadi apa kita? Tanda heran dan mujizat bukanlah tujuan kita, itu hanya sebagai hasil. Kesejahteraan juga bukan fokus kita, itu sebagai akibat. Kemakmuran bukanlah yang kita kejar tetapi hanya merupakan karunia karena mengasihi Bapa dan integritas. Kemuliaan juga tidak seharusnya yang kita rindukan di hati kita. Tetapi respon Bapa ke mereka yang menjadi intim dengan-Nya di level hati dan karakter.
Dengar jeritan ini! Perpindahan yang baru saja dimulai ini akan menjadi semakin penting, dan menjadi semakin dalam, di luar apa yang kita sadari.

8-Sep-2013: 3. Mental Mementingkan Diri – Penyembahan menjadi suatu pengalaman pribadi untuk menerima dan dinikmati, bukannya persembahan yag dinaikkan sebagai aroma yang menyenangkan bagi Tuhan dan demi Dia saja. Kesembuhan bukan lagi sebagai alat agar kita bisa lebih utuh bisa memberikan hidup untuk melayani orang lain, melainkan sesuatu yang diterima untuk mengurangi sara sakit kita  sehingga bisa lebih ‘bahagia.’ 
Pelayanan profetik terlalu sering ditekankan dengan kata-kata pujian yang menyenangkan dan sanjungan yang merefleksikan isi hati destiny ‘luar-biasa’ seseorang, bukan lagi sebagai kebenaran untuk mengubahkan-hidup seseorang. Kita mulai rajin menghadiri jadwal seminar-seminar hamba-hamba Tuhan terkenal, berharap pengurapan mereka bisa memercik dan mengimpartasi sesuatu kepada kita untuk bisa memberi makna dalam hidup kita, atau bisa mendonkrak pengalaman supra-alami kita. 
Yesus datang untuk menyingkapkan hakekat dan karakter Bapa-Nya, ‘Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa’ (Yoh 14:9). Kita punya pengalaman pewahyuan bertahun-tahun melalui hamba-hamba-Nya, dimana mereka memberi pengaruh kepada dengan istilah-istilah tidak pasti kalau Bapa itu mengasihi kita. Mereka membawa kesembuhan ke luka-luka generasional tanpa-bapa yang tumbuh dari budaya yang mementingkan-diri-sendiri kita. Mereka telah menggenapkan panggilannya dengan baik, tetapi perlu adanya pengejaran yang bersifat bisa mengobati, yang berfokus untuk menerima sesuatu dari Bapa sorgawi kita untuk memperbaiki kerusakan yang ada, menyembuhkan hati kita dan mengisi kekurangan yang ada. 
Memang tidak ada yang salah dengan seminar-seminar yang diadakan! Tetapi tetapi itu hanya satu bagian saja dari dua bagian dorongan hati Bapa. Terlalu banyak dari kita yang salah menyuntikkan pengajaraan-pengajaran yang ada ke kerangka yang berpusat oada-diri-sendiri kita. Terlalu banyak kita yang tingggal di ‘Bapa mengasihi kita!’ dan yang berakhir dengan habisnya anggur karena kebocoran yang terjadi melalui di bejana yang cacat bangunan budaya kita.

7-Sep-2013: 2. Bejana Cacat – Saya tumbuh dalam Pembaharuan Kharismatik, berumur 7 tahun di tahun 1958 saat orangtua saya menerima baptisan Roh dan menjadi pemimpin internasional di gerakan tersebut. Sejak saat itu saya dijamah oleh setiap gerakan Roh yang Tuhan kirimkan untuk memberkati dan memberi enersi umat-Nya. Dalam setiap gerakan Tuhan mencurahkan anggur sorgawi ke bejana-bejana cacat, yang akhirnya membocorkan habis isinya, atau kalau tidak, orangnya salah menangani sehingga anggurnya kehilangan rasa. 
Di bejana dan orang yang demikianlah generasi saya lalu dibangun, yang merupakan fondasi yang diletakkan para orangtua dalam iman. Baik di dalam maupun di luar gereja, kita dibentuk dan dilayani di budaya yang berfokus untuk memperoleh berkat demi memenuhi kebutuhan-sendiri, punya pengalaman dan diberi makan dan disentuh secara perorangan. Kita menjadi generasi yang berfokus pada ‘saya dan saya’, yang sangat berbeda dengan budaya salib yang tidak mementingkan diri-sendiri. Orientasi budaya sakit yang demikian itu diteruskan ke anak-anak atau generasi yang berikutnya, yang sekarang ini menderita karena itu. 
Dengan dikondisikan oleh budaya yang kita ciptakan, kita begitu condong pada pengajaran yang menekankan pada bagaimana memperoleh kemakmuran-diri, menerima berkat, mengalami kesembuhan supraalami dan lain-lain, yang semuanya berorientasikan pada diri-sendiri. Kita berakhir pada iman yang berfokus di tempat yang salah, yang dilakukan baik secara halus maupun terang-terangan.

6-Sep-2013: 1. Rasa Lapar Baru – Dengan nafas tersengal-sengal karena ada di bawah permukaan begitu lama, dalam gereja saat ini sedang terjadi denyut Roh baru, yang segera akan dilahirkan, yang akan memberi perubahan penting, dengan nama yang belum pernah dikenal.
Beberapa tahun terakhir telah bertumbuh di hati umat percaya rasa lapar akan hal baru ini. Di banyak kota dan bangsa, tumbuh sesuatu, meskipun samar-samar, kesan ketidak-puasan, yang ada di hati para umat percaya. Meskipun hal ini dicoba untuk dijamah dengan mendasarkan pada janji-janji dan pesan-pesan Alkitabiah, yang disampaikan pengajar terkenal yang fasih disertai dengan meng’obok-obok’ perasaan pendengarnya dengan penyajian yang luarbiasa, tetapi gagal untuk bisa memberi kepuasan rasa lapar sejati yang ada.
Dalam kediamannya mencoba menanggapi presentasi yang diberikan itu di hati orang-orang kudus yang mendengarnya bertanya-tanya, ‘Apa ada sesuatu yang salah dengan saya? Saya kok sama sekali tidak bisa merasakan apa yang sedang disampaikan. Harusnya ada sesuatu yang lebih lagi dari pada sekedar itu.’ Mereka merindukan sesuatu yang lebih dari apa yang telah mereka alami sebelumnya, sesuatu yang lebih dalam dan lebih bersubstansi daripada apa yang mereka lihat dan dengarkan. Apa yang disampaikan dan cara penyampaikannya sepertinya suatu era yang sudah lewat, meskipun hasilnya dahsyat baik dalam jumlah maupun keunggulan. Tetapi banyak orang yang tulus secara intuisi bisa merasakan meskipun tidak tahu dan paham apa yang sedang mereka rasakan. 

AYIN DALET -  Chuck D. Pierce                     Home 
5-Sep-2013: Tuhan telah menetapkan siklus tahunan hari raya: Paskah, Pentakosta, dan Tabernakel, yang masing-masing mengandung makna dan berkatnya masing-masing.
Hari raya Paskah terdiri dari serangkaian perayaan yang berdekatan: Paskah – Roti Tidak Beragi – Buah Sulung. Fokus perayaan ini ialah penebusan (dari dosa) dan pembersihan (dari ketidakmurnian).
Hari raya Pentakosta merupakan perayaan penyediaan Tuhan.  Perayaan tuaian gandum ini menggambarkan penyediaan fisik. Pemberian Taurat (pengajaran Tuhan) menggambarkan penyediaan Firman / pewahyuan. Pencurahan Roh Kudus adalah penyediaan kuasa Tuhan.  Perayaan Petakosta merupakan perayaan atas penyediaan Tuhan yang melimpah. Fokus perayaan ini ialah penyediaan melimpah.
Hari raya Tabernakel adalah perayaan Kemuliaan Tuhan.  Ini menggambarkan sukacita tinggal di hadirat Tuhan. Fokus perayaan ini ialah tinggal dalam kemuliaan-Nya.
Perayaan ini dirayakan dalam rangkaian perayaan yang membawa kita kepada kemuliaan Tuhan. Rangkaian perayaannya sebagai berikut:
1.Rosh Hashanah (Peniupan Serunai): perayaan dimulainya tahun baru Ibrani dengan meniup terompet / shofar sebagai ‘wake up call’ Tuhan;  seruan agar kita siap memasuki musim yang baru, tanda untuk bergerak dari musim lama ke musim baru.
2.Sepuluh hari untuk mencari Tuhan setelah Rosh Hashanah: Waktu untuk bertobat dengan menyediakan waktu secara khusus untuk Tuhan.
3.Yom Kippur: hari paling kudus di sepanjang tahun. Kudus itu artinya khusus, dipisahkan, tidak seperti yang lain. Ini waktu bukan untuk berpesta tetapi hari merendahkan diri dan BERPUASA. Bagi bangsa Israel, ini merupakan keharusan, bukan pilihan.
4.Tabernakel: perayaan 7 hari untuk merayakan kemuliaan Tuhan yang tinggal di antara umat-Nya – bersukacita, makan-makan, berpesta.

Khusus untuk 5 September 2013 merupakan tahun 5774 Ibrani yang disebut dengan tahun Ayin Dalet, dengan makna sebagai berikut:
Ini merupakan akses Ilahi.
Di setiap Rosh Hashanah Tuhan memposisikan kita untuk memperoleh akses pewahyuan segar saat kita merayakan Dia dan memasuki tahun baru.
Tahun 5774 Ibrani ( (Ayin Dalet) membawa musim untuk ‘Melihat Pintu Terbuka bagi Sumur-Sumur Baru Kita’!
Ini merupakan tahun untuk membangun kewarisan kita, atau bagian yang dijaminkan Tuhan bagi kita.
Ada sumur baru yang menanti kita.
Dalet itu dikaitkan juga dengan suatu pintu, dan dikaitkan dengan lambang ikan. Dari gerakan ikan kita akan bisa melihat pintu terbuka kita untuk masa depan.
Ini merupakan tahun Tubuh Kristus bergerak dalam gerakan penginjilan baru.
Pergi memasuki pintu-pintu kesempatan kita dan menempati tanah yang Tuhan telah berikan kepada. Musim dimana kita bisa melihat air yang menantikan kita. 

KOINONIA -  Rick Joyner                     Home 
5-Sep-2013: 5. Tingkatan Baru dalam mendengarkan, membedakan dan melihat  - Banyak dari kita yang sampai di tempat yang sekarang ini hanya karena rajin mendengar suara Tuhan dan mentaatinya. Meskipun begitu, kita harus ada di level yang lebih lagi dalam pendengaran, pembedaan dan penglihatan Roh agar bisa ada di cakrawala baru yang besar lagi. Akan ada tigkat pewahyuan profetis baru sehingga kita memiliki tingkatan otoritas dan tugas yang lebih lagi.
Ada paradigma dan strategi baru yang sedang Tuhan lepaskan ke gereja agar berhasil memasuki musim yang berikutnya. Perhatian kita tidak boleh terbagi. Kita harus bisa mengenali, dan menyingkirkan, segala sesuatu yang menyesakkan dan mengacaukan suara-Nya. Kita bukan hanya mencondongkan telinga untuk bisa mendengar apa yang Roh Kudus  sedang katakan, tetapi juga harus mau mentaatinya. Kita harus menempatkan diri di bawah otoritas apa yang kita dengar, menundukkan diri kepadanya, dan mengikutinya dalam ketaatan.
Satu hal pasti: Tuhan itu setia dalam meningkatkan pengurapan di setiap langkah ketaatan yang dilakukan, baik dalam kehidupan pribadi maupun pelayanan. Dan sewaktu kita terus mendengar dan taat, kita akan melihat bagaimana Tuhan mengangkat kita ke tingkat otoritas dan pengaruh yang lebih tinggi lagi. Ini disediakan bagi semua orang. Gereja telah  digerakkan memasuki musim peningkatan. Ini siap diraih!
Bagi siapa yang lapar, bagi siapa yang rajin mendengarkan dan mau taat, tersedia peningkatan – pengurapan yang meningkat dalam tanda heran, mujizat, penginjilan, doa, nubuatan dan lain-lain.
Codongkan diri kita. Tuhan sedang berbicara dalam kesunyian. Miliki hati yang taat sebab sedang menunggu terobosan dan peningkatan.

3-Sep-2013: 4. Sediakan Waktu – Menanggapi secara benar akan musim-musim dalam masa kehidupan transisi bisa memberi penuaian yang indah dalam kehidupan kita dan kehidupan mereka yang ada di sekitar kita. Dengan ketekunan dalam melewati peregangan dan penantian yang lama serta ketahanan yang kadang-kadang menghadapi tantangan yang memilukan hati demi perubahan, itu bukan prestasi yang mudah. Namun, jika kita memposisikan hati dengan benar, kita akan sampai di cakrawala musim tersebut dengan berkemenangan.
Dalam 35 tahun pelayanan, saya telah melewati banyak transisi. Dalam tiga tahun terakhir saja kami telah ditransisi keluar dari 20 tahun pelayanan penggelmbalaan gereja yang sehat untuk menopang pelayanan anak-muda ; dan sekarang ini melayani di Christ for the Nations Institute Dallas. Kami masih saja dalam transisi, masih menerima penugasan baru dan masih tetap mencari arahan Roh Kudus bagaimana haarus menjalankannya.. Itu yang membuat kami tetap muda!
Meskipun melewati pergantian-pergantian yang drastis di lokasi dan penugasan, mandat hidup saya tidak berubah: membawa mandat apostolik untuk memulihkan pengharapan Amerika dan menjadi suara untuk membangunkan dan reformasi. Diberbagai kota di bangsa membawa pesan untuk menjadikan gereja mau berdoa, menantang umat percaya untuk menjadi ekklesia dan mengobarkan api kebangunan dan kebangkitan.

Di sepanjang perjalanan ini, dalam melewati transisi-transisi dan penantian, dari satu penugasan ke penugasan yang berikutnya, juga agar tetap bisa berdiri tegak serta mengejar kebangunan dan reformasi, pelajaran yang paling penting yang saya pelajari ialah: Sediakan waktu untuk mendengarkan dan mentaati suara Allah.

2-Sep-2013: 3. Temukan Hakekat Koinonia Sebagian orang bisa saja berdalih dengan mengatakan kalau memiliki persekutuan dengan Tuhan, dan itu cukup bagi mereka. Tetapi Tuhan mengatakan kalau hal itu tidak cukup. Kita tidak dapat terhubung baik dengan Kepala tanpa terhubung benar dengan tubuh-Nya. Sebagian orang juga ada yang mengatakan kalau mereka mengasihi Tuhan tetapi tidak suka umat-Nya. Tetapi seperti apa yang dituliskan Yohanes, kita tidak benar-benar mengaihi Tuhan jika tidak juga mengasihi umat-Nya. ‘Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan (koinonia) seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.’ (1 Yoh. 1:7)
Jika tangan dipotong dari tubuh segera akan mati dengan cepat karena aliran darah tidak bisa mengalir lagi. Hal sama berlaku juga di spiritual sejati. Kita harus memiliki koinonia agar memiliki kehidupan Kristus yang mengalir. Kita tidak dapat memiliki semua yang tersirat di koinonia hanya dengan ngobrol-ngobrol bersama teman di warung kopi. Kita juga tidak bisa memilikinya hanya dengan melihat bagian belakang kepala sesama jemaat yang duduk di kebaktian. Tingkatan persekutuan ini merupakan bagian vital dalam Kekristenan sejati, tokh jarang ditemukan dalam Kekristenan saat ini. Kita harus menemukannya!

1-Sep-
2013: 2. Kehidupan Kristen yang Vital – Gereja disebut sebagai keluarga, bukan sekedar organisasi. Kita memang membutuhkan organisasi, tetapi struktur yang diberikan ke gereja lokal di Perjanjian Baru itu yang paling mendasar dan sederhana, yaitu ada para penatua dan diaken; dan hanya itu. Hidup dan kuasa ada dalam koinonia, bukan di ekklesia.
Di 1 Korintus 10 dan 11 satu-satunya di Alkitab yang disebut mengapa orang-orang Kristen ada yang lemah, sakit, atau meninggal sebelum waktunya. Ini karena mereka tidak memiliki koinonia. Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak sekedar ambil bagian dalam ritual koinonia (dalam teksnya kata koinonia dipakai kata ‘persekutuan/communion’). Kalau kita sekedar melakukan ritualnya, ini tindakan yang tidak berharga karena hanya akan membuat seseorang untuk menuduh diri-sendiri, atau orang lain. Dengan mengambil bagian dalam ritual yang tidak punya nilai ini artinya orang-orang ikut ambil bagian di acaranya meskipun mereka sesungguhnya tidak memiliki kehidupan yang dilambangkan dalam ritualnya. Inilah yang mengharuskan kita untuk memiliki koinonia. Di bagian Alkitab lain tidak ditemukan lagi peringatan yang Paulus berikan seperti itu, peringatan karena tidak memiliki ecclesia dalam arti yang sesungguhnya.
Koinonia itu lebih dari sekedar menyambut ramah atau saling memberi salam manis satu dengan lain saat datang di pertemuan atau ibadah seminggu satu atau dua kali. Koinonia itu menunjukkan adanya ikatan bersama sampai ke suatu tingkatan yang tidak akan bisa dipisahkan lagi kecuali melalui kematian. Itulah sebabnya mengapa rasul mengingatkan bahwa kalau seseorang tidak memiliki koinonia dalam kehidupan, akan menjadikan seseorang lemah, sakit, dan meninggal. Jadi, koinonia itu merupakan sesuatu yang vital dalam kehidupan Kristen.

31-Agu-2013: 1. Ekklesia dan Koinonia – Seluruh dunia pada akhirnya akan berurusan dengan masalahnya. Inilah ‘Lembah Penentuan’ yang pernah dinubuatkan. Fondasi-fondasi peradaban sdang digoncangkan. Pada saat pemerintahan-pemerintahan manusia jatuh, kerajaan Allah bertumbuh. Kita ada di masa kitab Daniel 2 sedang digenapkan. Patung yang melambangkan kerajaan manusia diruntuhkan dengan batu kecil yang melambangkan kerajaan Allah yang sedang bertumbuh menjadi suatu gunung atau pemerintahan, dan akan tetap bertumbuh sampai memenuhi seluruh bumi. Kehidupan kita sedang dibangun di yang mana?
Jika kita harus menggenapkan Perintah Agung untuk menjadikan semua bangsa murid, gereja haruslah bisa menjadi kota yang memang seharusnya, kota di atas bukit, yang ditinggikan, sehingga semua bisa melihat terangnya. Kota yang demikianlah yang menjadikan Abraham meninggalkan Urkasdim yang memiliki budaya terbesar dijamannya. Dia mengembara di padang gurun dengan tanpa tahu kemana harus pergi, tetapi dia tahu yang sedang dia cari – kota yang dibangun oleh TUHAN, bukan dibangun oleh manusia. Menjadi seorang melakukan perjalanan yang demikian itu masih tetap sebagai hakekat seorang Kristen sejati yang hidup dari iman.
Di Perjanjian Baru ada dua kata Yunani yang diterjemahkan sebagai ‘gereja’. Yang satu ‘ekklesia’, yang berbicara tentang struktur dan pemerintahan gereja. Yang kedua ‘koinonia’ yang berbicara tentang ikatan-hubungan para orang kudus, yang bisa diterjemahkan secara lepas ‘hubungan/fellowship’ atau ‘persekutuan/communion.’ Ekklesia itu ada untuk koinonia, bukan sebaliknya.
                                                          Disadur bebas oleh Iskak Hutomo untuk Tubuh Kristus