31-Des-2012 – Realita Kerajaan - Realitanya
ialah, di setiap kerajaan itu harus ada rajanya. Yesus telah mengatakan kalau
Kerajaan-Nya ada dalam kita, meskipun itu terjadi hanya jika kita sudah
memiliki Raja Kerajaan tersebut, yang memerintah dan menguasai kita. Jika kita
menyerahkan diri kepada Yesus yang memerintah kita, maka Kerajaan telah datang
dan kita bisa hidup mengekspresikan Kerajaan Allah di bumi! Berserah itu
SATU-SATUNYA cara kita bisa menjadi bagian satu-manusia-baru
dan memiliki bagian dalam menumbuhkan Kerajaan-Nya di bumi.
Carilah
wajah Tuhan, bukan tangan-Nya! Sekaranglah saat bagi Generasi Yakub – bagi mereka
yang begitu berputus-asa sehingga tidak mau pergi jika Tuhan tidak memberkati
mereka. Berkat yang diterima bukan untuk memuaskan nafsu-diri tetapi agar bisa
mengejar Tuhan lebih lagi!
Keputus-asaan
akan Tuhan selalu menarik perhatian-Nya dan respon-Nya. Orang yang berputus-asa
akan menemukan Dia dalam kepenuhan-Nya.
‘Itulah
angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.’
(Mz. 24:6)
Apa
kita siap menjadi bagian satu-manusia-baru?
Apa kita benar-benar sangat membutuhkan hal itu?
‘Masuklah
melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang
menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena
sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit
orang yang mendapatinya.’ (Mat. 7:13-14)
Kami
berdoa kita bisa menjadi bagian satu-manusia-baru
Tuhan.
SELAMAT TAHUN
BARU dan kita masuki tahun baru dengan tekad menjadi satu-manusia-baru dalam
anugerah-Nya!
30-Des-2012 – Aplikasi - Dunia kita sedang dalam masalah. Dengan segala kemerosotan, korupsi, pementingan-diri, nafsu, keserakahan, perselisihan dan konflik di semua tingkatan sosial, tidak seorang pun yang punya jawaban, dan kegelapan sedang menyerbu di mana-mana. Dunia Kristen juga dalam masalah karena punya kecenderungan sama dengan dunia; terlalu dipenuhi dengan diri-sendiri – gereja kami, pelayanan kami, program-program dan rencana-rencana kami. Duia sekali lagi akan melaukan adegan penampilan dan roh Menara Babel ... ‘Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama ...’ Kejadian 11:4. (Babel = kebingungan).
Jadi, kemana kita harus melangkah?
Kita
setuju kalau hanya ada satu-satunya pengharapan bagi duni ini, dan nama-Nya Yesus.
Tetapi Dia memilih untuk hidup dan bekerja melalui umat manusia, khususnya umat
manusia yang berserah; mereka yang sepenuhnya berkomitmen pada kehendak-Nya.
Panggilan-Nya
saat Dia masih di bumi ialah agar semua manusia bertobat, karena Kerajaan Allah
sudah dekat (Markus 1:15). Sekarang pun panggilan-Nya tetap sama. Kerajaan-Nya
sudah dekat. Kita harus bertobat dari cara-cara pementingan-diri dan bergerak
memasuki Jalan Raya-Nya!
Segala
hal yang datangnya dari kecenderungan yang berpusatkan pada diri-sendiri harus
disingkirkan. Kita tidak lagi punya waktu untuk dihabiskan demi meningkatkan
agenda sendiri. Pementingan-diri itu merupakan perbuatan utama roh Setan yang
meresap ke semua orang dimana pun di semua jenjang sosial. Yesus HANYA akan
datang dan hidup bersama mereka yang telah meninggalkan semuanya, dan yang telah
mati bagi diri-sendiri. Ini merupakan panggilan selama pelayanan-Nya di bumi
waktu itu, dan sekarang pun tidak berubah.
29-Des-2012 – Akan Muncul Satu-Manusia-Baru di bumi! - Beberapa minggu yang lalu sewaktu dalam doa saya bertanya, ‘Tuhan, apa yang ada di hati dan pikiran-Mu? Apa yang sedang Engkau pikirkan? Apa prioritas tujuan Kerajaan-Mu di bumi saat ini?’
Saya
kaget dengan jawaban-Nya yang singkat, ‘Satu-manusia-baru!’
Saya
sudah terbiasa dengan istilah ‘satu-manusia-baru’ yang ada di Efesus 2:12-15. Tuhan
selanjutnya mengatakan, ‘Belum pernah ada
dalam sejarah penyempurnaan yang seperti ini. Ini datang bersama Saya, Tuhan
dan Allahmu, dan dengan semua manusia dari semua bangsa, yang dengan yakin
mengaku dan bertekad untuk menjadikan satu-manusia-baru.’
Yang
Tuhan tekankan ialah kesatuan. Satu-manusia-baru itu benar-benar secara
harfiah, dalam daging manusia, sekali lagi akan ada di bumi abad 21 ini. Tubuh
Kristus secara harfiah!
Satu-manusia-baru
itu memiliki:
- Mata baru
yang melihat Tuhan (visi Tuhan)
- Telinga
baru untuk mendengar (kemampuan mendengar dan memahami apa yang sedang
dikatakan Roh)
- Kemampuan
melakukan apa yang Yesus lakukan saat di bumi, dan dengan cara yang lebih
besar lagi (Yohanes 14:12)
- Akses
informasi vital tentang sesuatu yang BARU, yang berkenaan dengan agenda
Tuhan
- Yesus dan Bapa hidup di dalam mereka. Mereka menjadi personifikasi Yesus Sendiri. Mereka benar-benar Tubuh Kristus! (Ef. 1:23; 2:22)
Saya tanya kepada Tuhan, ‘Siapa yang akan memenuhi
syarat tersebut?’
Ini jawab-Nya, ‘Ada banyak
jalan yang bisa dilalui, tetapi ada juga jalan yang jarang dilewati.
Sekaranglah waktunya bagi beberapa orang untuk melewati jalan yang pernah Saya
lewati. Ini jalan yang kadang-kadang sunyi sehingga tidak banyak yang mau
melewatinya. Ini juga jalan yang akan disalah-mengerti banyak orang. Jalannya
sempit dan terbatas. Jalan yang tidak selalu menyenangkan, dan yang terbatas,
sehingga membuat kalian seperti tercekik. Tetapi sewaktu kalian terus ada di
JALAN ini, kalian akan menemukan hadirat-Ku yang semakin kuat, semakin manis.
Kita akan berjalan bersama-sama dan saling berbicara – kamu dan Saya akan
bersama-sama beserta sahabat-sahabat kita. Kesadaranmu akan Saya menambah semakin
ringannya langkah-langkahmu dan sukacitamu menuju ke destiny yang di depan.
Semakin kamu menyadari begitu mulianya tujuan yang kamu tempuh dan sukacita
yang tanpa-batas yang benar-benar akan kalian alami, kemuliaan akan mengisi
kita, dan akan melimpah keluar, sewaktu kita berjalan bersama-sama. Ini jalan
terakhir ke Kemuliaan!’
28-Des-2012 – Kerajaan Allah itu Fondasi - Yesus itu sesuatu yang nyata, jalan, kebenaran, dan hidup. Kehidupan Kerajaan Allah, Allah yang disebutkan di Alkitab, itu fondasi kehidupan sejati dari mana semua kehidupan akan tertata dan melimpah dalam damai-sejahtera dan keharmonisan sorga dengan bumi.
Budaya
Kerajaan akan muncul sebagai satu-satunya budaya untuk memerintah dunia setelah
menyingkirkan semua peninggian diri yang menentang Allah. Setelah jaman
kegelapan ada masa kekal kerajaan Allah di bumi seperti di sorga.
Bahkan,
meskipun hari-hari kegelapan menutupi bumi dan memunculkan jaman-jaman
kegelapan, ada suatu realita budaya Kerajaan yang tersembunyi dari pandangan
dunia alami, yang terjagai sebagai benih yang murni dan kudus. Sama seperti benih
alami yang ditanam di tanah, setelah musim dingin akan muncul bertunas di musim
semi, berada di antara reruntuhan tanaman-tanaman yang tumbang dan mati, untuk
terus bertumbuh dan membuahkan realita kebenaran. Ada realita pertumbuhan vital
Kerajaan Allah yang kehidupannya rahasia tetapi benar-benar sangat hidup dan
kudus bagi Tuhan.
Dengan
cara seperti itulah Kerajaan Allah bisa bertahan dan dipersiapkan secara penuh
untuk mengatur dan memerintah seluruh bumi. Janji Kerajaan yang hidup untuk
saat sekarang dan yang akan datang. Kerajaan Tuhan yang tidak akan berakhir dan
tidak akan berkekurangan dengan fondasi kehidupan sejati dalam Kerajaan Allah.
Saat ini
ada umat sisa besar yang menemukan kehidupan sejati dan menerima kehidupan pewahyuan
dan realita Kerajaan Allah. Bagi orang-orang tersebut kerajaan akan
menyingkirkan kebodohan agamawi dalam segala bentuknya termasuk inetelektualisme,
humanisme, dan setiap doktrin palsu yang berasal dari roh-roh kegelapan, menerima
pewahyuan dan pemberdayaan Kerajaan, yang mampu membersihkan dan menyiapkan
jalan sejati bagi hidup kita.
Kerajaan
Allah yang rohani itu tidak diajarkan secara intelektual tetapi di pancarkan
oleh Roh Tuhan. Kepenuhan Roh Kudus membawa realita Kristus memasuki hati dan
menyingkapkan Kerajaan-Nya kedalam hati dan hidup kita. Oleh karena itu CARILAH
TERLEBIH DAHULU KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARAN-NYA. Jadi, pertama-tama kita tidak
mencari ‘cara-kita’, atau ‘kehidupan yang baik’, atau sesuatu yang lain. Merupakan
prioritas dasar kehidupan untuk mencari kerajaan Allah yang rohani sehingga semua
kebutuhan lain akan disediakan.
Bangsa
yang mencari Kerajaan Allah akan makmur.
Tetap
kejar kasih; itu tidak pernah gagal dan Kerajaan-Nya tidak pernah berakhir.
27-Des-2012 – Hasil Akhir Kemerosotan Manusia – Hasilnya adalah kematian prematur/dini akibat pemburukan-keadaan, pembunuhan-anak/aborsi, dan bunuh-diri. Pembunuhan dalam setiap bentuknya itu merupakan hasil akhir kehidupan yang tanpa fondasi atau tanpa kehidupan yang didasari oleh kehidupan yang benar dan sejati. Tatanan tragis kehidupan yang tidak disemaikan oleh kebenaran akan membuat gagal setiap bidang kehidupan. Munculnya berbagai ragam ketegangan itu berasal dari nafsu dan kesombongan mereka yang ‘miskin’, yang sebenarnya hanya mencoba menemukan kedamaian dan sukacita kehidupan alami di dalam hati, tetapi tidak punya fondasi kehidupan sejati. Pernikahan yang esensinya menyatukan menjadi perceraian dan tidak lagi punya arti sakral di masyarakat. Uang mendorong untuk berkorupsi. Peperangan muncul di segala penjuru. Pemuasan nafsu-diri terus ditingkatkan agar merasa diri punya kehidupan. Dalam usaha memenuhi rasa-lapar akan kehidupan sejati yang memang diberikan Tuhan, mereka terus mencoba meningkatkan kepuasan-diri sendiri dan merasa mendapat imbalan secara kedagingan.
Tidak
adanya harapan akan realita di masyarakat karena dibangun di atas
budaya-pengemis yang tidak berTuhan, yang supremasinya ditancapkan pada intelektualisme
yang senantiasa berubah-rubah, dan klenik yang tidak berdasar. Ini jalan yang
sepertinya benar tetapi yang ujungnya kehancuran (Ams. 14:12). Akhir masyarakat
yang demikian itu hanya kegelapan.
Jadi,
bangsa-bangsa di dunia sekarang sedang memasuki era jaman-kegelapan, melebihi
jaman-kegelapan yang dulu pernah terjadi. Pembunuhan itu sebagai buah budaya
yang rusak akibat kemerosotan manusia karena mempercayakan-diri pada pengertian
sendiri dan yang menyangkali kasih dan hikmat Tuhan Yang Mahakuasa dalam Yesus
Kristus, yang sesungguhnya merupakan fondasi semua kehidupan sejati.
26-Des-2012 – Situasi dan kondisi dunia sekarang - Selama berpuluh-puluh tahun saya telah menabur (firman) dan mendemonstrasikan (kehidupan) apa hidup sejati itu. Tuhan telah berpuluh tahun menabur sesuatu yang sejati di dunia yang dipenuhi oleh fantasi yang berasal dari berbagai roh yang bekerja di pikiran dan hati banyak orang yang jiwanya tidak sehat, yang berhasil menyeret mereka dari impian yang tidak nyata ke pengalaman gaya-hidup berfantasi kenikmatan, yang terus mengikis semua kehidupan nyata dan benar mereka.
Pengaruh akademis yang berasal dari filosofi humanis dan kehebatan ilmiah ditanamkan kuat-kuat untuk menutupi atau mencabuti fondasi-fondasi aman yang sejati. Semangat agamawi yang rohnya berasal dari pikiran amoral jiwa-jiwa yang mengembara, bekerja untuk menyembunyikan, bahkan menutupi realita dan kebenaran. Banyak orang, termasuk mereka yang seharusnya memerintah, tidak lagi berfondasikan pada batu-karang realita yang teguh.
Fakta dan sejarah dijadikan tidak punya arti lagi oleh pola-pola pikir imajinasi yang tercerahkan oleh kegelapan yang berasal dari berbagai roh-roh ideologi dan psikologi sesaat. Dasar-dasar sudah disingkirkan dari hati orang oleh membanjirnya kata-kata dan pemutar-balikkan karena fantasi impian dari program-program yang diimpartasikan oleh roh-roh jahat, roh-roh dunia, dan kancah pengetahuan intelektual tanpa adanya fondasi dan pemahaman sejati.
Industri-industri
raksasa yang didanai oleh jerami-intelektual yang bodoh dan kosong serta kenikmatan
kedagingan untuk menjaga agar tetap ketagihan dan berselera kebobrokan
kegelapan. Penyebaran kenikmatan yang mematikan bagi jiwa-jiwa yang sakit, yang
hampa akan realita dan kebenaran, hari-hari ini menjadi bisnis besar, khususnya
di dunia Amerika dan Barat.
Di
beberapa bagian, bahkan di masyarakat yang ‘bermoral’, yang orang-orangnya
‘baik’, yang juga terkenal karena mereka umumnya melakukan ‘kebaikan’ bagi
semua orang, apa yang sekuler maupun yang agama, memiliki kehidupan yang
tidak-real, sementara mengharapkan kehidupan sejati. Mereka sebagain besar
berperan di kehidupan fantasi yang diprakarsai roh-roh dunia. Jauh di dalam
jiwa mereka yang cenderung menjagai tatanan sosialnya bersemayam keinginan
kegelapan kedagingan manusiawi dengan roh-roh yang miskin dan mengembara.
25-Des-2012 - #3 Dengan berefleksi pada tujuan, kita bisa melahirkan impian-impian baru – Impian-impian itu merupakan gambaran tujuan kita.
Seperti lukisan ‘Malam Berbintang’-nya Van Gogh yang keindahannya
dinyatakan melalui goresan-goresan kwas-nya, tetapi tetap saja tidak
mampu sepenuhnya mengunguangkapkan keindahan langit malam saat itu.
Jadi, impian seorang pemimpin itu hanya sekedar menunjuk kekayaan dan
keluar-biasaan tujuan yang diberikan Tuhan. Saat impian-impian kita
mati, tidak ada sesuatu yang lebih sehat daripada melihat-ulang tujuan
kita. “Revision” atau memvisikan-ulang artinya ‘untuk melihat kembali.’
Menatap kembali tujuan hidup akan menginspirasikan kita untuk
mempelajari ulang impian-impian kita, atau melahirkan impian-impian
baru.
Kita juga bisa menganggap kalau impian itu sebagai jalan yang membawa berjalan maju ke tujuan kita. Tujuan saya ialah agar bisa memberi nilai ke para pemimpin yang nantinya akan bisa memultiplikasikan nilai-nilai itu ke yang lain. Ada banyak jalan yang bisa saya pakai untuk mewujudkan tujuan hidup saya. Kadang-kadang jalan yang saya ambil membawa ke jalan buntu, tetapi saya selalu punya pilihan agar bisa menemukan jalan lain untuk sampai ke tujuan saya. Impian khusus yang saya pilih untuk jalani bisa saja tidak berhasil, tetapi saya masih punya tujuan itu, dan saya bisa terus menggali jalan-jalan dan cara-cara baru untuk mewujudkannya.
24-Des-2012 - #2 Meskipun impian mati tujuan kita tidak berubah – Kesuksesan seseorang itu artinya dia tahu akan tujuan hidupnya, bertumbuh untuk meraih potensi maksimalnya, dan menabur benih yang memberi manfaat bagi orang lain. Perhatikan bahwa kesuksesan itu tidak berhasilnya mencapai suatu impian. Hidup itu suatu perjalanan, bukan suatu tujuan. Tidak peduli seberapa lama kita hidup atau apa yang kita tetapkan harus dilakukan dalam hidup, kapasitas kita tidak akan pernah habis untuk terus bertumbuh dalam potensi, dan kita juga tidak akan kehabisan kesempatan untuk bisa membantu orang lain. Impian-impian kita bisa saja tidak terwujud, tetapi tujuan dan maksud Tuhan menciptakan kita itu selalu bertahan.
Kita juga bisa menganggap kalau impian itu sebagai jalan yang membawa berjalan maju ke tujuan kita. Tujuan saya ialah agar bisa memberi nilai ke para pemimpin yang nantinya akan bisa memultiplikasikan nilai-nilai itu ke yang lain. Ada banyak jalan yang bisa saya pakai untuk mewujudkan tujuan hidup saya. Kadang-kadang jalan yang saya ambil membawa ke jalan buntu, tetapi saya selalu punya pilihan agar bisa menemukan jalan lain untuk sampai ke tujuan saya. Impian khusus yang saya pilih untuk jalani bisa saja tidak berhasil, tetapi saya masih punya tujuan itu, dan saya bisa terus menggali jalan-jalan dan cara-cara baru untuk mewujudkannya.
24-Des-2012 - #2 Meskipun impian mati tujuan kita tidak berubah – Kesuksesan seseorang itu artinya dia tahu akan tujuan hidupnya, bertumbuh untuk meraih potensi maksimalnya, dan menabur benih yang memberi manfaat bagi orang lain. Perhatikan bahwa kesuksesan itu tidak berhasilnya mencapai suatu impian. Hidup itu suatu perjalanan, bukan suatu tujuan. Tidak peduli seberapa lama kita hidup atau apa yang kita tetapkan harus dilakukan dalam hidup, kapasitas kita tidak akan pernah habis untuk terus bertumbuh dalam potensi, dan kita juga tidak akan kehabisan kesempatan untuk bisa membantu orang lain. Impian-impian kita bisa saja tidak terwujud, tetapi tujuan dan maksud Tuhan menciptakan kita itu selalu bertahan.
BELAJAR MENANG SAAT IMPIAN MENGECEWAKAN DAN HARAPAN KANDAS - John Maxwell Home
23-Des-2012 - #1 Impian yang gagal tidak membuat kita gagal – Ada puisi karya Langston Hughes sbb:
Apa yang terjadi di saat impian tertunda?
Apa impian akan
mengering seperti embun menguap di terik matahari?
Atau memberi rasa sakit yang menyengat . . . sehingga kita melesat?
Apa bau menyengat daging busuk?
Atau mengapung di atas cairan gula . . . seperti kemanisan sirup?
Bisa juga menjadi kain kumal yang membosankan.
Atau, mungkinkah impian kita meledak dahsyat?
Atau memberi rasa sakit yang menyengat . . . sehingga kita melesat?
Apa bau menyengat daging busuk?
Atau mengapung di atas cairan gula . . . seperti kemanisan sirup?
Bisa juga menjadi kain kumal yang membosankan.
Atau, mungkinkah impian kita meledak dahsyat?
Saya suka puisi
itu, tetapi lebih tertarik dengan apa yang terjadi bagi pemimpin yang impiannya
kandas. Bagaimana pemimpin merespon saat tahu kalau impiannya mati? Bagaimana
pemimpin bisa disembuhkan saat harapannya dirobohkan?
Di saat suatu
mimpi mati, kita dihantam dengan gelombang berbagai emosi negatif. Kita sedih,
kecewa, dan lumpuh sesaat, mencoba membuat ‘penilaian’ diri-kita. Lebih buruk
lagi, yang sering terjadi, kita membunuh mimpi tersebut, dan orang-orang akan melihat
mimpi kita yang berantakan.
Memang tidak menyenangkan,
tetapi gagal itu alami, memberi informasi, dan bagian kehidupan yang tidak bisa
dihindarkan. Para pemimpin bijak akan belajar untuk tidak berpijak pada
penampilan atau menampilkan harga-dirinya; sebaliknya, mereka memiliki
gambar-diri internal yang tidak terpengaruh oleh hasil atau prestasi. Mereka
yang berpandangan tidak sehat terhadap kegagalan akan menjadikan itu sebagai
sesuatu yang pribadi, sebagai cerminan ketidampuan dirinya. Sebaliknya, mereka
yang punya cara-pandang hidup sehat menjadikan kegagalan itu sebagai sesuatu
yang eksternal. Mereka mengerti kalau hal itu tidak bisa diramalkan, dan mereka
melihat pelajaran apa yang diberikan. Cara-pikir seseorang itu akan tersandung
oleh emosi-emosi kegagalan; sementara yang lain memakai itu sebagai pijakan
untuk mengantisipasi kemenangan-kemenangan yang akan datang.
BAHAYA MENGEJAR PANGGILAN TANPA TIGA-LAPIS-TUDUNG - Joseph Mattera
22-Des-2012 - #3 Tudung-Doa: Jenis tudung lain yang penting bagi setiap pemimpin senior ialah tudung-doa. Saya punya team di gereja yang berkomitmen untuk mendoakan saya, isteri dan keluarga secara rutin. Ini begitu penting selama dua dekade yang lalu, yang menjagai kemampuan kami untuk bertahan di tengah-tengah tantangan hidup! Di Alkitab kita temukan bahwa salah satu bagian penting persenjataan Tuhan ialah memiliki untuk saling mendoakan, bahkan Paulus sebagai rasul pun juga meminta doa-doa yang tdiak putus-putusnya dari orang-orang kudus untuk pelayanannya (Efesus 6:18-20).
Belakangan ini
Tuhan mengatakan kepada saya tentang adanya kebutuhan untuk meningkatkan dukungan-doa
bagi saya karena adanya lingkup pengaruh dan pelayanan baru yang sedang saya
jalani. Dengan setiap level baru pasti ada iblis baru yang lebih tinggi. Oleh
karena itu kita harus berdoa dan memiliki syafaat yang sebanding dengan
panggilan Tuhan atas hidup kita. Meskipun saya biasanya menyediakan banyak
waktu secara pribadi untuk mencari Tuhan setiap harinya, saya tahu saya
membutuhkan bantuan dari luar, bahkan mereka yang berfungsi di setiap level
syafaat yang tinggi untuk tingkatan nasional, untuk melindungi saya dan
keluarga saya, dan memampukan saya terus mendesak masuk ke setiap area
kesempatan yang Tuhan buka bagi saya dan team.
Misalnya, saya
ingat bacaan tentang otobiografi penginjil abad 19 Charles Finney dan terkesan
karena dia punya para pendoa syafaat pribadi (Father Nash dan Abel Clary) yang
mendahului dia ke setiap kota dan mengunci diri di suatu kamar selama bebera
hari, bersyafaat dan berkeluh-kesah dalam Roh dengan kata-kata yang tidak bisa
diucapkan, merasakan rasa sakit bersalin untuk kebangunan rohani. Ini mereka
lakukaan meskipun Finney sendiri biasanya telah menghabiskan berjam-jam setiap
harinya untuk mencari Tuhan dan bersyafaat untuk pelayanannya. Sedikit fakta
kecil ini merupakan salah satu alasan utama mengapa Finney menjadi revivalist terbesar
di Amerika (dan mungkin di dunia) yang pernah ada!
Sebagai
rangkuman saya bisa menyatakan bahwa, agar setiap pemimpin senior bisa efektif,
kita butuh paling tidak tiga-lapis-tudung: pengawasan pribadi dari orang lain,
pengawasan dari organisasi, dan tudung-doa yang menjangkau lebih dari kehidupan
doa-doa pribadi kita. Jika seorang pemimpin berfungsi denfan tingkatan
akuntabilitas ini maka kesempatan jatuh bisa dihindarkan!
21-Des-2012 - #2 Tudung-Organisasi/Pelayanan: Berkaitan dengan ini, saya percaya setiap pemimpin butuh tudung-organisasi. Tudung ini biasanya diberikan oleh para penatua atau wali organisasi. Kapan pun diambil keputusan untuk hal-hal besar yang berkaitan dengan visi dan/atau keuangan, setiap pemimpin pertama-tama harus memprosesnya melewati para pemimpin ini. Pemimpin yang tidak mau melakukan ini akan melakukan kesalahan dalam membuat strategi pentingnya yang bisa berakibat hilangnya pelayanan mereka. Ini karena mereka tidak mau melibatkan tudung-organisasi yang tersedia dalam mengambil keputusan-keputusan penting mereka. Beberapa gembala senior yang saya kenal berjalan terhuyung-huyung dalam membeli properti karena hanya berdasarkan pada ‘Tuhan mengatakan kepada saya’ dan melakukan keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dengan para penatua dan walinya. Dengan melakukan ini pemimpin telah melakukan kesalahan besar dan beresiko kehilangan seluruh pelayanan mereka karena tenggelam di hutang besar sebagai akibat tidak menerima nasihat dari team pemimpin yang ada. Bahkan meskipun seorang pemimpin senior bisa bertindak sebagai pengambil keputusan utama, saya percaya dalam kepemimpinan secara konsensus bersama team utama kita sebanyak mungkin bisa melindungi organisasi dan pemimpin dari pengambilan keputusan yang bodoh yang terjadi jika berfungsi secara terisolir, bukannya dalam kerja-sama para pemimpin utama. Juga, meskipun seluruh jemaat yang mendanai visinya, akan bijaksana bagi gembala senior untuk sesaat menahan keinginan jemaat dan menerima berkat dari tudung-organisasinya dalam mewujudkan visinya.
20-Des-2012 – #1 Tudung-Pribadi: Selama beberapa luluh tahun belakangan saya melihat dan membaca semakin banyak pemimpin dan gembala yang berjatuhan dalam skandal, atau meninggalkan pelayanan, karena adanya tantangan dan permasalahan pribadi. Bahkan setiap minggunya saya mendengar adanya pemimpin yang jatuh!
Ini disebabkan karena banyak pemimpin ini secara umum tidak punya tudung-pribadi yang berfungsi dalam kehidupan pribadi maupun pelayanannya. Yang saya maksudkan dengan ‘tudung-pribadi’ ialah memiliki baik mentor dan/atau pembimbing yang mau membantu/melayani kita sebagai ‘mandor’ atau ‘pengawas’ dan punya otoritas untuk menyingkirkan/memindahkan atau menghardik kita serta menjadi pembela dan pendorong di saat kita dalam kondisi jatuh atau mengalami krisis moral. (Saya tidak biasa memakai istilah ‘tudung’ tetapi ‘pengawas’ karena lebih alkitabiah. Tetapi demi menjaga komunikasi dengan pembaca saya pakai istilah ‘tudung’.)
Banyak pemimpin
(termasuk saya) punya orang-orang utama yang mau melayani sebagai tudung tetapi
yang juga bagian kelompok pemimpin yang melayani sebagai kelompok denominasi,
yang memegang tanggung-jawab sebagai pemimpin dan bisa bertindak sebagai
mediator, atau jika diperlukan mediasi antara mereka dan dewan direksi dan
kepemimpinan team.
Tudung-pribadi haruslah bersifat relasional, artinya hanya akan bekerja jika pemimpin senior mau berdialog secara teratur dan jujur dengan yang dibimbing, berkaitan dengan tantangan-tantangan pribadi yang sedang dihadapinya. Salah satu pelayan yang jatuh dalam skandal tahun lalu sesungguhnya memiliki banyak teman dekat dan bahkan berdoa setiap pagi dengan teman dekat saya. Tetapi ada sisi gelap permasalahan pribadi dan kecenderungan seksualnya yang yang tidak pernah dibuka. Jadi, punya hubungan dekat dengan pengawas pribadi pun belum cukup jika kita tidak mau terbuka dan trasnparan dengan mereka. Itulah mengapa saya memakai istilah ‘fungsional’ bersama-sama ‘tudung-pribadi.’
Saat pemimpin senior tidak mau jujur, terbuka, dan transparan dengan seseorang yang melayaninya sebagai tudung utamanya, sesungguhnya ada bencana yang sedang menunggunya! Semua pemimpin yang melewati saat-saat menantang akan membutuhkan seseorang yang bisa memberi koreksi, mendorong, dan menghardik agar tetap bisa mengejar panggilan Tuhan dalam hidupnya. Bahkan seorang pemimpin yang tidak pernah jatuh dalam dosa pun, mereka bisa saja dituduh melakukan dosa, dan di saat itulah gereja atau pelayannya membutuhkan pengawas dari luar, atau di luar denominasinya, dimana mereka bisa menyandarkan diri untuk mencari tahu dan/atau menjadi mediasi, untuk membantu bisa melihat permasalahan, dan mengambil langkah-langkah strategi yang bisa dilakukan demi kebaikan pelayanan. Celakalah pemimpin yang tidak memiliki orang yang bisa menguatkan, memberi nasihat, memindahkan atau membela mereka di saat ada krisis! Tudung itu sebagai asuransi kebakaran: kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkannya, tetapi saat terjadi situasi yang serius yang mengancam kita sebagai seorang pemimpin senior suatu pelayanan, kita baru bisa bersyukur sudah memiliki asuransi tersebut.
Tudung-pribadi haruslah bersifat relasional, artinya hanya akan bekerja jika pemimpin senior mau berdialog secara teratur dan jujur dengan yang dibimbing, berkaitan dengan tantangan-tantangan pribadi yang sedang dihadapinya. Salah satu pelayan yang jatuh dalam skandal tahun lalu sesungguhnya memiliki banyak teman dekat dan bahkan berdoa setiap pagi dengan teman dekat saya. Tetapi ada sisi gelap permasalahan pribadi dan kecenderungan seksualnya yang yang tidak pernah dibuka. Jadi, punya hubungan dekat dengan pengawas pribadi pun belum cukup jika kita tidak mau terbuka dan trasnparan dengan mereka. Itulah mengapa saya memakai istilah ‘fungsional’ bersama-sama ‘tudung-pribadi.’
Saat pemimpin senior tidak mau jujur, terbuka, dan transparan dengan seseorang yang melayaninya sebagai tudung utamanya, sesungguhnya ada bencana yang sedang menunggunya! Semua pemimpin yang melewati saat-saat menantang akan membutuhkan seseorang yang bisa memberi koreksi, mendorong, dan menghardik agar tetap bisa mengejar panggilan Tuhan dalam hidupnya. Bahkan seorang pemimpin yang tidak pernah jatuh dalam dosa pun, mereka bisa saja dituduh melakukan dosa, dan di saat itulah gereja atau pelayannya membutuhkan pengawas dari luar, atau di luar denominasinya, dimana mereka bisa menyandarkan diri untuk mencari tahu dan/atau menjadi mediasi, untuk membantu bisa melihat permasalahan, dan mengambil langkah-langkah strategi yang bisa dilakukan demi kebaikan pelayanan. Celakalah pemimpin yang tidak memiliki orang yang bisa menguatkan, memberi nasihat, memindahkan atau membela mereka di saat ada krisis! Tudung itu sebagai asuransi kebakaran: kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkannya, tetapi saat terjadi situasi yang serius yang mengancam kita sebagai seorang pemimpin senior suatu pelayanan, kita baru bisa bersyukur sudah memiliki asuransi tersebut.
MENGAPA GEMBALA / GEREJA GAGAL? - Joseph Mattera Home
19-Des-2012 – Apalagi? - Para gembala perlu menemukan komunitasnya yang bisa sling melengkapi visi; tempat yang aman bagi mereka untuk bisa diterima dan dibantu dalam menggenapkan visi. Sesungguhnya pertemuan-pertemuan yang diadakan di denominasi saat ini tidak selalu bisa memberikan kebutuhan tersebut.
Para gembala itu
membutuhkan satu atau beberapa gembala lain yang bisa saling melatih dan
memperlengkapi serta menjadikan mereka bisa mempertanggung-jawabkan tugas dan
panggilannya, serta bisa menemukan tempat untuk membicarakan kebutuhan emosi
dan kehidupan pribadinya.
Para gembala itu
butuh mendirikan batas-batas wilayah dan tembok-tembok pelindung di sekitarnya,
dan di keluarganya, sehingga mereka punya waktu cukup untuk mengisi enersi dan
pembaharuan-diri.
Para gembala itu
harus memperhatikan kondisi fisik dengan berolah-raga secara teratur, bisa mencermati
sesuatu dengan tenang, beristirahat, dan diet yang benar.
Para gembala itu
butuh waktu-waktu teratur untuk mengambil waktu Sabat selama 1 tahun setiap 7
tahun pelayanan, 1 hari setiap 7 hari, dan 3 hari (untuk doa dan refleksi-diri)
setiap 3 bulan.
Para gembala itu
harus memperhatikan juga akan kebutuhan emosinya, bukan hanya kehidupan rohani
saja.
Para gembala itu
butuh memperhatikan kehidupana intelektualnya. Mereka harus mau kembali untuk belajar
atau sekolah kembali. Gembala yang ada di banyak daerah, yang berpendidikan tidak
sampai Sarjana Muda atau S1, harus sekolah kembali. Gembala harus punya prioritas
waktu-waktu yang teratur untuk belajar mengembangkan intelektualnya dan secara
teratur menyediakan waktu untuk bacaan devosional. Memang untuk kotbah itu bisa
hanya disiapkan dengan sekedar membaca, tetapi kalau hanya ini yang kita
lakukan, kita akan ketinggalan; cara ini juga tidak bisa mendekatkan diri kepada
TUHAN.
Para
gembala itu perlu membawa pasangannya bersama-sama melakukan pembaharuan-diri sehingga
ada kesatuan dan saling-mendukung visi dalam pernikahannya.18-Des-2012 - #8: Banyak pemimpin yang tidak bisa memimpin – Beberapa pemimpin bertugas atau ada di posisi kepemimpinan karena didasarkan pada titel, bukan karena fungsi kepemimpinannya. Sekian tahun lalu saya kaget saat menyadari kalau tidak semua gembala itu pemimpin. Ada sebagian yang sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki mantel kepemimpinan, tetapi mencoba memimpin suatu jemaat, dan pada akhirnya orang-orang yang dipimpin mencari pemimpin sejati yang ada di tengah-tengah mereka.
Saya setuju
dengan yang George Barna tuliskan di bukunya ‘A Fish Out of Water’ bahwa
ada dari mereka yang terbiasa memimpin (lahir sebagai pemimpin) yang begitu berbakat dan berkarunia sehingga
kepemimpinan mereka mengalir secara alami; mereka bertindak dengan kepemimpinan
intuisinya.
Saya juga
setuju dengan John Maxwell yang mengatakan kalau kita bisa bertumbuh sebagai
pemimpin dengan cara minta orang lain menjadi mentor sementara kita menyediakan
waktu untuk mempelajari kepemimpinan.
Tuhan telah
memanggil setiap pemimpin untuk mengenal dan mengartikulasikan ‘mission
statement’-nya.
17-Des-2012 - #7: Tidak memiliki Visi Pribadi/Rencana Hidup –
Banyak pemimpin secara pribadi tersesat, meskipun mereka memiliki visi besar
bagi gerejanya. Mereka tidak yakin akan siapa dirinya, apa tugas-tugasnya, dan
bahkan bagaimana memimpin berdasarkan kekuatan yang dimilikinya. Oleh karena
itu mustahillah untuk mencoba memimpin suatu jemaat, bahkan menyampaikan visi,
tanpa meyakini akan tugas-tugas yang diberikan Tuhan! Bahkan ada orang-orang
yang menggembalakan gereja hanya karena tidak tahu harus bekerja apa untuk menafkai
hidupnya; mereka sebenarnya penginjil, guru, nabi atau pemimpin dunia-kerja,
yang mencoba berfungsi sebagai gembala, meskipun dalam dirinya sesungguhnya
tidak memiliki keinginan atau gairah atau panggilan untuk menumbuhkan domba di
gerejanya!16-Des-2012 - #6: Persaingan antar Gereja / Gembala – Sungguh disayangkan banyak pemimpin yang tidaak dipimpin oleh Roh. Mereka didorong oleh kebutuhan untuk merasa penting dengan didasarkan pada pertumbuhan dan keberhasilannya di antara gereja lain yang ada di komunitas atau daerahnya. Ini merupakan permasalahan serius yang ada di antara para gembala yang menyebabkan banyak menimbulkan stress pada diri-sendiri serta perasaan tidak mampu, depresi, dan rasa tidak aman.
Saat seorang
pemimpin bekerja keras demi menambah jumlah pengunjung tanpa memperhatikan
kesehatan gereja jelas ini tanda kalau pemimpin tersebut lebih didorong oleh ego
dan / atau rasa tidak amannya daripada kerinduan yang murni untuk mentaati
tugas yang diberikan TUHAN. Karena adanya roh persaingan ini beberapa gembala diam-diam
bersuka-cita saat tahu ada rekan gembala lain ada dalam pergumulan, dan merasa
kuatir saat ada gereja lain yang diberkati dan bertumbuh lebih besar dari
gerejanya. Ini tanda adanya persaingan tidak sehat. Gembala menjadi bingung
saat ada gereja lain lebih diberkati dan gerejanya sendiri tidak bertumbuh. Mereka
bingung dan bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan salah dan yang
dilakukan gembala lain benar? Ini sikap yang didorong oleh rasa tidak aman.
(Lihat 2 Korintus 10:12.)
Saat gembala
mengerti kalau kerajaan Allah itu lebih besar dari gereja lokal mereka, persaingan
akan hilang dengan sendirinya.
Setiap gembala
harus memiliki gereja Antiokianya masing-masing sebagai model, yang
digembalakan oleh berbagai jenis pelayanan (baca Kisah 13:1). Dengan cara ini
akan mencegah penilik gereja ‘burn-out’ karena bisa mengatur atau membagi waktu
antara pekerjaan, keluarga, pembaharuan pribadi, dan bersantai.
Setiap
team-impian itu paling tidak dibangun atas empat jenis pemimpin:
1. Pemimpin visioner atau yang mampu memberi arahan. Orang yang bisa memotivasi gereja dan memberi visi makro atas tujuan gereja. Mereka ini orang-orang yang tidak sabar jika harus mengurusi masalah-masalah perorangan yang merupakan tugas gembala dan team-pembangun. Karena jadwalnya yang padat pemimpin makro ini hanya mau menyediakan waktu dengan mereka yang bisa memberi sumbangan akan gambaran-besar yang bisa memberikan manfaat untuk gereja.
1. Pemimpin visioner atau yang mampu memberi arahan. Orang yang bisa memotivasi gereja dan memberi visi makro atas tujuan gereja. Mereka ini orang-orang yang tidak sabar jika harus mengurusi masalah-masalah perorangan yang merupakan tugas gembala dan team-pembangun. Karena jadwalnya yang padat pemimpin makro ini hanya mau menyediakan waktu dengan mereka yang bisa memberi sumbangan akan gambaran-besar yang bisa memberikan manfaat untuk gereja.
2. Pemimpin Strategis. Orang yang mampu
membeberkan rencana strategis untuk mengimplementasikan visi. Mereka orang-orang
perfeksionis yang bekerja keras menetapkan batas-batas waktu (deadline) dan
yang mampu memicu pengambilan keputusan-keputusan penting.
3. Pemimpin Pembangun Team. Orang yang bisa dan mau menghabiskan waktu berada di antara domba dan membangun moral staff atau team pelayanan. Mereka akan frustrasi kalau diberi tugas-tugas administrasi yang berat sebab mereka tidak menyukai kerja surat-menyurat dan administrasi.
4. Pemimpin Operasional. Orang yang suka menciptakan dan menuliskan sistem sebagai protokol atau acuan yang tepat untuk menjalankan gereja. Jangan bertanya atau memberi tugas kepada pemimpin operasional, pemimpin strategis, dan pemimpin pembangun team untuk menjabarkan visi gereja; ini akan menghambat gereja dan membuat frustrasi mereka, sebab tugas ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin pengarah.
3. Pemimpin Pembangun Team. Orang yang bisa dan mau menghabiskan waktu berada di antara domba dan membangun moral staff atau team pelayanan. Mereka akan frustrasi kalau diberi tugas-tugas administrasi yang berat sebab mereka tidak menyukai kerja surat-menyurat dan administrasi.
4. Pemimpin Operasional. Orang yang suka menciptakan dan menuliskan sistem sebagai protokol atau acuan yang tepat untuk menjalankan gereja. Jangan bertanya atau memberi tugas kepada pemimpin operasional, pemimpin strategis, dan pemimpin pembangun team untuk menjabarkan visi gereja; ini akan menghambat gereja dan membuat frustrasi mereka, sebab tugas ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin pengarah.
14-Des-2012 - #4: Menjaga Kegairahan - Kebanyakan gembala bisanya hanya memberi dan memberi; mereka tidak tahu bagaimana dan kapan harus menerima. Kadang-kadang saya, Joseph Mattera, ada di keadaan sedang terus-menerus bekerja keras dengan giat sehingga merasa bersalah jika harus ambil sedikit waktu untuk beristirahat; saya benar-benar tidak tahu bagaimana cara bisa istirahat. Saat ambil libur saya butuh paling tidak tiga hari untuk menenangkan kembali gejolak pikiran dan emosi saya agar bisa bekerja sama dengan tubuh saya sehingga mampu secara mental menyelaraskan kembali hari-hari saya!
Tuhan telah menaruh ritme-ritme sakral dalam hidup kita sehingga memang harus ada waktu-waktu istirahat untuk penyegaran dan pembaharuan. Ritme sakral itu Tuhan sebutkan Sabat “tanda antara kita dengan Dia.” Apa tanda itu? Bahwa Dialah Tuhan. Gereja atau pekerjaan kita tidak akan berantakan pada saat kita ambil cuti karena Dia itu menyatu dengan gereja-Nya (Matius 16:18-19)!
Hidup itu bukanlah lomba lari maraton tanpa harus berhenti, tetapi serangkaian potongan-potongan lomba 100-meteran. Kita butuh secara rutin mengambil waktu istirahat untuk mengumpulkan enersi kembali sebelum meneruskan lari untuk menyelesaikan perlombaan.
Karena saya begitu banyak dipenuhi visi, saya seringkali tidak suka fakta kalau tubuh saya bisa letih dan membutuhkan tidur selama 6-8 jam setiap malamnya. Tetapi saat saya menyadari kalau Tuhan memberi kita tidur itu dengan suatu maksud, bukan sekedar mengistirahatkan tubuh saja, tetapi khususnya untuk mengistirahatkan pikiran dan emosi sehingga esok harinya bisa mulai berfungsi kembali dengan pandangan yang segar, maka mau tidak mau saya harus mentaatinya.
Hampir semua gembala bisa mengingat kembali saat-saat mereka ‘burn-out’ (terbakar), saat tidak secara teratur mengisi-ulang jiwanya dengan istirahat, doa, membaca, bersekutu, olah-raga, dan memperhatikaan kehidupan emosinya. Kita bisa memperbaharui diri kita dengan cara melakukan sesuatu yang kita sukai, yang tidak selalu harus dengan doa, belajar, atau disiplin rohani dan kegiatan agamawi. Ini bisa dilakukan dengan melihat karya seni, berolah-raga, bersama dengan pasangan, memiliki kehidupan sosial, atau sekedar melakukan hoby yang kita sukai.
13-Des-2012 - #3: Pemimpin Rohani vs. Pemimpin Organisasi
Banyak gembala yang tidak tahu membedakan perannya sebagai gembala dan sebagai pemimpin organisasi, khususnya saat harus mempekerjakan atau memecat seseorang demi menjaga keunggulan rohani bisnis/pelayanannya. Mereka sangat stress saat tahu harus memecat staff-nya yang juga merupakan jemaaat setia di gereja yang digembalakan. Mereka butuh ketrampilan dan pelatihan, baik dalam aspek bisnis maupun aspek spiritual.
Masalah lain ialah banyaknya gembala yang tidak tahu bagaimana menyeimbangkan waktunya untuk mengurus administrasi dan persiapan spiritualnya; mereka menghabiskan 40 jam setiap minggu untuk mengurus permasalahan administrasi. Kisah 6:4 mengajar kita kalau administrasi itu pekerjaan para diaken, sementara banyak gembala mengabaikan waktunya untuk belajar dan berdoa dalam hadirat Tuhan. Ini yang akan membuat para gembala ‘burn-out’ (terbakar) karena jemaat itu membutuhkan anugerah pelayanannya sementara gembalanya tidak mampu memberikan karena tanki rohaninya yang kosong.
12-Des-2012 - #2 Kekurangan tempat aman
1. Hampir semua gembala itu kurang akunabilitas atau pertanggung-jawaban sejati. Akunabilitas organisasi di hampir semua denominasi tidak menunjukkan akuntabilitas sejati yang didasarkan atas transparansi dalam hubungan. Banyak dari mereka yang tidak mau bertemu dengan atasan maupun teman sejawatnya karena takut diberi stigma atau dipandang rendah sehingga karir pelayanannya terhenti.
2. Semua
gembala membutuhkan hubungan dengan gembala yang ada di atasnya sebagai mentor maupun
rekan gembala lain yang mereka bisa percayai sebagai sahabat untuk
pembaharuan-diri. John Wesley mengatakan “Alkitab itu tidak mengenal agama-sendirian.
Kekristenan itu agama-hubungan.”
3. Hampir semua
gembala merasa terisolir dalam kesendiriannya meskipun ada di tengah-tengah
jemaatnya.
4. Banyak
gembala yang merasa nyaman ada di mimbar sebagai tempat persembunyiannya, bersembunyi
di balik pengurapan dan karunia pelayanannya tetapi secara sosial mereka tidak
berfungsi, tidak pernah mengijinkan ada orang yang benar-benar bisa mengenalnya
atau berhubungan emosional sejati. Bahkan saat mereka bersama gembala-gembala
lain, semua pembicaraan hanya yang berkaitan dengan pelayanan, bukannya yang berkaitan
dengan masalah-masalah pribadinya, seperti pernikahan, kondisi kehidupan pribadi,
dll.
11-Des-2012 - #1 Tidak Dipelengkapi untuk Menjalankan Gereja yang Kompleks (3)
6. Belajar Menghubungkan Injil dengan Jemaat: Banyak pengkotbah yang memberi jawab ke hal-hal yang tidak ditanyakan jemaat. Pengkotbah harus punya ketrampilan dan informasi untuk mengenal demografi yang membentuk komunitasnya, dan tahu bagaimana terhubung dengan komunitasnya. Hubungan yang didasarkan pada latar-belakang usia, etnis, ekonomi, dan agama yang ada di masyarakat.
Para gembala
harus terus-menerus memonitor kecenderungan sosiologi di komunitasnya sehingga
bisa membagun kepemimpinan yang tepat untuk terhubung dengan orang-orang yang punya
kelompok dominan di komunitasnya. Jadi gembala membutuhkan ketrampilan mengeksegese (memberi penjelasan dan
penafsiran kritis) komunitasnya, bukan melulu mengeksegese Firman saja.
7. Mengembangkan Kepemimpinan: Bagaimana
gereja bisa efektif memproses petobat baru untuk tumbuh dari bayi ke anggota
yang dewasa dan bertanggungjawab? Apa gereja secara efektif mementor para
pemimpin berpotensi yang telah bekerja 10 jam setiap harinya dan -3 jam untuk perjalanan?
Biasanya mereka yang berpotensi memimpin itu sudah menduduki posisi yang
bertanggungjawab di pekerjaannya. Mereka sudah menghabiskan waktu dan
berjerih-payah sebelum datang ke gereja untuk melayani.
8. Menjawab beberapa pertanyaan esential:
Apa penggembalaan gerejanya dilakukan atas dasar program atau atas dasar pemberdayaan
kepemimpinan awam (model gereja sel)? Apa model pemerintahan gereja lokal yang
alkitabiah itu? Model pemerintahan gereja mana yang akan diikuti? Siapa yang
harus dipilih sebagai Dewan Gereja? Perubahan-perubahan ini didasarkan atas
kedewasaan kepemimpinan, jenis pemerintahan gereja, usia gereja, sejarah
gereja, dan gembala sebagai pendiri atau baru masuk pada saat gereja sudah
berkembang? 10-Des-2012 - #1 Tidak Dipelengkapi untuk Menjalankan Gereja yang Kompleks (2)
2. Kebutuhan Fasilitas Baru: Para gembala harus mempekerjakan para arsitek, ahli hukum, dll. yang tepat, serta mengelola kepenilikan dalam mensosialisakan gerejanya. Kegiatan ini saja sudah cukup banyak menghancurkan gereja karena adanya tekanan serta akan menyita perhatian sehingga tidak lagi melayani kebutuhan orang-orang.
3. Permasalahan
Arus Kas: Para gembala harus tahu kapan saat mengembangkan program dan
fasilitas gereja yang didanai pinjaman bank, atau memakai dana sendiri atau
mengkosolidasikan harta yang ada untuk berfokus dalam pertumbuhan ienternal.
4. Berjejaring:
Para gembala di kota-kota kecil harus punya akses ke para pemimpin politik dan pemimpin
kunci masyarakat agar bisa memperoleh semua sumber yang tersedia untuk mendanai
program-program yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan umat.
5. Bisnis/Administrasi:
Sebagian besar gembala itu pengkotbah yang baik, tetapi saya, Joseph Mattera,
melihat banyak gereja yang berhasil karena dijalankan oleh para pemimpin yang berlatar-belakang
bisnis. Itulah sebabnya saya menyarankan untuk membekali diri dengan belajar keuangan
dan bisnis.
Dengan punya pelayanan yang diurapi di hari Minggu saja tidak bisa membangun gereja dengan sukses. Kita harus punya visi-visi terkini, perencanaan strategis untuk 3-5 tahun mendatang, implementasi dan pengelolaan visi, pengembangan kepemimpinan, pelatihan pemuridan, pembangunan team, pengaturan dan pemilihan serta pendanaan yang tepat untuk staff gereja, serta masih banyak lagi.
Dengan punya pelayanan yang diurapi di hari Minggu saja tidak bisa membangun gereja dengan sukses. Kita harus punya visi-visi terkini, perencanaan strategis untuk 3-5 tahun mendatang, implementasi dan pengelolaan visi, pengembangan kepemimpinan, pelatihan pemuridan, pembangunan team, pengaturan dan pemilihan serta pendanaan yang tepat untuk staff gereja, serta masih banyak lagi.
9-Des-2012 - #1 Tidak Dipelengkapi untuk Menjalankan Gereja yang Kompleks – Jenis pelatihan yang diberikan di seminari biasanya sedikit yang menyentuh hal-hal praktis yang dibutuhkan untuk mengurusi gereja sesungguhnya, yang bergerak di abad duapuluh-satu ini. Belajar theologi dan mahir dalam eksegese (memberi penjelasan dan penafsiran kritis) Firman saja tidaklah cukup. Para gembala punya pekerjaaan yang berat bagi bangsa. Beberapa masalah terkini yang harus dihadapi para gembala antara lain:
1. Real Estate:
Gembala harus berurusan dengan peraturan
dan hukum-hukum yang berlaku di daerahnya, para pemimpin politik, pemuka
masyarakat, bank, para pemimpin bisnis dan masyarakat.
Banyak gereja
yang punya jemaat lebih dari seribu seringkali karena lokasinya. Fenomena gereja
besar itu didasarkan atas alasan-alasan sosiologi / geografi, bukan melulu
karena pengurapan, karunia dan bagaimana mereka berdoa.
Seperti
franchise McDonalds, salah satu kunci penting untuk sukses bukanlah kwalitas pelayanan tetapi
lokasinya: apa ada tempat parkir yang lega dan / atau dekatnya dengan transportasi
umum; apa gampang dilihat orang banyak, dll.
Oleh karena itu
para gembala membutuhkan ketrampilan untuk menentukan lokasi yang tepat.
SUARA KENABIAN SEJATI - Kim Clement Home
6-Des-2012 - Taklukkan! - Kita memasuki tahun 2013 dengan kata “TAKLUKKAN”, bukan dengan perkataan negatif di bibir. Bisa saja kalian berkata, “Hei, jangan terlalu positif! Bagaimana engkau bisa begitu percaya hal itu?"
Saat
diminta memberi kwalifikasi seseorang yang dibutuhkan untuk berhasil dalam
politik Winston Churchill menjawab: "Punya kemampuan untuk mengatakan apa
yang akan terjadi besok hari, minggu dan tahun depan. Dan punya kemampuan untuk
bisa menjelaskan mengapa sesuatu itu tidak terjadi.” Ini nasihat untuk politikus.
Bagaimana bagi para nabi dan pembawa-pesan TUHAN? Kita lihat Yesaya, sebagai
contoh.
Yesaya
hidup di hari-hari yang penuh mementum, di waktu-waktu yang kritis dengan
permasalahan nasional dan internasional yang sedang bergejolak, dan dia
menuliskan kitab yang oleh banyak orang disebut sebagai kitab terbesar di
Perjanjian Lama. Kita bisa melihat bagaimana Yesaya bergerak dengan martabat
yang tidak punya rasa takut untuk meleati kekacauan yang sedang terjadi, kokoh
dalam iman, dan berdiri tidak digoyahkan di dalam TUHAN. Di saat dimana kerajaan-kerajaan
dibangkitkan dan dijatuhkan (seperti yang kita lihat saat sekarang ini), dan
bangsanya ada dalama masalah, Yesayalah yang menuliskan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan,
dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
7-Des-2012
– Suara kenabian sejati - Sebagian
orang menuduh kalau saya, Kim Clement, terlalu optimis dan tidak realistik.
Mengapa? Karena saya menolak ikut ramai-ramai meneriakkan kesalahan orang dan
keadaan. Sungguh menggelikan kalau di saat yang semua orang panik
itu Yesaya mengatakan “bertobat dan tinggal tenang.”
Dan
jika ada suatu generasi sedang menghadapi masa sulit untuk membangun kembali
ekonomi yang jatuh, atau ada suatu bangsa yang ambruk, ucapan nabi Yesaya yang
seperti itulah yang bisa membangkitkan keberanian. “Orang-orang
yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali
yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi
lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.“ Hari-hari ini kita
butuh mendengar pesan-pesan para nabi jenis Yesaya ini, yang mampu meneriakkan suara
yang mengatasi suara-suara gaduh keluhan yang senantiasa diperdengarkan dunia, “tenangkan, YA, tenangkan umat TUHAN."
Kita
tidak membutuhkan pesan-pesan penenang murahan dari mimbar. Begitu banyak
mereka yang sekedar mengulang apa yang memang sudah terjadi di depan kita – mereka
adalah pembawa masadepan palsu. Memang saya tahu saat ini ada masalah ekonomi;
kita menghadapi peperangan, kita punya pemimpin lemah, dst. dst., tetapi, apa
kita harus menanggapinya dengan cara seperti itu? Hanya dengan sekedar menyetujui
dan meng-iya-kan laporan-laporan yang disajikan dan kemudian akan jatuh
berkeping-keping?
8-Des-2012
– Masa Pemulihan TUHAN - Yesaya
itu lebih dari seorang nabi, dia seorang evangelis yang menggambarkan Yesus
Kristus dan Kabar Baik Injil. “Nyanyian Hamba” mengenai Yesus di Yesaya
52:13-53:12, yang dikutip Perjanjian Baru hampir sebanyak empatpuluh kali.
Nabi
Yesaya menuliskan kelahiran Yesus (Yes 7:14, 9:6; Mat 1:18-25); pelayanan
Yohanes Pembaptis (Yes 40:1-6; Mat 3:1); pengurapan Kristus (Yes 61:1-2; Luk
4:17-19); penolakan bangsa terhadap Mesias mereka (Yes 6:9-11; Joh 12:38); Kristus
sebagai “batu sandungan” (Yes 8:14, 28:16; Rm 9:32-33, 10:11; 1Ptr 2:6); Pelayanan
Kristus ke bangsa kafir (Yes 49:6; Luk 2:32; Kis 13:47); penderitaan dan
kematian Juruselamat (Yes 52:13-53:12; Kis 3:13; 8:32-33; 1Ptr 2:21-25); kebangkitan-Nya
(Yes 55:3; Kis 13:34); dan datang-Nya kembali sebagai Raja (Yes 9:6-7, 11:1,
59:20-21, 63:1-3; Rm 11:26-27; Why 19:13-15). Dia melakukan semua ini di
hari-hari kritis dalam gejolak internasional!
Inilah
penekanan pesan penebusan yang diberikan Yesaya ke seluruh dunia. Memang benar dia
hanya melayani bangsa Yehuda yang kecil dan menulis tentang bangsa-bangsa dan
kerajaan-kerajaan, tetapi berfokus pada rencana penyelamatan TUHAN bagi seluruh
dunia. Yesaya mampu melihat kebesaran TUHAN dan kebesaran rencana-Nya untuk
keselamatan bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Yesaya merupakan seorang patriot,
tetapi bukan ektremis; dia mampu melihat anugerah TUHAN yang ada di luar
bangsanya sendiri, dan yang akan dikerjakan di antara bangsa-bangsa yang ada di
dunia.
Tenangkan
itu berasal dari dua kata Latin yaang berarti kuatkan. Saat Yesaya mengatakan
kepada kita, “Tenanglah!” itu bukan kata yang mengandung kekecewaan, tetapi
kuasa. Ketenangan TUHAN itu bukan untuk melemahkan kita, tetapi untuk menguatkan.
TUHAN tidak memanjakan kita, tetapi memberdayakan. Selama masa Yesaya umat
TUHAN didera, kemudian DIPULIHKAN! Sekarang ini masa pemulihan umat TUHAN.
·
Prinsip # 1:
Mulai dengan apa yang ada pertama, bukan
yang terkahir.
·
Prinsip # 2:
Mulai dengan apa yang jelas, langsung, dan mudah dimengerti, bukan yang penuh
dengan perlambang, alegori, atau yang sulit ditafsirkan.
·
Prinsip # 3:
Bangun di atas thema-thema yang konsisten dan berulang-ulang yang disebutkan di
Alkitab.
·
Prinsip # 4:
Selalu ingat: konteks, konteks, dan konteks.
·
Prinsip # 5:
Jangan melakukan pendekatan Alkitab seperti membaca panduan manual tehnis,
tetapi tetap jagai hakekat cara-pikir Timur.
·
Prinsip # 6:
Kenali penekanan akhir nubuatan alkitabiah: ketahui ‘cerita besranya.’
·
Prinsip # 7:
Kenali di saat Allah Yang Mahakuasa digambarkan sebagai pribadi yang hadir di
bumi, itu adalah Allah Anak, baik secara sejarah saat pre-inkarnasi Anak Allah
atau sebagai Yesus saat datang kembali.
4-Des-2012 - Prinsip #7: Jika disebutkan TUHAN hadir secara fisik, yang dimaksud adalah Tuhan Yesus – Saat TUHAN digambarkan hadir secara fisik di bumi, baik dalam arti sejarah, penampakan pre-inkarnasi TUHAN Anak, atau gambaran Yesus sebagai Mesias saat kedatangan-Nya, yang dimaksudkan adalah Yesus. Banyak orang Kristen tidak menyadari fakta ini karena dibingungkan dengan hakekat Trinitas / Trutunggal. Seringkali saat pribadi Tuhan digambarkan sebagai TUHAN, atau dengan nama sakral ‘Yahwe’, yang seringkali diterjemahkan “TUHAN,” banyak yang dengan gampangnya menganggap itu Allah Bapa. Tetapi Alkitab menyebutkan Allah Bapa tidak datang ke bumi sampai di saat akhir (Wahyu 21-22).
Di berbagai waktu Allah menampakkan diri kepada
manusia, misalnya yang dituliskan di Kejadian 16:13 dan 32:30. Tetapi meskipun
ayat-ayat tersebut dan beberapa penampakan Allah di Perjanjian Lama, rasul
Yohanes mengatakan kalau tidak ada orang yang telah melihat Allah Bapa selain
Allah Anak (Yoh 1:18).
Walaupun di Yoh. 6:45 dituliskan ‘mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan
setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang
kepada-Ku’ itu tidak berarti ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia
yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. (Yoh 6:46). Rasul
Paulus juga menjelaskan kalau Allah Bapa tidak pernah dilihat (1 Tim. 6:13-16).
Tokh melalui seluruh nabi, ada banyak bagian
yang membicarakan Allah hadir di bumi (Kel. 24:9-11).
Meskipun banyak orang dan kelompok yang
melihat Allah di Alkitab, semua itu bagian pre-inkarnasi penampakkan Allah
Anak. Jadi jika kita melihat Allah secara fisik hadir dalam konteks nubuatan
masadepan, itu kita pahami sebagai “Allah” atau “Tuhan” yang menunjuk kepada
Yesus setelah kedatangan-Nya kembali. Seperti yang dituliskan di Za. 14:2-4, Yahwe,
Tuhan, secara fisik berdiri di atas gunung. Dia digambarkan sedang berperang
melawan pasukan bangsa-bangsa kafir. Ini jelas nubuatan mesianik berkenaan
dengan hari saat Yesus Sang Mesias yang akan berdiri di Bukit Zaitun sewaktu
melaksanakan penghakiman-Nya melawan bangsa-bangsa yang datang melawan
Yerusalem.
3-Des-2012 - Prinsip #6: Kenali penekanan terakhir nubuatan terbesarnya (4) – Penekanan akhir semua nubuatan alkitabiah ialah kedatangan Mesias, Hari Tuhan, dan Kerajaan Mesianik yang mengikutinya. Kedatangan Yesus dan menegakkan kerajaan-Nya merupakan cerita besar yang dikatakansemua nabi. Ini merupakan penekanan di Alkitab. Dalam kaitannya dengan ini, saat kedatangan-Nya, Yesus akan menimpakan penghukuman ke berbagai bangsa tertentu. Ini yang terus-menerus kita lihat. Sementara banyak subthema yang bisa dikembangkan, empat thema utama muncul dengan jelas:
·
Di hari-hari terakhir
akan bangkit Antikris dan kerajaannya, dan pasukannya akan bangkit dari
bangsa-bangsa yang mayoritas beragama tertentu yang ada di Timur Tengah dan
Afrika Utara.
·
Bangsa-bangsa
akan membentuk koalisi, union, atau aliansi, dan akan menyerbu Israel. Terjadi
penganiayaan dahsyat terhadap orang Yahudi dan Kristen, dan yang akan menjadi
pandemi global.
·
Setelah waktu yang
singkat dan sangat mengerikan tersebut Yesus akan kembali dari sorga untuk
melepaskan orang Yahudi yang selamat, sementara banyak dari mereka yang
ditangkap.
·
Orang benar yang
meninggal akan bangkit dan bersama-sama dengan orang-orang kudus yang masih
hidup ‘diangkat’ ke udara untuk menerima hidup kekal dalam tubuh kebangkitannya.
·
Yesus akan
menghancurkan Antikris dan pasukannya, dan dari Yerusalem akan menegakkan
Kerajaan Mesianik di bumi.
Inilah empat thema besar yang paling sering
diulang-ulang para nabi. Jika ingin memahami apa yang disampaikan oleh para nabi,
kita bisa melakukan dengan memahami cerita besarnya yang berkaitan dengan Hari
Kedatangan Tuhan dan kerajaan yang menyertainya. Dengan pemahaman ini
diharapkan akan menjadi lebih jelas dan bisa dimengerti apa yang tadinya membuat
kebingungan banyak orang dalam memahami bagian-bagian kitab para Nabi. Meskipun
para nabi itu pada mulanya memang membicarakan peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi di masanya, atau yang segera akan terjadi, tetapi pada akhirnya mereka
sedang menceritakan cerita besar yang sama, dan yang menunjuk ke masa depan
yang mulia.
2-Des-2012 - Prinsip #6: Kenali penekanan terakhir nubuatan terbesarnya (3) – Kita pernah mendengar ungkapan “Jangan kehilangan hutan karena memperhatikan pepohonan.” Ini peringatan agar kita tidak terjebak dengan kerumitan atau rincian (pepohonan) yang ada sehingga kehilangan gambaran besarnya (hutan). Ini sangat cocok kalau dipakai mempelajari nubuatan alkitabiah. Saat mempelajari bagian-bagian Alkitab berkenaan dengan akhir-jaman, mudah bagi seseorang menjadi terlalu asyik dengan bagian-bagian khususnya sehingga kehilangan cerita besarnya. Saya mengamati baik yang belajar maupun yang mengajar sering melakukan kesalahan ini. Sesungguhnya kesalahan ini mudah dihindari. Sebelum memulai suatu bagian, kita mula-mula harus memegang kokoh cerita besarnya. Cerita ini yang kita pakai untuk sarana mempelajari berbagai nubuatan yang ada. Alkitab itu selalu menceritakan sesuatu yang penting dengan berulang-ulang, dengan berbagai cara yang berbeda-beda. Jika ada thema penting, thema itu akan banyak diulang-ulang di banyak bagian secara profetis sehingga menjadi jelas. Dengan mempelajari thema-thema umum yang diulang-ulang seseorang akan mampu menangkap ‘gambaran besar’ nubuatan alkitabiah.
1-Des-2012 - Prinsip #6: Kenali penekanan terakhir nubuatan terbesarnya (2) – Tetapi disinilah letak masalahnya. Salah satu karakteristik pemikiran Barat ialah ingin mengatur dan mengelompokkan segala hal ke kategori yang rapi. Orang Barat suka mensistimatiskan segala sesuatu, termasuk theologi. Bahkan mencoba membedah Firman TUHAN seperti membedah seekor katak di lab. Akibatnya, saat mencoba menafsirkan Alkitab, seringkali mencoba mendefinisikan setiap ayat atau bagian-bagiannya, apa termasuk sejarah atau penggenapan masa-depan. Tetapi Alkitab itu buku dari Timur yang tidak ditulis dengan cara-pikir Barat. Yang membuat sebagian besar orang Barat tidak mengerti ialah sering dijumpai di Firman keterkaitan antara sejarah dan masa-depan, yang terjalin dengan mulus. Misalnya apa yang tertulis di Yesaya 9:5-6, yang menyatakan bahwa tujuan utama Anak ialah untuk membenarkan Israel dalam melawan musuh-musuhnya. Anak akan memberi batas-batas Israel yang akan diperluas; beban yang menekan orang Yahudi akan dipatahkan; sepatu tentara dan darah akan menjadi bagian masa lalu. Anak ini akan memberi kedamaian kekal. Tokh, meskipun Anak ini, Yesus, sudah datang, tetapi sisa nubuatan yang disebutkan belum tergenapkan. Israel masih tetap ditindas. Peperangan tetap berlanjut. Sudah duaribu tahun berlalu tetapi masih ada janji-janji yang belum tergenapkan. Nilai pembacaan ayat ini tidak memberi indikasi akan terwujudkannya hal ini. Di bagian yang mulus ini, ada kisah sejarah (Anak sudah lahir) dan penggenapan masa-depan (Dia akan memerintah, mematahkan tongkat penindasan, dan memberi damai-sejahtera kekal). Mereka yang dari dunia Barat akan mengalami kesulitan karena tidak menyadari adanya unsur-unsur yang saling terkait di dalamnya. Kadang-kadang suatu bagian firman bisa sebagian sejarah dengan bayang-bayang nubuatan masadepan. Kadang-kadang, seorang nabi mengatakan hampir semuanya untuk masadepan dengan sedikit bayangan penekanan sejarah. Tetapi di kesempatan lain, semuanya untuk masadepan atau semuanya untuk sejarah. Kalau begitu bagaimana kita bisa memahami bagian-bagian yang demikian itu? Jawabnya terletak dalam pemahaman cerita-besarnya bahwa semua nabi itu mengatakan dan menyatakan thema-thema yang selalu berulang, yang membangun kisah-besar ini.
Disadur bebas dan disiapkan oleh Iskak Hutomo