Kamis, 31 Mei 2012

Devosi - Mei 2012

31-Mei-2012:  BUDAYA MEMPENGARUHI IMAN KRISTEN (2) – Proses Theologi               Home
Gereja itu dipanggil untuk inkarnasi, menghidupkan pengajaran Firman dengan berpartisipasi dalam budaya; aplikasi alkitabiah itu merupakan eksegese (penjelasan dan penafsiran kritis) theologia yang dipertemukan dengan budaya yang ada. Prinsip utama dari doktrin-doktrin dan kebenaran-kebenaran Firman itu hakekatnya bersifat universal, dan yang seharusnya tidak berubah karena adanya perubahan budaya. Misalnya, ke-Allahan Kristus; keselamatan oleh kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus; sorga bagi umat percaya; penghukuman bagi yang berdosa; dan bahkan peran gender, berdasarkan jenis kelamin yang ada di keluarga seperti yang dinyatakan di Efesus 5:22-33 yang didasarkan pada tatanan penciptaan, bukan budaya.
Menurut pengajaran 1 Korintus 10:8 yang menyatakan bahwa suami merupakan kepala keluarga itu didasarkan pada tatanan penciptaan, bukan budaya. Sekarang lebih banyak para pemimpin Injili dipanggil dalam kaitannya dengan pandangan keluarga dan gereja yang bebas yang dikaitkan dengan kepala rohani, tetapi lebih banyak didorong oleh budaya daripada Alkitab, khususnya kalau dikaitkan dengan suratan Paulus yang tidak relevan lagi untuk hari ini karena Paulus berbicara berdasarkan gender dalam konteks budaya dimana laki-laki yang berkuasa (yang dia sebutkan di 1 Korintus 10:8 dan 1 Timotius 2:12-14). Juga perlu diperhatikan Galatia 3:28 yang menyebutkan tidak ada “laki-laki atau perempuan” yang menunjukkan kalau laki-laki maupun perempuan itu sama, sama-sama syah di hadapan Kristus. Meskipun begitu bukan berarti menghapuskan hakekat kalau laki-laki itu memang sebagai kepala di rumah dan gereja, meskipun kepemimpinan perempuan itu juga alkitabiah dan perlu dalam merefleksikan gambaran Allah menurut Kejadian 1:27 untuk dominion-Nya menurut Kejadian 1:28.
Lebih jauh, proses theologi telah merasuk ke gereja dalam banyak bentuk dengan pengajaran khususnya yang menyatakan bahwa pengajaran Injil dan Alkitab itu selalu bertumbuh sejalan dengan kemajuan budaya, bahkan sepertinya Tuhan itu selalu mengajar dengan dan melalui penyingkapan waktu. Oleh karena itu proses theologi merupakan bentuk evolusi semesta yang merupakan pertemuan terbuka kepercayaan yang mengajar kalau Tuhan sepertinya bahkan tidak tahu beberapa aspek masa depan yang ‘belum bisa diketahui.’
Meskipun kita perlu tetap melekat paada pesan-inti Firman dalam konteks budaya, kita harus menghubungkan Injil dengan budaya khusus kita dalam agar orang-orang bisa memahami dan menerimanya. Banyak kali orang-orang bukannya menolak esensi Injil tetapi pernik-pernik budaya yang dilekatkan pada Injil.

30-Mei-2012:  BUDAYA MEMPENGARUHI IMAN KRISTEN (1) – Teori Hyper Dispensasi               Home
Merupakan kepedulian saya, Joseph Mattera, untuk menunjukkan hubungan yang ada antara formasi theologia di gereja, khususnya budaya-budaya dan gerakan-gerakan modern yang ada saat ini. Yang saya maksudkan dengan budaya adalah bahasa, seni, kebiasaan, nilai-nilai, alat-alat tukar, dan aspirasi-aspirasi dari sekelompok orang, komunitas, kota dan bangsa.
Sewaktu menjadi orang Kristen baru saya kira gereja itu hanya mengkotbahkan apa yang dengan jelas diajarkan di Alkitab. Tetapi di tahun 1995, melalui bacaan sejarah gereja, saya terkejut saat menemukan kalau para theolog dan para pemimpin Kristen Injili di Amerika memisahkan diri dari reformasi sosial dan mengubah pandangan eskatologi tentang kedatangan Tuhan Yesus, dari pandangan post-milenum ke hyper-dispensasi, suatu pandangan pre-milenium yang menekankan untuk menunggu pengangkatan saat Kristus datang kembali.
Teori-teori pengangkatan, apa itu terjadi sebelum, ditengah-tengah, atau setelah penganiayaan, tidak dikenal sebelum tahun 1820-an, ketika diperkenalkan oleh Edward Irving, guru yang reputasinya diragukan dan yang dikenal karena pandangan-pandangan ekstrimnya yang didasarkan pada penglihatan dan pewahyuan. Dia menerima pandangannya atas pengangkatan sebelum-aniaya dari Margaret MacDonald yang sedang menghadiri pertemuannya.
Mengapa terjadi hal seperti itu? Para pengkotbah seperti Charles Finney berkotbah dan bekerja untuk reformasi sosial (menentang pemusnahan, penguasaan-diri, emansiapasi-wanita, dll.) sehingga Kerajaan TUHAN bisa dimanifestasikan di bumi seperti di sorga. Tetapi, setelah kengerian yang terjadi saat Perang Saudara dimana 600 ribu laki-laki terbunuh, gereja ketakutan dan hilang pengharapannya untuk mendatangkan Kerajaan TUHAN di bumi Amerika. Inilah yang membawa gereja ke hyper-dispensasinya, pandangan tentang sebelum Kerajaan Seribu Tahun, yang menekankan hanya menunggu kedatangan Kristus dan pengangkatan. Oleh karena itu perubahan theologi ini sepertinya terkait dengan Perang Saudara; perubahan ini bukannya didasarkan karena mempelajari Alkitab tetapi karena terjadi perubahan di masyarakat dan budaya yang mempengaruhi sistem-kepercayaan gereja, dan melangkah ke jalan hakekat dispensasi yang sekarang ini, yang lebih bersifat injili selama 135 tahun belakangan ini.
Perubahan ini membuat gereja meninggalkan tanggung-jawab akan budaya dan hal ini menjelaskan mengapa saat ini banyak pengunjung gereja punya moralitas dan budaya yang rendah! Lebih jauh, pemikiran dispensasi, atau kelonggaran ini, memisahkan salib dari budaya—sang Pencipta dari yang ditebus—sehingga menghasilkan dikotomi, hanya ada dua pilihan saja, antara yang spiritual dan yang material, dan gereja memenangkan jiwa-jiwa hanya untuk ke sorga dan memberikan pengelolaan bumi ke para sekuler atau orang dunia!

29-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (34) – Implementasi (3)               Home
Dewan Apostolik ialah kesatuan dalam keragaman umat percaya yang ada di suatu wilayah yang bertekad menjadikan kehendak Bapa di bumi seperti di Sorga. Dewan Apostoli inilah yang akan menetapkan nilai-nilai yang  akan dihidupi suatu masyarakat/bangsa agar memiliki hidup sejahtera sebagai   akibat telah terjadinya transformasi kehidupan pribadi, sosial dan budaya. Transformasi yang bukan sekedar di-iman-imani dan dinikmati secara sensasi emosionil oleh satu orang yang kemudian ditularkan kepada orang-orang di kelompok lingkup pengaruhnya. Tetapi transformasi yang benar-benar diakui, yang memang terbukti. Ada sesuatu yang ‘sociologically verifiable transformation’, ada pembuktian berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku baik sosial, budaya, maupun lingkungan, kalau memang benar-benar telah terjadi suatu transformasi.
Untuk bisa mentransformasi suatu masyarakat/bangsa tentunya harus mentransformasi aspek-aspek kehidupan yang mendominasi kehidupan masyarakat tersebut seperti bisnis, pemerintahan, pendidikan, agama, media, hiburan/seni, olahraga, dll. Transformasi yang merambah kehidupan moralitas, mentalitas, emosional, pribadi, keluarga, sosial dan keuangan.
Dewan Apostolik-lah yang bertanggung-jawab untuk itu. Kalau di suatu wilayah belum ada baik yang terpanggil untuk syafaat-profetis maupun pemerintahan-apostolik maka keduanya harus ditetapkan atau dilahirkan. Dari Dewan Apostolik wilayah akan ditetapkan/lahir rasul-rasul wilayah yang akan membangun ‘gereja-gereja’ wilayah (territorial churches/extended churches). Memang yang dipakai kata ‘gereja’ tetapi bentuk, spesifikasi, dan fungsinya sangat berbeda dengan gereja (nuclear church) yang saat ini kita kenal. Gereja yang akan men-dominion (mengambil kuasa dan otoritas) untuk memberi pengaruh dan dampak Ilahi di wilayahnya. Gereja unik yang lahir melalui ‘bidan’ Dewan Aostolik Kota setempat.
Inilah maksud dan tujuan dibangunnya Dewan Apostolik, yang sekaligus bertanggungjawab juga dalam empowering (training, equiping, dan mentoring), commissioning (menempatkan dan memfasilitasi), serta caring & overseeing kegerakan transformasi yang akan dan sedang terjadi.
Dewan Apostolik untuk bangsa kita ini mula-mula Tuhan taruh di hati saya (sejauh yang saya ketahui), dan yang sekarang saya coba bagikan kepada Anda semua, agar kita bisa bersama-sama mewujudkan visi atau impian besar ini. Saya membagikan ini sekaligus untuk menantang Anda: menantang pola pikir, menantang motivasi, pelayanan, panggilan, dan gereja / pelayanan Anda. Ya, menantang Anda secara pribadi maupun korporat untuk mewujudkan bersama mandat Ilahi ini.
Tetapi sebelum Anda memberi tanggapan perlu saya beritahukan bahwa apa yang akan kita lakukan bukan sekedar mensejahterakan orang Kristen saja, tetapi mensejahterakan seluruh  lapisan masyarakat yang ada di wilayah pengaruh kita. Siapapun dan apapun latar-belang mereka!
Juga, bagi Anda yang   masih memiliki pola pikir sempit (maaf), yang hanya tertarik pada sesuatu untuk kepentingan gereja atau denominasi atau kelompok sendiri, atau agama sendiri, sebaiknya tidak ikut ambil bagian, sebab akan banyak menimbulkan konflik kepentingan dalam diri Anda, maupun kami. Anda bisa kecewa dan luka, demikian juga kami, yang akhirnya akan menghambat dinamika kegerakan yang ada. Tujuan pelayanan ini adalah untuk menegakkan nilai-nilai kehidupan Kerajaan di suatu wilayah sehingga masyarakatnya akan ditransformasikan/disejahterakan secara holistik. Itu saja. Di dalam dan selama pelayanan tidak akan kita jumpai panji-panji pribadi dan golongan. Murni pelayanan, tanpa pamrih dan motivasi pribadi, selain untuk meninggikan satu nama saja, nama Yesus Kristus.
Lalu, apakah dengan terlibat dalam Dewan Apostolik pelayanan lokal kita akan dikorbankan?
Tidak, bahkan akan terdongkrak! sebab pelayanan kita bersifat kolaborasi, sinergi, bahkan konvergensi, kalau memang panggilan Ilahi dan destiny Ilahi kita sama.
Lalu apa saja yang dituntut dalam pelayanan Dewan Apostolik ini?
Karena ini adalah pelayanan bersama maka secara bersama-sama pula kita berkomitmen mewujudkan impian untuk mensejahterakan wilayah/bangsa kita. Ini adalah modal awal dan yang utama. Untuk yang lain-lain kita tidak tahu, sesuai dengan strategy Ilahi apa yang akan Tuhan singkapkan di wilayah kita masing-masing pada saat kita sudah mulai mewujudkannya. Hanya dibutuhkan hati, komitmen, dan sikap yang rela, dan siap, untuk Tuhan pakai sebagai alat-Nya.
Kalau Anda orangnya, tanpa harus meninggalkan gereja, pelayanan, pekerjaan, ataupun organisasi dimana Anda saat ini terlibat, mari kita bersama-sama genapkan Amanat Agung Tuhan Yesus ini. Mari, kita bertekad dan dengan sengaja mengusahakan kesejahterakan bangsa kita. Ini bisa kita mulai dengan masyarakat dimana saat ini kita berada.
Kiranya dengan membagikan beban Ilahi ini, Roh Kudus menginspirasikan/mewahyukan sesuatu ke dalam hati Anda sehingga Anda memahami apa panggilan Ilahi yang memang sudah Tuhan tetapkan bagi Anda.
Tuhan Yesus memberkati.

28-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (33) – Implementasi (2)               Home
Sekian puluh tahun yang lalu kita sudah pernah mendengar suara kenabian/nubuatan yang antara lain menyatakan akan terjadi keadaan dimana para pemimpin gereja akan di mintai nasihat oleh pemerintah, dan akan terjadinya pemindahan kekayaan dari orang-orang fasik ke orang-orang benar. Tetapi kok sampai saat ini hal itu sepertinya belum terwujud. Mengapa? Salah-satu jawaban untuk itu ialah para rasul belum ada / siap! Mereka belum atau sedang dalam proses pemulihan. Juga integritas kelima-jawatan belum terjalin dengan kuat. Sebab, seandainya benar-benar terjadi pemindahan kekayaan dan rasul-rasul yang ditunjuk belum ada di wilayahnya maka  kekayaan yang dipindahkan tersebut akan masuk ke ‘lubang-hitam’!
Tetapi sekaranglah waktunya, setelah Tuhan selesai memulihkan kelima-jawatan dan integritas kelimanya sudah mulai dikuatkan. Sudah siapkah kita, umat Tuhan, untuk itu? Dan bagaimana caranya?
Artikel ini, dan artikel-artikel yang kami terbitkan, akan membahas hal-hal yang berkenaan dengan masalah ini. Bukan hanya apanya tetapi juga bagaimananya serta implementasinya. Untuk artikel ini kita berfokus pada pembangunan Dewan Apostolik Wilayah / Kota dimana kita berada; suatu institusi-organisme penyelaras syafaat-profetis dan pemerintahan-apostolik, untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang shalom, yang sejahtera secara holistik.
Tuhan sesunguhnya sudah memberikan nyanyian-nubuatan bagi bangsa kita dalam kata-kata, ‘Indonesia sejak d’hulu kala, tetap di puja-puja bangsa’. Nyanyian, yang kalau saat ini kita nyanyikan, ada sesuatu yang tidak pas dengan realita yang ada, yang kalau tetap kita paksakan akan memberi suara sumbang karena terjadinya konflik antara hati dan pikiran serta emosi kita. Tetapi kita percaya, begitu impian ini terwujud, nyanyian-nubuatan ini akan menjadi nyanyian kebanggaan bangsa Indonesia. Juga bagi generasi-generasi penerus, generasi anak-cucu-cicit kita, sampai selama-lamanya.
Kalau nyanyian-nubuatan ini memang merupakan syafaat-profetis, bagaimana kita di masing-masing wilayah mampu menyelaraskannya dengan pemerintahan-apostolik yang ada? Dan kalau kedua hal ini sudah terselaraskan dan mulai diimplementasikan maka … bam! terjadilah breakthrough spiritual berupa transformasi kehidupan menjadi kehidupan yang shalom di semua area kehidupan: bisnis, pendidikan, pemerintahan, agama, media, hiburan, dll.
Saudara paham arti dari semua ini? Paham akan pentingnya dibangun Dewan-Dewan Apostolik Kota? Jangan pernah membayangkan itu seperti apa sebelum kita mulai membangunnya karena memang belum pernah ada di wilayah kita! Percayakah kita akan hal ini?
Kalau ya, maka ‘Damailah Negeriku, Sejahteralah Bangsaku’ bukan sekedar suatu slogan deklarasi yang pernah di-release oleh suatu pelayanan masyarakat sekian tahun yang lalu, tetapi benar-benar akan terwujud dan diakui. Dan bukankah ini sesuatu yang memang diimpikan oleh setiap masyarakat yang ada di bangsa kita? Tanpa memperhatikan latar-belakang suku, bahasa, budaya, kepercayaan, agama, pribumi, non-pribumi, apapun-lah?!
Kita memang tahu yang punya mimpi dan percaya untuk hal ini tidak banyak; dan memang tidak harus banyak. Mimpi ini hanya dimiliki oleh mereka yang punya wawasan pandang dan pikir cinta kebangsaan berwawasan global. Lebih tepatnya disebutkan berwawasan Kerajaan (Kingdom), yang hanya untuk kepentingan Kerajaan, karena ini memang amanat Raja Agung kita, Tuhan Yesus Kristus.
Kita tahu kehebatan sekelompok orang kalau sudah memiliki satu tujuan/visi bersama yang dipercayai dan bertekad untuk diwujudkannya, yang Allah sendiri juga akui sewaktu ada usaha manusia untuk membangun sesuatu yang mustahil, menara yang puncaknya sampai ke langit. Pada saat itu Allah berkata, ‘Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana!’ Dengan menyatukan visi, tekad, dan pemahaman akan mampu menciptakan momentum untuk melahirkan kegerakan yang dahsyat. Inilah perbuatan nyata yang harus kita upayakan, tentunya dengan anugerah dan perkenan Tuhan. Dan kita percaya, selama tujuan utamanya adalah BUKAN untuk mencari nama sendiri atau golongan, tetapi untuk memuliakan nama Tuhan, untuk Kerajaan-Nya, kita tidak akan dikacau-balaukan seperti pembangunan menara pada waktu itu.

27-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (32) – Implementasi (1)               Home
Kita semua memimpikan suatu bangsa yang hidup sejahtera. Sejahtera dalam arti sejahtera-holistik, bangsa yang memiliki kehidupan shalom, kehidupan di bumi yang seperti di Sorga. Ini adalah mandat yang memang sejak awal sudah merupakan doa harian yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: Mandat untuk mendatangkan Kerajaan Allah dan menjadikan kehendak Bapa di bumi seperti di Sorga. Bahkan sejak manusia pertama dijadikan, mandat ini sudah diberikan. Mandat untuk bertambah banyak, memenuhi, menaklukkan, menguasai, serta mengusahakan dan memelihara wilayah yang sudah diberikan Bapa, serta menyelaraskan dengan kehendak Bapa.
Kalau mau menjadikan ini menjadi mandat, maka kita harus bangun dari tidur dan mulai bertindak. Kalau tokh kehidupan yang shalom itu sepertinya masih merupakan mimpi bagi suatu wilayah, kota, dan bangsa kita, mari kita bangkit, kalau memang kita masih ‘hidup’. Tahu apa arti hidup itu? Seseorang dikatakan hidup kalau dia memahami atau sadar akan siapa dirinya, sadar dimana keberadaanya saat ini, sadar akan tujuan, mandat, atau panggilan hidupnya, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk sampai ketujuannya, serta bertindak untuk mewujudkannya.
Kalau ingin Kristus bercahaya atas kita maka kita harus bangun dan bangkit dari antara orang mati! Kalau kita ingin Kristus bercahaya atas masyarakat, wilayah, kota, dan bangsa kita, kita harus membangun dan membangkitkan mereka dari tidur dan kematian. Kita bisa melakukan itu karena Bapa sudah memberi kuasa dan otoritas untuk itu, selama kita segambar dan serupa Dia!
Mari kita mulai bangun dan bangkit. Kalau kita masih dalam keadaan matipun, kuasa kebangkitan Kristus akan sanggup menghidupkan kita kembali. Mari kita mulai mencermati siapa diri kita sebenarnya,. Kita cermati tempat keberadaan dan kehidupan masyarakat kita. Kita cermati apa sesungguhnya tujuan atau keadaan yang Bapa inginkan dan tetapkan bagi masyarakat kita. Dengan anugerah dan perkenanan Tuhan mari kita mulai mengambil tindakan-tindakan nyata untuk mewujudkan itu.
Mandat ini sesungguhnya sudah disadari oleh banyak umat dan gereja Tuhan. Mereka pun sudah berusaha melakukan banyak kegiatan untuk mewujudkannya, walaupun kegiatan-kegiatan itu memakai istilah dan slogan yang berberbeda-beda. Mereka sudah mencoba melakukan baik yang berskala lokal maupun nasional sejak sekian puluh tahun yang lalu. Tetapi sampai saat ini sepertinya belum kita lihat wujud keberhasilannya. Mengapa?
Satu hal yang sepertinya belum diusahakan, sejalan dengan pewahyuan yang saat itu belum Tuhan singkapkan, ialah peng-implementasi-an strategi-apostolik. Strategi yang menyelaraskan syafaat-profetis dengan pemerintahan-apostolik yang ada di suatu wilayah atau bangsa. Strategi ini diberikan setelah Tuhan memulihkan fungsi kelima-jawatan dalam gereja-Nya. Dua kegerakan terakhir yang Tuhan lakukan ialah kegerakan-profetis pada tanun 80-an dan kegerakan-apostolik pada tahun 90-an. Kegerakan-kegerakan yang Tuhan lakukan agar terjadi keteraturan Ilahi serta pemulihan fungsi kelima-jawatan di gereja-Nya, sehingga bisa sepenuh-penuhnya memperlengkapi orang-orang kudus untuk mendemonstrasikan Injil Kerajaan dan mengumpulkan penuaian untuk Kerajaan Allah! Sekarang ini kita sedang memasuki era New Apostolic Reformation atau Third Apostolic Reformation. Pemulihan ini tidak terjadi hanya di nuclear-church (institusi gereja yang saat ini kita kenal) tetapi juga di extended-church (gereja di market/work-place/komunitas).

26-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (31) – Para Pasukan Dikumpulkan               Home
‘Tuhan siap bertakhta atas seluruh kota, wilayah dan bangsa jika umat kudus-Nya mau menyesuaikan dan menyelaraskan dirinya.’
Yoel 3:9-13 adalah Firman yang mewakili waktu yang saat ini kita masuki.  Nabi mengingatkan para pemimpin untuk ‘Maklumkanlah hal ini di antara bangsa-bangsa: bersiaplah untuk peperangan, gerakkanlah para pahlawan; suruhlah semua prajurit tampil dan maju!
Begitu dewan apostolik mulai bangkit dan bersama-sama mencari Tuhan, dan sewaktu Tuhan mulai menempatkan diri di takhta-Nya dan orotitas-Nya atas kota-kota, wilayah dan bangsa, maka peperangan akan dicanangkan. Ini akan memobilisasikan tubuh Kristus sebagai pasukan Allah. Banyak umat kudus yang sedang menunggu strategi dan perintah Ilahi! Jika para pemimpin telah menempatkan diri dan menyelaraskan diri, tubuh Kristus yang lain akan mengikutinya juga. Begitu kita melakukan ini, sumberdaya akan mulai Tuhan lepaskan untuk mencukupkan semua kebutuhan yang diperlukan.
Direktur pelayanan tari kami, Dolly Black, mendapat mimpi dimana saya sedang mengarahkan kumpulan orang seperti tentara. Saya sedang memberikan arahan khusus, dan dia mengatakan bahwa sewaktu mimpi itu berakhir dia mendengar saya mengatakan, ‘Ada tiga hal yang dibutuhkan pasukan …’. Ketika dia menceritakan mimpi itu kepada saya, segera Tuhan memberikan tiga hal itu kepada saya. Ketiganya ialah: melatih dan memperlengkapi pasukan, menstrategikan dari pusat komando dengan para pemimpin yang punya otoritas dan hikmat untuk mengimplementasikan dan memobilisasikan, serta penyediaan sumberdaya untuk melaksanakan seluruh strategi yang ada.
Salah satu yang Chuck Pierce ingatkan untuk tubuh Kristus lakukan ialah ‘tanya Roh Kudus untuk menyingkapkan jalur-jalur penyedian baru’. Ada banyak sumberdaya yang belum disingkapkan dan dimaanfaatkan sebab Tuhan sedang menunggu umat-Nya yang rindu melihat Kerajaan-Nya dikembangkan di bumi ini!
Apa yang terjadi di bumi menentukan apa yang Sorga akan alirkan (Matius 18:18-20). Karena Tuhan telah memberikan bumi kepada manusia (Mazmur 115:16), Dia sedang menunggu kita untuk datang dalam keselarasan dengan Dia dan tujuan-Nya. Begitu kita melakukannya, apa yang ada di Sorga akan terjadi di bumi. Tuhan siap untuk duduk di takhta-Nya atas seluruh kota, wilayah, dan bangsa-bangsa jika umat kudus-Nya sudah menyesuaikan dan menyelaraskan dirinya.
Jika para pemimpin mau melangkah maju dan tidak ditakutkan untuk datang bersama-sama, berani mengatakan apa yang mereka dengar Tuhan katakan, dan bersama-sama memobilisasi diri untuk melihat kehendak-Nya dinyatakan, dewan Sorga akan cepat berfungsi untuk melepaskan restorasi keadilan ke wilayah-wilayah. Kiranya itu terjadi sekarang!
(27-31 Saduran bebas dari God’s Government is Being Seated and His Order Established - Mike McClung)

25-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (30) – Model Kisah Rasul 13               Home
Tuhan sedang membangkitkaan para rasul, pelayanan kerasulan, dan dewan-dewan kerasulan atau apostolik. Artinya Tuhan sedang memanggil tubuh Kristus untuk berperang. Ini bukan suatu peperangan dimana kita yang akan kalah, tetapi yang akan menang, jika kita menempati tempat kita yang semestinya, tunduk kepada perintah Tuhan, dan mentaati strategi-strategi yang Dia berikan sewaktu Dia duduk di takhta-Nya sebagai Hakim atas kota-kota, wilayah-wilayah, dan bangsa-bangsa. Kuasa musuh akan dipatahkan dan transformasi dimanifestasikan! (Lukas 18:8).
 ‘Sekaranglah saatnya untuk datang bersama dengan tujuan mencari hati dan pikiran Tuhan.’
Kisah Para Rasul 13:1-4 memberikan contoh dan model beroperasinya dewan apostolik. Begitu para pemimpin yang ditetapkan Roh Kudus datang bersama untuk bersekutu, menyembah (melayani Tuhan), berdoa, dan berpuasa, Tuhan akan memberi arahan dan strategi yang jelas dan bisa dipahami. Model dewan apostolik ini harus dipegang, tetapi tetap harus ada keleluasaan bagi Roh Kudus untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di saat pertemuan. Banyak pertemuan para pemimpin dimana saya juga terlibat yang hanya menekankan pada pertemuan sosial dan ‘tepuk-pundak’ saja. Ini memang bagus dan diperlukan untuk kesatuan Roh, tetapi harus lebih dari itu dan mau bergerak maju.
Sekaranglah waktunya untuk datang bersama dengan tujuan mencari hati dan pikiran Tuhan. Gereja harus menerima strategi-strategi kunci untuk melaksanakan perang yang akan dimenangkan atas jiwa-jiwa dan wilayah yang Tuhan telah tetapkan bagi kita.
Model penggembalaan tradisionil dimana gembala gereja lokal yang tugasnya difokuskan hanya untuk melayani anggota jemaatnya saja harus segera diakhiri. Meskipun masing-masing gereja lokal memerlukan bimbingan penggembalaan dan pelayanan yang kuat, kita harus memahami bahwa di kelompoknya itu banyak pria dan wanita apostolik yang tidak dapat menggenapkan panggilannya karena adanya tuntutan ‘pelayanan’ yang dibebankan. Kebutuhannya harus berubah, hati dan pikiran dengan kirbat-kirbat lama harus dipecahkan.
Banyak yang akan dipanggil untuk meninggalkan kenyamanan ‘pelayanan’ lama untuk menggenapkan panggilan Tuhan, bukan hanya untuk kehidupan pribadi dan gereja lokal atau denominasinya sendiri, tetapi untuk seluruh kehidupan di kota dan wilayahnya.
Dewan apostolik memulai pertemuan dengan mencari Tuhan seperti di Kisah Para Rasul 13, kemudian melepaskan deklarasi dan strategi-strategi yang Allah berikan. Bila hal ini mulai dilakukan akan banyak pemikiran tradisionil yang akan menolak hal ini, dan mungkin mengomentari, mencela, dan mengejeknya, dan bahkan mulai menindasnya. Walaupun demikian, dewan-dewan kerasulan harus tetap bertekad untuk melihat hal ini terjadi, karena kehidupan kita, dan kota kita, dan wilayah kita, harus terus meningkat dengan mendekatnya akhir jaman.

24-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (29) – Bangkitnya Dewan Apostolik               Home
Jika para imam Kerajaan menyelaraskan diri di bumi, selaras dengan kehendak, tujuan dan tatanan TUHAN, maka dewan Sorgawi akan menempatkan diri atas kehidupan keluarga, gereja atau wilayah, dan kuasa anugerah transformasi Allah dan keadilan-Nya akan terjadi atas orang-orang dan wilayah tersebut.
Jika dewan sudah berdiri, Firman mengatakan, ‘Dan aku melihat tanduk itu berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka, sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan.’ (Daniel 7:21-22)
Saat deklarasi Tuhan dinyatakan untuk perkenanan umat Tuhan, semua kata-kata setan, kebohongan dan perbuatannya dihancurkan dan meja diserahkan kembali kepada umat kudus-Nya. Ini memerlukan penyembahan dan syafaat siang-malam (Lukas 18:7-8) umat Allah yang menyelaraskan tempatnya dalam tubuh Kristus, baik secara geografis maupun fungsionil, pelayanan kelima-jawatan yang bekerja selaras dengan panggilannya, dan dewan-dewan apostolik bangkit untuk memperdengarkan dan mendeklarasikan apa yang Tuhan katakan atas wilayahnya.
Meskipun negara bagian TN dan AL telah memiliki dewan apostolik, banyak dari mereka yang duduk di dewan-dewan ini, termasuk saya, tidak memiliki dan beroperasi dengan cakupan-kota atau cakupan-wilayah. Saya sendiri tadinya bagian kegerakan lokal yang berfokus pada doa dan persekutuan, tetapi kegerakan ini tidak pernah masuk ke dalam apa yang seharusnya Tuhan maui – dewan apostolik para gembala, pemimpin, pengusaha, dll., yang mau duduk bersama dalam hadirat Tuhan, mendengarkan apa yang Dia katakan dan strategikan atas wilayah mereka. Ini melibatkan lebih dari sekedar tindakan sosial, meskipun ini bagian dari strateginya.
Banyaknya yang tidak bersedia mengambil langkah untuk menjadi masukan ‘suara’ strategis di wilayahnya bisa disebabkan karena adanya rasa takut akan apa yang orang lain pikirkan, perasaan rendah diri palsu, atau menghindari anggapan agar tidak kelihatan ‘arogan’. Apa rasul Paulus ‘arogan’ saat dia mengatakan kalau dirinya adalah seorang rasul? Sepertinya ada pemahaman yang berbeda dengan yang ada saat ini.
Banyak yang beranggapan bahwa para rasul itu orang-orang kudus yang berjalannya tidak menginjak bumi dan akan bersinar di tempat gelap! Sesungguhnyaa rasul itu adalah fondasi bagi tubuh Kristus, baik dalam pelayanan maupun personal. Kata ‘rasul’ satu-satunya pelayanan kelima-jawatan yang tidak diambil dari terminologi ‘agama’. Etimologi kata ‘rasul’ sudah ada ribuan tahun sebelum adven pertama, yang berarti seorang ‘jenderal’ yang memimpin pasukan dalam peperangan.
Kata ‘eklesia’, yang diterjemahkan ‘gereja’, berasal dari kata Yunani kuno yang menunjuk pada para hakim pilihan yang akan membuat dan memutuskan kebijakan sebuah kota atau wilayah. Mereka bisa menetapkan perang atau membuat damai, perjanjian, dan persekutuan. Mereka bertanggungjawab atas tindakan militer dan penggalangan dana untuk merealisasikan suatu misi. Gereja dan kepemimpinannya diharapkan bisa memerintah dan mengatur suatu wilayah melalui keintiman, penyembahan, dan doa (fungsi keimaman), mendengarkan strategi dari Tuhan (fungsi kenabian), dan melatih, memperlengkapi, memobilisasi, dan penyediaan kebutuhan untuk pelaksanaan strategi-strategi yang ditetapkan (fungsi apostolik).

23-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (28) – Dewan Sorgawi               Home
Seperti apa yang ditunjukkan oleh teman saya, Chuck Pierce, bahwa tahun ini (saat itu tahun 2007) adalah tahun 5767 kalender Ibrani. Tahun dilepasnya pedang Allah. Bob Jones dalam ‘Sheperd’s Rod’ juga mengatakan hal yang sama. Tahun penggenapan dan kesembuhan. Hal sama terjadi pada jaman kematian raja Uzia.
Pada pertemuan TN State Apostolic Council di Tennesee yang dihadiri oleh Dr. Peter Wagner dan Chuck Pierce, saya sampaikan bahwa sekarang ini sama dengan tahun saat Uzia meninggal. Chuck tersenyum dan mengatakan, tahun yang dinyatakan dalam Yesaya 6 juga merupakan tahun dilepaskannya pedang Tuhan, yang berkaitan dengan tahun 5767. Sungguh menarik semua ini dinyatakan pada pertemuan dewan apostolik negara bagian.
Di Dewan Apostolik TN, yang dikoordinir oleh Tammy Asup, tergabung para gembala dan pemimpin Tubuh Kristus yang ada di seluruh negara bagian. Negara bagian Alabama juga memiliki dewan, dengan mana kami punya pertemuan bersama di Memphis pada 26 Januari yang lalu. Menurut saya hanya negara bagian TN dan AL saja yang memiliki dewan apostolik di Amerika.
Selama pertemuan dewan ini disingkapkan bahwa Yesaya 6 merupakan profetis khusus akan apa yang Tuhan ingin lakukan tahun ini. Ketika raja Uzia digeser, tahta Allah dinyatakan dan ditegakkan di tengah-tengah Bait. Ini menunjukkan Dewan Sorgawi sedang ditegakkan dan diadakan rapat di bumi karena jalan sudah disiapkan dan tatanan bumi sudah selaras dengan Sorga.
Jika kita melakukan apa yang benar hanya menurut kita, tunduk pada tradisi dan pola-pola manusia dan tidak menyelaraskan tempat dan fungsi kita, Kerajaan dan kemuliaan Allah akan tetap terselubung. Tetapi begitu kita yang di bumi menyelaraskan tempat kita, dan memiliki peran serta berfungsi sesuai dengan panggilan masing-masing, dewan Sorgawi akan bertahta di tengah-tengah kita dan di wilayah kita.
Daniel 7:9-10, ‘Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
Ternyata, hanya setelah takhta-takhta ada di tempatnya maka takhta Allah ditegakkan dan Allah duduk di atasnya. Inilah yang disebut dengan Dewan Sorgawi itu, dimana Tuhan duduk sebagai Hakim dalam kemuliaan. Jika hal ini terjadi, Dia akan mengadili, dan memulihkan semua apa yang telah dicuri, dibunuh, dihancurkan, atau dikacaukan. Penghukuman terhadap apa yang jahat. Sementara bagi mereka yang telah menyelaraskan dirinya dengan Tuhan dan tujuan-Nya, kuasa Allah akan dilepaskan berupa berkat yang menyembuhkan dan memulihkan.

22-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (27) – Membangun Dewan Apostolik Kota               Home
Dalam masa doa-puasa 21 hari di awal tahun 2007 saya mendengar Tuhan berkata, ‘Sekarang adalah tahun raja Uzia meninggal.’ (Yesaya 6:1-9) Uzia, yang artinya ‘Yehova adalah kekuatanku,’ tadinya seorang raja yang baik, yang setia mengikuti Tuhan, sampai di dua tahun terakhir pemerintahannya. Karena suatu alasan, entah karena ingin berganti jabatan dari seorang raja menjadi seorang imam, atau mungkin karena ingin menambah tugas dan tanggungjawabnya.
Karena perbuatannya dia menerima teguran dari imam Azarya (2 Tawarikh 26:17-20). Bukannya bertobat dan kembali ke panggilannya, Uzia menjadi marah dan akibatnya mendapat penyakit kusta. Setelah sakit, bukannya bertobat untuk mendapatkan kembali otoritas dan posisinya, dia lebih bernafsu lagi dan akhirnya meninggal sebagai penderita kusta yang tidak bertobat.
Di tahun ini Tuhan mulai akan mengatur Tubuh-Nya, para pemimpin-Nya, dan pemerintahan apostolik-Nya. Kita harus memberi perhatian akan hal ini dan mulai menyelaraskan pelayanan dan penggilan. Kita harus mulai mencari dan mendapatkan tempat di tengah kehendak Tuhan terhadap kehidupan, keluarga, gereja, dan wilayah kita dalam rangka penyelarasan pemerintahan Tuhan untuk ditegakkan. Kerajaan Allah akan mulai termanifestasi seperti yang belum pernah kita lihat. Jika kita mau membuat penyesuaian dan penyelarasan yang diperlukan, kita akan bisa melihat kemuliaan Tuhan dan menerima strategi Ilahi untuk memobilisasi tubuh Kristus.
Pada saat raja Uzia meninggal, tahta Allah termanifestasi di bait-Nya, dan suara Tuhan bisa didengar oleh nabi Yesaya. Manifestasi membuat kehancuran hati yang membawa pertobatan dengan takut akan Tuhan. Mandat Sorgawi terdengar disertai pengutusan untuk melaksanakannya. Saya percaya Uzia tidak perlu meninggal jika saja dia mau bertobat dan mau menyelaraskan diri. Dia pun akan menerima pengalaman yang Tuhan nyatakan.
Banyak pelayan dan gereja yang sesungguhnya menghalangi-halangi pewahyuan dan tujuan penuh Tuhan dinyatakan kepada Gereja dan bumi ini. Pada saat Dia menyingkapkan transformasi yang sesungguhnya terjadi, baik k edalam maupun keluar Gereja-Nya, ada panggilan yang jelas agar pelayanan kelima-jawatan dan tubuh Kristus menyelaraskan tujuan dan penundukkan diri, serta memegang panggilan dan jubah khususnya yang sudah dimiliki masing-masing.
Begitu kita sudah di tempat yang ditetapkan, dan memiliki serta berfungsi dalam peran masing-masing, maka Dewan Sorgawi akan berada di tengah-tengah kita.

21-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (26) – Strategi Apostolik               Home
TETAPI ALLAH! Paulus tahu sejak dia diutus ke kota Efesus oleh Roh Tuhan, dia bisa memperoleh kemenangan. Pada saat otoritas apostolik memasuki suatu wilayah, gairah dan otoritas Tuhan Yesus Kristus akan didemonstrasikan. Ini akan membuat apa yang tadinya dingin dan bahkan membeku, menjadi panas dan mencair. Dan api Allah yang dilepaskan di wilayah itu akan menyambarnya dan membawa ke tujuan Allah. Ketika Paulus memasuki Efesus, dia memberi contoh strategi yang perlu kita jadikan model hari ini!
1.    Temukan kepemimpinan apostolik dan lepaskan pengurapan baru. Paulus melakukan ini kepada Apolos sehingga Roh Kudus mulai memanifestasikan sesuatu yang baru di daerah itu. Bahkan Alkitab menyatakan Paulus menemukan dua-belas pemimpin kunci di wilayah itu (Kisah 19:7)
2.    Paulus memproklamasikan kebenaran Kerajaan Allah untuk menggantikan sistem agamawi yang ada di wilayah itu. Setiap hari, selama tiga bulan, dia berdebat di sinanoge-sinanoge yang ada, untuk mengubah paradigma mereka.
3.    Allah bekerja dengan mujizat-mujizat yang luarbiasa di tangan Paulus. Misalnya, kita melihat bagaimana roh-roh jahat melarikan diri dan banyak orang yang disembuhkan dari penyakit. Paulus mendemonstrasikan otoritas nama Yesus Kristus di atas nama Diana. Kisah 19:20 mengatakan, ‘Dengan jalan ini makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa.
4.    Paulus berkonfrontasi dengan Ratu Sorga di sistem ekonomi. Seorang pengrajin perak yang membuat patung Diana memanggil semua pengusaha pembuat berhala ini dan berkata, ‘Saudara-saudara, kita menjadi makmur karena perdagangan ini.’ Kemudian dia menjelaskan kepada mereka bagaimana Paulus menyebabkan perdagangan mereka bangkrut. Dan jika Paulus terus menghancurkan kebesaran Diana, mereka akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan.
5.    Paulus membawa struktur kota yang diperintah kuasa jahat berkonfrontasi dengan Kerajaan Allah. Ini akan banyak membuat kebingungan, tetapi akan membawa kota terlepas dari kuasa jahat dan mengobarkan kebangkitan Ilahi di wilayah tersebut.
Inilah yang akan terjadi di setiap wilayah geografi saat kita menaikkan doa apostolik. Begitu dua pola di atas terjadi, syafaat profetis yang diselaraskan dengan pemerintahan apostolik, kita akan melihat terobosan dan penuaian di wilayah-wilayah di seluruh muka bumi ini. Doakan strategi ini: gabungan syafaat profetis dan otoritas apostolik, terjadi di seluruh bumi untuk terobosan rohani. Kita akan bisa melihat kebangunan besar yang pernah terjadi di Efesus akan terjadi lagi – (disadur bebas dari Apostolic Praying that Unlocks Regions oleh Chuck D. Pierce)

20-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (25) – Meruntuhkan Kuasa Jahat dan Kegelapan               Home
Paulus mengingatkan umat percaya di Efesus untuk memahami kasih, dan dibangun dalam kasih Kristus. Dia kemudian mulai berbicara kepada mereka tentang persekutuan mereka. Paulus mengatakan, ‘Pastikan semua hubunganmu sesuai dengan aturan Allah. Para suami dan isteri harus mempunyai hubungan yang benar. Para anak dan orangtua harus memiliki hubungan yang benar. Para hamba dan tuannya harus mempunyai hubungan yang benar satu dengan yang lain setiap harinya.’ Setelah ini benar, dia menginstruksikan mereka untuk melakukan peperangan dengan kuasa jahat dan kegelapan yang menguasai dan mencengkeram kotanya. Ini apa yang disebutkan di Efesus 6. Paulus tahu di kota itu ada sistem penyembahan berhala yang dikaitkan dengan Diana atau Artemis. Dia adalah orangkuat yang memiliki dominion dan kuasa di bawahnya, yang merasuk ke setiap aspek kehidupan masyarakat. Kuasa-kuasa ini menguasai semua sistem perekonomian, pemerintahan, pendidikan, dan penyembahan di wilayah tersebut. Saya suka Efesus yang menuliskan, ‘Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.’ Kemudian dia membuat salah satu pernyataan favorit saya. Paulus dengan berani mengatakan, ‘TETAPI ALLAH’. Paulus tahu bahwa kasih Allah dapat mengubah jalan hidup masyarakat Efesus. Dia tahu belas-kasihan dan anugerah Allah dapat menciptakan identitas baru bagi orang-orang ini dan identitas itu dapat melemparkan sistem Diana yang menguasai masyarakat tersebut.

19-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (24) – Otoritas Apostolik Yang Mengubahkan               Home
Saya, Chuk Pierce, suka kitab Efesus. Saya suka mempelajari kebangunan rohani di kota Efesus. Kita bisa menemukan kebangunan ini di Kisah 19. Ayat 2 merupakan pertanyaan kunci yang mengubah jalan sejarah Paulus begitu tiba di Efesus. Dia bertemu dengan Apolos, gambaran seorang rasul di daerah itu, dan bertanya kepadanya, ‘Apa engkau sudah menerima Roh Kudus ketika percaya?’ Apolos belum pernah mendengar tentang Roh Kudus. Dia hanya menerima baptisan Yohanes Pembaptis. Oleh karena itu Paulus menumpangkan tangan kepada Apolos, dan dia kepenuhan Roh Kudus, berbicara bahasa lidah, dan bernubuat. Paulus juga membaptis mereka dalam nama Tuhan  Yesus. Peristiwa ini merupakan awal dimulainya serangkaian peristiwa yang mengubah jalan sejarah orang Kristen, dan memberi contoh besar kepada kita tentang otoritas apostolik yang bisa memberi dampak di suatu wilayah.
Kita bisa menemukan pola doa apostolik pada saat Paulus berdoa untuk jemaat Efesus agar memiliki pemahaman tentang Tuhan Yesus. Dia kemudian berdoa agar mereka memiliki pemahaman akan harapan dan panggilannya atas wilayah itu. Dia kemudian menjelaskan bahwa mereka punya identitas yang tidak lagi dari dunia ini, dunia yang diperintah oleh roh kegelapan. Dia memberikan instruksi jelas bagaimana mereka sudah duduk di sorga, di atas semua kuasa dan pemerintahan. Dia mengajar bagaimana Roh yang sama yang telah membangkitkan Yesus dari kubur, juga akan membangkitkan mereka ke suatu posisi rohani yang mempunyai kemenangan atas lingkungan dan wilayah mereka.

18-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (23) – Berdoa dengan Otoritas Apostolik               Home
Berdoa dengan otoritas apostolik adalah kunci untuk membuka suatu wilayah. Para rasul punya kemampuan untuk menyelaraskan, atau memberi keselarasan terhadap apa yang belum atau tidak selaras, dengan tujuan Ilahi di suatu wilayah. Kita bisa temukan ini di Yohanes 20. Otoritas apostolik merupakan kunci untuk bisa melihat bagaimana Tuhan melepaskan berkat-berkat, atau penghakiman-Nya, atas suatu wilayah. Para rasul punya otoritas atas roh-roh jahat yang ada di suatu wilayah. Mereka punya kemampuan mendemonstrasikan kuasa supra-alaminya untuk menarik seluruh wilayah kepada Allah Pemberi Kehidupan. Kita bisa bertindak sebagai seorang rasul. Seseorang dengan roh apostolik akan berdoa dengan cara berbeda. Doa apostolik itu lebih bersifat merintis, melahirkan, dan menembus dibandingkan doa-doa bersama yang lain. Saat ini adalah waktu bagi pendoa syafaat untuk menemukan kekuatan apostolik di masing-masing wilayah di atas muka bumi ini, dan menghubungkan diri dengan visi mereka untuk penuaian. Kita harus membantu para pemimpin ini, mendorong pertumbuhan rohani dan kematangannya, dan mendeklarasikan pengaruhnya untuk mulai menerobos ke seantero wilayahnya. Ini akan membawa kejelasan penuaian di wilayah tersebut.

17-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (22) – Pola Mengolah dan Menuai Wilayah               Home
Di Matius 10 Tuhan mengangkat dan mengutus para murid-Nya memasuki dunia apostolik baru untuk pergi dan menuai tuaian dimana Dia mengutus mereka. Kita bisa melihat pola besar bagaimana Tuhan mengolah dan menuai suatu wilayah.
1. Yesus memerintahkan para murid di lingkup misinya. Dia mengatakan saat itu mereka tidak diutus untuk ke Gentiles (bangsa yang tidak mengenal Tuhan), atau orang-orang Samaria, tetapi mereka dipanggil untuk orang-orang Yahudi, yaitu domba-domba tersesat Israel.
2. Yesus memberi substansi pesan bahwa mereka harus memberitakan kalau Kerajaan Sorga sudah dekat. Ini berarti setiap kita harus mengerti bagaimana hukum Kerajaan Allah itu bisa memagari wilayah kita.
3. Yesus menetapkan pekerjaan apa yang harus dilakukan. Mereka harus mempunyai kuasa atas roh-roh najis dan mengusirnya keluar, mereka harus menyembuhkan semua jenis penyakit, mereka harus menyembuhkan kusta dan harus membangkitkan orang mati. Tuhan telah menunjukkan kepada mereka bagaimana semua tugas itu harus dilakukan, dengan contoh-contohnya, dan pengalaman yang mereka perlukan. Mereka harus pergi dan melakukan itu di wilayah kemana mereka diutus.
4. Yesus juga menetapkan jumlah peralatan dan bekal yang harus mereka miliki untuk masing-masing wilayah. Dia ingin agar mereka bergantung pada tempat dimana mereka pergi. Ini merupakan salah satu cara bagaimana Bapa akan membuka wilayah tersebut. Jika penduduk setempat menerima dan mencukupi kebutuhan mereka, mereka boleh tinggal. Jika penduduk tidak mau menerima mereka, mereka harus meninggalkannya; mereka bahkan tidak boleh membawa serta debu dari wilayah itu. Ini akan menentukan penghakiman Allah atas wilayah tersebut.
5. Yesus menjelaskan tentang ketekunan iman apostolik. Para murid harus mau bertekun bahkan meskipun ada di tengah penganiayaan. Akan ada rasul-rasul palsu dan kontrol pemerintah yang anti Kerajaan Allah. Tuhan bahkan menjelaskan bahwa akan ada anggota keluarga yang juga menolak dan melawan berita ini di wilayahnya. Oleh karena itu tanpa ketekunan iman mereka tidak akan dapat membuka wilayah tersebut.

16-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (21) – Memulai Otoritas Apostolik               Home
Dalam setiap tempat atau wilayah di bumi ini ada penuaian. Ketika mempelajari penuaian di Alkitab kita akan menemukan bahwa di saat penuaian itu hanya ada peluang singkat untuk mengumpulkan hasilnya. Saya percaya sekarang ini kita sedang memasuki kesempatan atau peluang yang singkat dan harus mulai berdoa untuk itu. Setiap kita mempunyai wilayah tertentu yang telah ditetapkan di suatu tempat beserta sumber-sumber harta yang ada di dalamnya. Sumber harta yang paling berharga tentunya manusia. Pada saat Tuhan berbicara tentang penuaian Dia mengutarakan penuaian yang berkaitan dengan umat manusia di dunia. Matius 9:36-38 menuliskan, ‘Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
Untuk bekerja di panggilan Tuhan kita harus mempunyai mata untuk  bisa melihat orang banyak, hati yang berbelas-kasihan, dan kemauan untuk diutus ke ladang-ladang yang telah Tuhan tetapkan. Untuk menggenapkan panggilan Allah dalam suatu penuaian telah tersedia sumber materinya, yang harus dibuka dan diambil. Tanpa kekayaan yang disediakan untuk penuaian itu ladang akan menjadi tandus. Perhatikan bagaimana bacaan firman di atas itu berkenaan dengan pengutusan para murid untuk menuai suatu ladang atau wilayah. Inilah cara bagaimana otoritas apostolik itu dimulai. Ingat, mereka itu adalah murid-murid Tuhan. Kata ‘murid’ berarti ‘pembelajar’. Tetapi kata ‘rasul’ berarti ‘utusan khusus’, seorang delegasi, seseorang yang diutus untuk suatu tugas atau peran khusus, seseorang yang dikirim dengan suatu pesan. Otoritas kerasulan harus ditetapkan di wilayah atau ladang kita untuk membuka penuaian di tempat itu.

15-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (20) – Membuka Kewarisan Wilayah               Home
Kita berhak juga menerima janji Allah yang sama (Galatia 3:15-29). Meskipun Abraham tidak sepenuhnya melihat penggenapan janji Allah di wilayahnya, Abraham mewariskan janji ini ke generasi-generasi di bawahnya. Ini menetapkan standar bagi keturunan umat manusia dari generasi ke generasi. Allah punya kewarisan bagi kita. Kewarisanmu termasuk dalam bagian yang Allah telah setujui denganmu, untuk diberikan kepadamu di bumi ini. Kewarisan, atau bagian kita itu, punya batas-batas fisik yang ditetapkan, beserta jatah yang juga sudah ada di wilayah itu.
Yesus datang untuk menggenapkan rencana penebusan Bapa di bumi ini. Ketaatan-Nya di kayu salib menjadikan nama kita ikut tertulis dalam rencana perjanjian Allah (Roma 11:17-24). Ini menjadikan kita sebagai anak-anak Abraham. Ini memberikan kita jalan masuk ke semua prinsip dan janji yang disediakan bagi kehidupan Abraham. Bagaimana ini bisa tergenapkan bagi kita saat ini? Di Perjanjian Baru kita temukan contoh yang sama tentang batas-batas. Di 2 Korintus 10 Paulus membicarakan peperangan rohani. Kemudian dia mendeklarasikan realitas otoritas apostolik dan batas-batas wilayahnya. Ayat 13 mengatakan, ‘Sebaliknya kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga.’ Saya suka apa yang versi New International Version tuliskan, ‘Kami akan memberi batas di wilayah yang telah Allah tetapkan bagi kami …’ Begitu batas-batas telah ditetapkan, kita bisa MEMBUKA kewarisan kita yang ada di wilayah itu.

14-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (19) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Doa Apostolik Pembuka Wilayah               Home
Pada suatu hari, setelah bangun, ada kata-kata yang terus terngiang di hati saya (Chuck Pierce), ‘Strategi: syafaat profetis (kenabian) harus diselaraskan dengan pemerintahan apostolik (kerasulan) agar di suatu wilayah mengalami terobosan spiritual dan penuaian.’
Saya memperhatikan bahwa jika para pendoa syafaat memasuki suatu wilayah dan berdoa serta terhubung dengan otoritas apostolik di wilayah tersebut, maka Tuhan akan menguasai ladang-ladang penuaian di wilayah itu. Untuk memperjelas pembahasan ini kita perlu memahami arti kata ‘dominion’, atau kuasa, atau otoritas. Selama ini kata dominion  sudah disalah-artikan dan disalah-gunakan sehingga banyak kali perlu diluruskan kembali. Tanpa pemahaman yang benar akan kata dominion ini kita tidak akan pernah mempunyai otoritas apostolik di suatu wilayah. Dominion artinya kuasa untuk memerintah (dengan memaksa) suatu wilayah agar mengakui dan menundukkan diri kepada otoritas atau pemerintahan yang ada di wilayah tersebut. Ada tiga prinsip alkitabiah yang berkaitan dengan hal ini: batas/wilayah/boundaries, dominion, dan otoritas. Saya menulis di Global Prayer News, ‘Ketika Tuhan menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, Dia minta mereka mengusahakan dan memelihara batas-batas taman itu.’ Ternyata mereka tidak melakukan tugasnya dengan baik karena telah mengubah, atau melanggar, batas-batas yang telah Tuhan tetapkan. Mereka dengan sengaja memutuskan hubungannya dengan Allah yang kudus.
Di masa berikutnya Tuhan menemukan seorang laki-laki bernama Abram. Abram dipanggil keluar dari Ur, kota Kasdim, suatu kota yang menyembah Ratu Sorga, untuk mengikuti Allah yang kudus, untuk memasuki batas-batas atau wilayah kemerdekaan dan kemakmurannya. Ketika Abram menanggapi panggilan Allah dengan meninggalkan bentuk penyembahan yang di lakukan selama ini, Tuhan membuat suatu perjanjian, atau kovenan, dengan Abram. Kovenan ini memberikan otoritas baru bagi Abram, dan menghasilkan perubahan nama dari Abram menjadi Abraham. Sekali lagi, Tuhan memberi nafas-Nya kepada seseorang yang ada di bumi ini. Ini menjadikan hakekat Ilahi Tuhan memasuki hidup Abraham. Kita temukan di Kejadian 15, Tuhan menetapkan batas-batas kewarisan Abraham. Dengan ketaatannya Abraham membawa dia lebih mendekat lagi untuk menduduki dan menerima penggenapan janji yang Allah yang telah ucapkan kepadanya.

13-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (18) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Tali Sipat               Home
“Inilah yang diperlihatkan-Nya kepadaku: Tampak Tuhan berdiri dekat sebuah tembok yang tegak lurus, dan di tangan-Nya ada tali sipat. Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Apakah yang kaulihat, Amos?" Jawabku: "Tali sipat!" Berfirmanlah Tuhan: "Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi.” (Amos 7:7-8)
Ayat ini sering dikotbahkan untuk mengingat akan penghakiman Tuhan, dan untuk mengatakan bahwa Tuhan menempatkan tali sipat di antara umat-Nya. Tali sipat adalah alat yang dipakai untuk mengetahui apa sesuatu yang sedang dibangun itu benar-benar tegak dan lurus. Ini dipakai sebagai gambaran Tuhan dalam menetapkan standard di antara umat-Nya, untuk menghakimi apa yang salah. Apa yang saya perhatikan tentang penglihatan tersebut ialah: Tuhan sedang berdiri di dekat tembok yang sedang dibangun untuk melihat kelurusannya.
Coba pikirkan. Tuhan telah mengatakan adanya penghakiman atas apa yang salah di antara para umat-Nya, tetapi dalam memegang tali sipat untuk menghakimi apa yang tidak benar, Dia juga berdiri di dekat tembok yang telah dibangun dengan benar. Dinding-dinding di Firman menunjuk kota Allah dan fondasi-fondasi apostolik khususnya.
Ini hanya bisa  diartikan bahwa di hari-hari penghakiman mendatang, tidak peduli bagaimana salahnya agamawi atau bentuk-bentuk yang ‘ngawur’, baik iman maupun gereja yang ada, akan dibangun juga suatu umat yang benar. Ini sebagai panduan untuk kedewasaan gereja di hari-hari terakhir, untuk menjadi mempelai yang tanpa cacat dan kerut, gereja Yesus Kristus yang dipulihkan dan dewasa, yang berfungsi dengan kehidupan apostolik, dan yang memegang firman hidup bagi bangsa-bangsa.

12-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (17) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Benar, bukan hak               Home
Untuk menjadi orang apostolik kita harus menyerahkan hak kita. Jika kita tidak menyiapkan diri untuk melakukan ini, kita tidak bisa mengikuti cara Kristus, dan tidak akan pernah mengenal kuasa-Nya. Kristus dihormati Bapa dan ditempatkan di tempat paling tinggi karena Dia menyerahkan hak-hak-Nya dan mempercayakan diri kepada Bapa. Ini pesan yang ada di Filipi 2, dimana kita dipanggil untuk memiliki pikiran yang ada di Kristus, dan satu roh, dan satu tujuan dengan para umat percaya, karena kita disatukan dalam Kristus. Kita dipanggil untuk memperhatikan keinginan orang lain, juga bagi diri-sendiri, dan diperintahkan untuk memiliki nilai-nilai yang Kristus telah lakukan saat Dia menjadikan diri-Nya bukan siapa-siapa. Yesus tidak menganggap ke-Allahan-Nya sesuatu yang harus dipertahankan, tetapi merendahkan diri menjadi hamba bagi yang lain. Demikian juga umat percaya komunitas apostolik tidak menuntut hak-haknya, tetapi mempercayakannya kepada Tuhan, dan mencari jalan untuk bisa menjadi hamba bagi umatnya. Seorang apostolik harus menjadi ‘bukan apa-apa’, dan Kristuslah yang akan meninggikannya dengan cara dan waktu-Nya. Inilah umat yang akan mewarisi janji apostolik, ‘Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!’ (Roma 16:20)

11-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (16) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Bukan Demokrasi tetapi Komunitas  Home
Demokrasi mungkin saja baik untuk bangsa-bangsa, tetapi Allah tidak merencanakan itu bagi gereja-Nya. Bahkan Churchill mengatakan, ‘Demokrasi itu suatu bentuk pemerintahan yang paling buruk dari semua bentuk pemerintahan.’ Gereja harus bangkit lebih dari demokrasi, dan menemukan serta membangun komunitas. Demokrasi itu tidak memberikan komunitas. Kelompok apostolik itu berfungsi melalui hubungan, dan dengan saling memahami dan mempercayai satu dengan yang lain secara mendalam, tidak melalui politik yang hanya berakhir dan menuju pada pemilihan. Dalam komunitas, bukannya opini mayoritas yang diperhatikan, tetapi Roh Allah yang memberikan damai ke hati, yang menuntun dan yang berbicara. Suara satu orang saja bisa dipakai Tuhan mengubah arah, atau memberikan koreksi. Umat percaya yang hatinya benar satu dengan yang lain bisa merasakan melalui kesaksian batiniahnya akan kebenaran yang ada. Kepemimpinan yang diurapi di suatu komunitas bertanggung-jawab untuk bisa memahami hati orang-orang dan pikiran Roh yang ada, tidak peduli melalui siapa itu dinyatakan.

10-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (15) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: 
Menyerahkan Hidup Kita bagi Saudara-Saudara  Home
Kristus memanggil kita untuk saling mengasihi dan melakukan hal yang sama seperti Dia mengasihi kita. Dia mengasihi kita sampai memberi hidup-Nya bagi kita, seperti apa yang Dia katakan, ‘Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.’ (Yohanes 15:13) Rasul Yohanes menuliskan sesuatu yang menantang, ‘Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.’ (1 Yohanes 3:16). Ini menggambarkan roh Kekristenan apostolik. Jangan heran jika Tuhan memanggil beberapa umat-Nya untuk memberikan persembahan yang prima.  Lebih jauh kita diminta untuk memahami bahwa kasih yang keluar dari hati kita kepada orang lain harus sedemikian rupa sehingga kita bisa menganggap kehidupan orang lain itu memang layak untuk diberi persembahan. Inilah yang memberikan landasan pernyataan Yohanes, ‘Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.’ (1 Yohanes 3:17-18) Inilah roh umat apostolik itu.

9-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (14) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Kasih  Home 
Gereja apostolik mula-mula, dikenal baik oleh umat percaya maupun oleh musuh-musuhnya sebagai kumpulan orang yang saling mengasihi satu dengan yang lain. Mereka menggenapkan hukum Kristus. Musuh-musuh gereja terganggu dengan kasih para umat percaya ini, dan kasih ini merupakan fondasi kekuatan yang sudah terbukti di gereja mula-mula. Tidak ada jalan lain yang bisa menjungkir-balikkan dunia selain ini, dan gereja apostolik mula-mula berhasil melakukan ini hanya dalam satu generasi saja. Ini juga merupakan panggilan Tuhan bagi gereja di hari ini, untuk menjadi orang-orang apostolik di generasi kita, yang akan ditandai dengan sesuatu yang mengherankan, yang tidak mementingkan diri-sendiri, kasih yang mau berkorban, yang membuktikan adanya kehidupan Kristus dalam diri kita.

8-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (13) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Bisa-mempertanggungjawabkan, Tembus-pandang, Keterbukaan, Kejujuran  Home
Di antara orang-orang apostolik, ada suatu sikap untuk bisa saling mempertanggungjawabkan melalui hubungan. Kita menjalani kehidupan yang tembus-pandang satu dengan yang lain. Untuk bisa memiliki kehidupan ini kita harus sampai di suatu tempat dimana kita bisa saling mempercayai. Alkitab mengatakan bahwa kasih itu mempercayai, tetapi tentu saja ini hanya bisa dialami oleh mereka dalam komunitas dimana hal-hal atau faktor-faktor yang memisahkan sudah ditanggulangi, hati kita tenang, dan bisa menerima satu dengan yang lain. Dalam komunitas, dan dalam iman apostolik, masing-masing tidak mengejar agenda masing-masing. Kita hidup untuk kebaikan orang lain, dan kita jujur dengan diri-sendiri, dengan tujuan kita, dan dengan motivasi kita.

7-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (12) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Hubungan Hati  Home
Dalam tradisi banyak gereja, hubungan seringkali didasarkan atas kesenangan. Hubungan akan berlanjut jika ada faktor penyenang, tetapi jika sudah tidak sesuai lagi, orang-orang akan berjalan sendiri-sendiri. Banyak orang Kristen yang hanya hidup bagi diri-sendiri, dan sebagai hasilnya, hubungan yang dibangun itu dangkal. Kekristenan apostolik meminta kita untuk menemukan makna hubungan, yang didasarkan atas kepercayaan satu dengan yang lain. Kita jadikan diri kita menghormati satu dengan yang lain, seperti yang diperintahkan oleh rasul, ‘Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat’ (Roma 12:10) Kita adalah saudara, dan ayah-ibu satu iman, satu dengan yang lain. Ini  adalah hubungan hati – kita serahkan hati kita satu dengan yang lain. 

6-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (11) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Menghormati Pemimpin  Home
Seorang apostolik menghormati kepemimpinan yang ada, bukan hanya karena perintah yang ada di alkitab, tetapi karena ini merupakan sumber utama kehidupan dan berkat yang dituntut oleh Allah. Kemampuan untuk memberi penghormatan itu suatu tanda kedewasaan, hikmat, dan kemurnian hati. Adanya ketidak-murnian selalu bergumul untuk bisa memberi hormat, karena melawan hakekat dagingnya. Di komunitas, saling menghormati satu dengan yang lain menjadi suatu pengalaman yang indah dan damai dalam kehidupan. Ini merupakan hikmat sorgawi, yang disebutkan di Yakobus 3:17-18, dan yang bertentangan dengan iri-hati dan mementingkan diri, yang mengacaukan banyak hubungan orang Kristen dan yang membawa ke kejahatan.

5-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (10) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Kerendahan-hati, Bisa-diajar, dan Penundukan-diri  Home
Nilai-nilai ini betul-betul menjadi hidup kita pada waktu kita memiliki Roh Yesus. Tidak sorang pun mampu mengubah hati sendiri, tetapi begitu menerima Yesus, kita menerima Roh-Nya, dan dimampukan oleh Roh Kudus untuk hidup, dan berpikir, dan merasakan seperti Yesus. Tidak ada orang apostolik yang tidak  bisa diajar dan tidak bisa menundukkan diri kepada pemimpinnya. Tanpa kwalitas ini tidak akan ada kesatuan, dan tidak akan ada kunjungan Roh Kudus dengan kuasa-Nya. Tanpa adanya sikap yang mau-diajar tidak akan ada pertumbuhan dalam anugerah, dan tanpa penundukan diri tidak akan ada otoritas asli di umat percaya. Tanpa anugerah-anugerah ini di hati, kebenaran tidak bisa diterima. Kerendahan-hati mendahului baik kwalitas maupun esensi kuasa apostolik.

4-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (9) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Satu Hati dan Satu Pikiran  Home
Dinamis itu menunjuk pada suatu kekuatan motivasi, sesuatu yang berkuasa dan bertenaga. Ini menggambarkan kwalitas spesifik dan hakekat berbagi-hidup orang apostolik.
·      Satu Hati dan Satu Pikiran: Seorang apostolik itu ditandai oleh kerinduan besarnya untuk kesatuan, meskipun kesatuan itu bukan tujuan akhirnya. Maksud kesatuan bukan hanya untuk menegakkan kasih di antara para saudara seiman, tetapi juga untuk memperoleh keintiman dengan Tuhan, dan untuk membawa dunia beriman kepada Kristus. Bahkan, kasih dan penerimaan satu dengan yang lain begitu nyata. Para rasul akan membawa kesatuan kepada gereja, baik dalam hubungan di lokal, maupun lintas tubuh Krstus. Ini salah satu tujuan terbesar para rasul, dan tidak ada rasul yang tanpa beban ini – beban untuk seluruh tubuh. Tujuan apostolik ialah kesatuan iman dan kedewasaan gereja, yang tertulis di Efesus 4:13, yang dibangun di atas kesatuan Roh yang kita jagai dan usahakan.

3-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (8) – KEMERDEKAAN  Home
Saya menganggap kemerdekaan itu sesungguhnya prinsip utama pelayanan apostolik. Saya ambil peran untuk membuka ‘mata-mata yang buta’ dengan menyingkapkan kepada umat Allah kemerdekaan rohani yang mereka miliki dalam Kristus, dan membantunya datang ke kemerdekaan tersebut. Saya menciptakan kemerdekaan dalam struktur pelayanan saya sendiri, dan saya selalu mengatakan, ‘Saudara bebas datang, dan bebas untuk pergi. Tetapi jika Saudara memilih untuk tinggal, saya akan menunjukkan bagaimana hidup bagi Kristus, bagaimana berjalan dengan umat Allah, dan bagaimana bertingkah-laku dalam iman. Ini tidak gratis. Perlu melakukan pendisiplinan rohani, menghormati orang lain, dan penundukan diri pada otoritas. Ini yang akan membawa Saudara ke kemerdekaan sejati.’
Pelayanan apostolik, atau gereja apostolik, membutuhkan otoritas dan disiplin, tetapi tanpa mengontrol. Itulah sebabnya semua struktur kepemimpinan dan kehidupan gereja harus didasarkan atas sesuatu yang punya makna, hubungan yang sehat, dimana otoritas dikenal, dimengerti, dan dihormati. Membangun relasi itulah anugerah yang para rasul harus lakukan, tetapi ini merupakan proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pendewasaan.
Saya telah mengatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, saya mulai mendengarkan Tuhan mengenai arti menjadi orang apostolik, dan berakhir dengan diberinya sederetan daftar hal-hal, yang pada akhirnya ternyata merupakan jawaban utama terhadap pertanyaan saya. Inilah apa yang Dia berikan kepada saya. Ini merupakan nilai-nilai dan etika yang merupakan fondasi hakekat gereja apostolik. Ini merupakan karakteristik asli umat apostolik. Ini merupakan prinsip-prinsip penguat, dan jelasnya bagian pewahyuan Allah bagi kehidupan umat-Nya. Begitu kita tunduk kepada Kristus, dan mempelajari jalan-Nya, kuasa Allah akan mengalir melalui umat yang demikian itu.

2-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (7) – NEXUS APOSTOLIK  Home
(Nexus itu dari bahasa Latin yang berarti ‘terhubung, terikat’, dimana banyak unsur terhubung menjadi satu.) Saya lama baru menyadari bahwa untuk pelayanan yang efektif, untuk memenangkan peperangan rohani, dan kemajuan Injil, umat percaya secara keseluruhan membutuhkan para rasul, dan para rasul sendiri juga membutuhkan umat Allah. Tidak ada yang cukup dari diri-sendiri, artinya, tidak ada yang bisa mencukupi-diri-sendiri. Yang satu tidak lengkap tanpa yang lain. Para rasul yang tidak memiliki orang untuk sepakat, dalam keharmonisan, mendoakan mereka, bertempur dalam peperangan iman bersama-sama, bersepakat dengannya, berjalan bersamanya, tidak dapat berbuat banyak. Pekerjaannya akan kurang efektif dan sepertinya kurang punya arti. Rasul butuh dilayani, ditopang, dan dikuatkan oleh para umat percaya. Saat kita memiliki orang-orang seperti itu, Allah melepaskan kuasa besar melalui para rasul.
Tertulis bahwa rasul Yakobus dibunuh dengan pedang tetapi Petrus dilepaskan karena ‘jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah’ (Kisah 12:5) Rasul Paulus dalam surat-suratnya selalu minta didoakan oleh jemaatnya, bukan hanya untuk kebutuhannya sendiri, tetapi khususnya agar dia bisa bebas memberitakan firman dan berbicara dengan berani, dan menjadikan Injil bisa dimengerti (Efesus 6:19-20). Tanpa ada orang-orang yang seperti itu, seorang rasul akan terbatas, dan akan mendapat hambatan besar untuk bisa memperoleh apa yang harus dicapai.
Sebaliknya, umat Allah tanpa para rasul seperti perahu tanpa kemudi, terbuka untuk setiap angin pengajaran, dan terombang-ambing oleh mereka yang berpenampilan baik tetapi tidak memiliki anugerah apostolik untuk kesatuan dan arah yang benar bagi tubuh Kristus. Banyak denominasi ada di bawah kepemimpinan orang-orang yang berpenampilan menarik, yang bisa saja melayani Kristus, dan mungkin saja sangat berkarunia dan pekerja-keras, tetapi mereka itu bukan rasul. Tanpa para rasul, umat akan sangat terbatas, bahkan terhambat, seringkali terjebak dan menjadi rampasan musuh. Lebih buruk lagi, seringkali institusi tradisi dan agamawi denominasi dan organisasi-organisasi Kristen mencegah orang-orang untuk bisa melihat kebutuhannya akan para rasul, dan bisa mengenali saat Kristus mengirimkannya kepada mereka.
Kita perlu menghormati nexus di antara rasul dan umat Kristus ini dan melakukan sesuatu untuk mencipta-ulang keefektifannya. Para rasul dibutuhkan untuk membangun tubuh Kristus, dan para pemimpin gereja lain perlu mencarinya. Kita perlu meletakkan fondasi rasuli kembali. Gereja harus mencari keharmonisan dengan para rasulnya, dan merendahkan dirinya untuk bisa menjalani hidup dan iman para rasul yang Kristus kirimkan. Para rasul ini akan melayani dan membawa umat Allah memasuki kemerdekaan, kedewasaan, dan menerima warisannya.

1-Mei-2012  STRATEGI APOSTOLIK (6) – OTORITAS APOSTOLIK  Home
Jelasnya, kuasa apostolik diperoleh melalui penundukan. Contoh paling baik untuk ilustrasi ini ialah apa yang terjadi dalam kehidupan Juruselamat kita, contoh terbesar seseorang yang melatih dan melakukan otoritas dan kuasa Allah. Injil mencatat adanya seorang perwira yang hambanya sedang sakit dan meminta agar Juruselamat menyembuhkannya. Ketika Yesus bermaksud mendatangi rumahnya, perwira itu berkata kepada Yesus, ‘Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.’ Bagaimana perwira itu merasa begitu yakin tentang ini? Dia mengerti karena Yesus hidup dalam penundukan diri kepada otoritas Ilahi, dia juga bisa memiliki otoritas untuk memerintahkan dan melepaskan kuasa dari otoritas Ilahi tersebut. Perwira itu sedang menggambarkan suatu prinsip ketika mengatakan, ‘Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya’ (Matius 8:9) Apa yang sesungguhnya perwira itu maksudkan? Dia sedang menggambarkan pemahamannya bagaimana otoritas itu bekerja, dan menunjukkan bagaimana kedalaman pemahaman rohaninya akan sumber kuasa Yesus. Dia tahu bahwa otoritas yang dia miliki untuk memerintahkan para prajurit di bawahnya itu datangnya dari otoritas yang ada di atasnya. Dan dia tahu bahwa karena Yesus juga ‘orang yang di bawah otoritas’ (yaitu dalam penundukan kepada otoritas Bapa-Nya) Dia mempunyai semua keistimewaan untuk melakukan kuasa dan otoritas Dia kepada siapa Dia menundukkan diri.
Inilah rahasia otoritas apostolik, dan hanya ini satu-satunya sumber yang benar. Jika gereja rindu melihat kepenuhan kuasa apostolik didemonstrasikan kembali seperti di gereja mula-mula, maka kita harus kembali menjadi orang-orang yang menyatukan hati dan pikiran, berjalan dalam kasih satu dengan yang lain, dalam penundukan diri kepada kepemimpinan para rasul kita, dan keseluruhan gereja, termasuk para rasulnya sendiri, menundukkan diri kepada Kristus. Inilah cara Allah. Inilah posisi rohani, dan kita tidak punya hak untuk menuntut gereja melakukan cara berbeda.
Semua ini dikonfirmasi dalam tulisan Lukas di kitab Kisah Para Rasul dalam kehidupan gereja mula-mula. Beberapa bulan setelah hari Pentakosta dengan berkembangnya gereja menjadi ribuan di Yerusalem, ‘Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.’ (Kisah 4:32-33)
Ungkapan, ‘Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul … ‘ sangat penting. Ungkapan ini mengikuti penjelasan keadaan jemaat secara keseluruhan. Ada suatu nexus – suatu ikatan, yang tidak kelihatan tetapi ada hubungan yang pasti – antara otoritas, kuasa, dan prestasi para rasul yang bertumbuh di satu pihak, dengan kwalitas penundukan-diri, iman, dan doa-doa umat Allah, di pihak lain.
Disadur/disusun oleh Iskak Hutomo