Gereja itu
dipanggil untuk inkarnasi, menghidupkan pengajaran Firman dengan berpartisipasi
dalam budaya; aplikasi alkitabiah itu merupakan eksegese (penjelasan dan penafsiran kritis) theologia yang
dipertemukan dengan budaya yang ada. Prinsip utama dari doktrin-doktrin dan
kebenaran-kebenaran Firman itu hakekatnya bersifat universal, dan yang seharusnya
tidak berubah karena adanya perubahan budaya. Misalnya, ke-Allahan Kristus;
keselamatan oleh kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus; sorga bagi umat
percaya; penghukuman bagi yang berdosa; dan bahkan peran gender, berdasarkan
jenis kelamin yang ada di keluarga seperti yang dinyatakan di Efesus 5:22-33
yang didasarkan pada tatanan penciptaan, bukan budaya.
Menurut pengajaran
1 Korintus 10:8 yang menyatakan bahwa suami merupakan kepala keluarga itu didasarkan
pada tatanan penciptaan, bukan budaya. Sekarang lebih banyak para pemimpin
Injili dipanggil dalam kaitannya dengan pandangan keluarga dan gereja yang
bebas yang dikaitkan dengan kepala rohani, tetapi lebih banyak didorong oleh
budaya daripada Alkitab, khususnya kalau dikaitkan dengan suratan Paulus yang
tidak relevan lagi untuk hari ini karena Paulus berbicara berdasarkan gender
dalam konteks budaya dimana laki-laki yang berkuasa (yang dia sebutkan di 1 Korintus
10:8 dan 1 Timotius 2:12-14). Juga perlu diperhatikan Galatia 3:28 yang
menyebutkan tidak ada “laki-laki atau perempuan” yang menunjukkan kalau laki-laki
maupun perempuan itu sama, sama-sama syah di hadapan Kristus. Meskipun begitu bukan
berarti menghapuskan hakekat kalau laki-laki itu memang sebagai kepala di rumah
dan gereja, meskipun kepemimpinan perempuan itu juga alkitabiah dan perlu dalam
merefleksikan gambaran Allah menurut Kejadian 1:27 untuk dominion-Nya menurut
Kejadian 1:28.
Lebih jauh,
proses theologi telah merasuk ke gereja dalam banyak bentuk dengan pengajaran
khususnya yang menyatakan bahwa pengajaran Injil dan Alkitab itu selalu
bertumbuh sejalan dengan kemajuan budaya, bahkan sepertinya Tuhan itu selalu
mengajar dengan dan melalui penyingkapan waktu. Oleh karena itu proses theologi
merupakan bentuk evolusi semesta yang merupakan pertemuan terbuka kepercayaan
yang mengajar kalau Tuhan sepertinya bahkan tidak tahu beberapa aspek masa
depan yang ‘belum bisa diketahui.’
Meskipun kita
perlu tetap melekat paada pesan-inti Firman dalam konteks budaya, kita harus
menghubungkan Injil dengan budaya khusus kita dalam agar orang-orang bisa
memahami dan menerimanya. Banyak kali orang-orang bukannya menolak esensi Injil
tetapi pernik-pernik budaya yang dilekatkan pada Injil.
30-Mei-2012: BUDAYA MEMPENGARUHI IMAN KRISTEN (1) – Teori Hyper Dispensasi Home
Merupakan kepedulian
saya, Joseph Mattera, untuk menunjukkan hubungan yang ada antara formasi
theologia di gereja, khususnya budaya-budaya dan gerakan-gerakan modern yang
ada saat ini. Yang saya maksudkan dengan budaya adalah bahasa, seni, kebiasaan,
nilai-nilai, alat-alat tukar, dan aspirasi-aspirasi dari sekelompok orang,
komunitas, kota dan bangsa.
Sewaktu menjadi
orang Kristen baru saya kira gereja itu hanya mengkotbahkan apa yang dengan
jelas diajarkan di Alkitab. Tetapi di tahun 1995, melalui bacaan sejarah
gereja, saya terkejut saat menemukan kalau para theolog dan para pemimpin
Kristen Injili di Amerika memisahkan diri dari reformasi sosial dan mengubah
pandangan eskatologi tentang kedatangan Tuhan Yesus, dari pandangan
post-milenum ke hyper-dispensasi, suatu pandangan pre-milenium yang menekankan untuk
menunggu pengangkatan saat Kristus datang kembali.
Teori-teori pengangkatan,
apa itu terjadi sebelum, ditengah-tengah, atau setelah penganiayaan, tidak
dikenal sebelum tahun 1820-an, ketika diperkenalkan oleh Edward Irving, guru
yang reputasinya diragukan dan yang dikenal karena pandangan-pandangan
ekstrimnya yang didasarkan pada penglihatan dan pewahyuan. Dia menerima
pandangannya atas pengangkatan sebelum-aniaya dari Margaret MacDonald yang
sedang menghadiri pertemuannya.
Mengapa terjadi
hal seperti itu? Para pengkotbah seperti Charles Finney berkotbah dan bekerja
untuk reformasi sosial (menentang pemusnahan, penguasaan-diri, emansiapasi-wanita,
dll.) sehingga Kerajaan TUHAN bisa dimanifestasikan di bumi seperti di sorga. Tetapi,
setelah kengerian yang terjadi saat Perang Saudara dimana 600 ribu laki-laki
terbunuh, gereja ketakutan dan hilang pengharapannya untuk mendatangkan
Kerajaan TUHAN di bumi Amerika. Inilah yang membawa gereja ke
hyper-dispensasinya, pandangan tentang sebelum Kerajaan Seribu Tahun, yang
menekankan hanya menunggu kedatangan Kristus dan pengangkatan. Oleh karena itu
perubahan theologi ini sepertinya terkait dengan Perang Saudara; perubahan ini
bukannya didasarkan karena mempelajari Alkitab tetapi karena terjadi perubahan di
masyarakat dan budaya yang mempengaruhi sistem-kepercayaan gereja, dan melangkah
ke jalan hakekat dispensasi yang sekarang ini, yang lebih bersifat injili
selama 135 tahun belakangan ini.
Perubahan ini membuat
gereja meninggalkan tanggung-jawab akan budaya dan hal ini menjelaskan mengapa saat
ini banyak pengunjung gereja punya moralitas dan budaya yang rendah! Lebih
jauh, pemikiran dispensasi, atau kelonggaran ini, memisahkan salib dari budaya—sang
Pencipta dari yang ditebus—sehingga menghasilkan dikotomi, hanya ada dua
pilihan saja, antara yang spiritual dan yang material, dan gereja memenangkan
jiwa-jiwa hanya untuk ke sorga dan memberikan pengelolaan bumi ke para sekuler
atau orang dunia!
29-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (34) – Implementasi (3) Home
Dewan Apostolik ialah
kesatuan dalam keragaman umat percaya yang ada di suatu wilayah yang bertekad
menjadikan kehendak Bapa di bumi seperti di Sorga. Dewan Apostoli inilah yang
akan menetapkan nilai-nilai yang akan
dihidupi suatu masyarakat/bangsa agar memiliki hidup sejahtera sebagai akibat telah terjadinya transformasi
kehidupan pribadi, sosial dan budaya. Transformasi yang bukan sekedar
di-iman-imani dan dinikmati secara sensasi emosionil oleh satu orang yang
kemudian ditularkan kepada orang-orang di kelompok lingkup pengaruhnya. Tetapi
transformasi yang benar-benar diakui, yang memang terbukti. Ada sesuatu yang ‘sociologically verifiable transformation’,
ada pembuktian berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku baik sosial, budaya,
maupun lingkungan, kalau memang benar-benar telah terjadi suatu transformasi.
Untuk bisa mentransformasi
suatu masyarakat/bangsa tentunya harus mentransformasi aspek-aspek kehidupan
yang mendominasi kehidupan masyarakat tersebut seperti bisnis, pemerintahan, pendidikan, agama, media, hiburan/seni, olahraga, dll. Transformasi yang merambah kehidupan moralitas,
mentalitas, emosional, pribadi, keluarga, sosial dan keuangan.
Dewan Apostolik-lah yang bertanggung-jawab untuk itu. Kalau di suatu
wilayah belum ada baik yang terpanggil untuk syafaat-profetis maupun
pemerintahan-apostolik maka keduanya harus ditetapkan atau dilahirkan. Dari
Dewan Apostolik wilayah akan ditetapkan/lahir rasul-rasul wilayah yang akan membangun ‘gereja-gereja’ wilayah (territorial churches/extended churches). Memang
yang dipakai kata ‘gereja’ tetapi bentuk, spesifikasi, dan fungsinya sangat
berbeda dengan gereja (nuclear church) yang saat ini kita kenal. Gereja yang
akan men-dominion (mengambil kuasa
dan otoritas) untuk memberi pengaruh dan dampak Ilahi di wilayahnya. Gereja
unik yang lahir melalui ‘bidan’ Dewan Aostolik Kota setempat.
Inilah maksud dan tujuan dibangunnya Dewan Apostolik, yang sekaligus
bertanggungjawab juga dalam empowering
(training, equiping, dan mentoring), commissioning
(menempatkan dan memfasilitasi), serta caring
& overseeing kegerakan transformasi yang akan dan sedang terjadi.
Dewan Apostolik untuk bangsa kita ini mula-mula Tuhan taruh di hati
saya (sejauh yang saya ketahui), dan yang sekarang saya coba bagikan kepada
Anda semua, agar kita bisa bersama-sama mewujudkan visi atau impian besar ini.
Saya membagikan ini sekaligus untuk menantang Anda: menantang pola pikir,
menantang motivasi, pelayanan, panggilan, dan gereja / pelayanan Anda. Ya,
menantang Anda secara pribadi maupun korporat untuk mewujudkan bersama mandat
Ilahi ini.
Tetapi sebelum Anda memberi tanggapan perlu saya beritahukan bahwa apa
yang akan kita lakukan bukan sekedar mensejahterakan orang Kristen saja, tetapi
mensejahterakan seluruh lapisan
masyarakat yang ada di wilayah pengaruh kita. Siapapun dan apapun latar-belang
mereka!
Juga, bagi Anda yang masih
memiliki pola pikir sempit (maaf), yang hanya tertarik pada sesuatu untuk
kepentingan gereja atau denominasi atau kelompok sendiri, atau agama sendiri,
sebaiknya tidak ikut ambil bagian, sebab akan banyak menimbulkan konflik
kepentingan dalam diri Anda, maupun kami. Anda bisa kecewa dan luka, demikian
juga kami, yang akhirnya akan menghambat dinamika kegerakan yang ada. Tujuan
pelayanan ini adalah untuk menegakkan nilai-nilai kehidupan Kerajaan di suatu
wilayah sehingga masyarakatnya akan ditransformasikan/disejahterakan secara
holistik. Itu saja. Di dalam dan selama pelayanan tidak akan kita jumpai
panji-panji pribadi dan golongan. Murni pelayanan, tanpa pamrih dan motivasi
pribadi, selain untuk meninggikan satu nama saja, nama Yesus Kristus.
Lalu, apakah dengan terlibat dalam Dewan Apostolik pelayanan lokal kita
akan dikorbankan?
Tidak, bahkan akan terdongkrak! sebab pelayanan kita bersifat kolaborasi, sinergi, bahkan konvergensi,
kalau memang panggilan Ilahi dan destiny Ilahi kita sama.
Lalu apa saja yang dituntut dalam pelayanan Dewan Apostolik ini?
Karena ini adalah pelayanan bersama maka secara bersama-sama pula kita
berkomitmen mewujudkan impian untuk mensejahterakan wilayah/bangsa kita. Ini
adalah modal awal dan yang utama. Untuk yang lain-lain kita tidak tahu, sesuai
dengan strategy Ilahi apa yang akan Tuhan singkapkan di wilayah kita
masing-masing pada saat kita sudah mulai mewujudkannya. Hanya dibutuhkan hati,
komitmen, dan sikap yang rela, dan siap, untuk Tuhan pakai sebagai alat-Nya.
Kalau Anda orangnya, tanpa harus meninggalkan gereja, pelayanan,
pekerjaan, ataupun organisasi dimana Anda saat ini terlibat, mari kita
bersama-sama genapkan Amanat Agung Tuhan Yesus ini. Mari, kita bertekad dan
dengan sengaja mengusahakan kesejahterakan bangsa kita. Ini bisa kita mulai
dengan masyarakat dimana saat ini kita berada.
Kiranya dengan membagikan beban Ilahi ini, Roh Kudus menginspirasikan/mewahyukan
sesuatu ke dalam hati Anda sehingga Anda memahami apa panggilan Ilahi yang
memang sudah Tuhan tetapkan bagi Anda.
Tuhan Yesus memberkati.
28-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (33) – Implementasi (2) Home
Sekian puluh tahun yang lalu kita sudah pernah mendengar suara
kenabian/nubuatan yang antara lain menyatakan akan terjadi keadaan dimana para
pemimpin gereja akan di mintai nasihat oleh pemerintah, dan akan terjadinya
pemindahan kekayaan dari orang-orang fasik ke orang-orang benar. Tetapi kok
sampai saat ini hal itu sepertinya belum terwujud. Mengapa? Salah-satu jawaban
untuk itu ialah para rasul belum ada / siap! Mereka belum atau sedang dalam
proses pemulihan. Juga integritas kelima-jawatan belum terjalin dengan kuat.
Sebab, seandainya benar-benar terjadi pemindahan kekayaan dan rasul-rasul yang
ditunjuk belum ada di wilayahnya maka
kekayaan yang dipindahkan tersebut akan masuk ke ‘lubang-hitam’!
Tetapi sekaranglah waktunya, setelah Tuhan selesai memulihkan
kelima-jawatan dan integritas kelimanya sudah mulai dikuatkan. Sudah siapkah
kita, umat Tuhan, untuk itu? Dan bagaimana caranya?
Artikel ini, dan
artikel-artikel yang kami terbitkan, akan membahas hal-hal yang berkenaan
dengan masalah ini. Bukan hanya apanya
tetapi juga bagaimananya serta implementasinya. Untuk artikel ini kita
berfokus pada pembangunan Dewan
Apostolik Wilayah / Kota dimana kita berada; suatu institusi-organisme
penyelaras syafaat-profetis dan pemerintahan-apostolik, untuk mewujudkan
kehidupan bangsa yang shalom, yang sejahtera secara holistik.
Tuhan sesunguhnya sudah
memberikan nyanyian-nubuatan bagi bangsa kita dalam kata-kata, ‘Indonesia sejak d’hulu kala, tetap di
puja-puja bangsa’. Nyanyian, yang kalau saat ini kita nyanyikan, ada
sesuatu yang tidak pas dengan realita yang ada, yang kalau tetap kita paksakan
akan memberi suara sumbang karena terjadinya konflik antara hati dan pikiran
serta emosi kita. Tetapi kita percaya, begitu impian ini terwujud,
nyanyian-nubuatan ini akan menjadi nyanyian kebanggaan bangsa Indonesia. Juga
bagi generasi-generasi penerus, generasi anak-cucu-cicit kita, sampai
selama-lamanya.
Kalau nyanyian-nubuatan
ini memang merupakan syafaat-profetis, bagaimana kita di masing-masing wilayah
mampu menyelaraskannya dengan pemerintahan-apostolik yang ada? Dan kalau kedua
hal ini sudah terselaraskan dan mulai diimplementasikan maka … bam! terjadilah breakthrough spiritual berupa transformasi kehidupan menjadi
kehidupan yang shalom di semua area kehidupan: bisnis, pendidikan,
pemerintahan, agama, media, hiburan, dll.
Saudara paham arti dari
semua ini? Paham akan pentingnya dibangun Dewan-Dewan Apostolik Kota? Jangan
pernah membayangkan itu seperti apa sebelum kita mulai membangunnya karena
memang belum pernah ada di wilayah kita! Percayakah kita akan hal ini?
Kalau ya, maka ‘Damailah Negeriku, Sejahteralah Bangsaku’
bukan sekedar suatu slogan deklarasi yang pernah di-release oleh suatu pelayanan masyarakat sekian tahun yang lalu,
tetapi benar-benar akan terwujud dan diakui. Dan bukankah ini sesuatu yang
memang diimpikan oleh setiap masyarakat yang ada di bangsa kita? Tanpa
memperhatikan latar-belakang suku, bahasa, budaya, kepercayaan, agama, pribumi,
non-pribumi, apapun-lah?!
Kita memang tahu yang
punya mimpi dan percaya untuk hal ini tidak banyak; dan memang tidak harus banyak. Mimpi ini hanya
dimiliki oleh mereka yang punya wawasan pandang dan pikir cinta kebangsaan
berwawasan global. Lebih tepatnya disebutkan berwawasan Kerajaan (Kingdom),
yang hanya untuk kepentingan Kerajaan, karena ini memang amanat Raja Agung
kita, Tuhan Yesus Kristus.
Kita tahu kehebatan
sekelompok orang kalau sudah memiliki satu tujuan/visi bersama yang dipercayai
dan bertekad untuk diwujudkannya, yang Allah sendiri juga akui sewaktu ada
usaha manusia untuk membangun sesuatu yang mustahil, menara yang puncaknya
sampai ke langit. Pada saat itu Allah berkata, ‘Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah
permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka
rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana!’ Dengan menyatukan
visi, tekad, dan pemahaman akan mampu menciptakan momentum untuk melahirkan
kegerakan yang dahsyat. Inilah perbuatan nyata yang harus kita upayakan,
tentunya dengan anugerah dan perkenan Tuhan. Dan kita percaya, selama tujuan
utamanya adalah BUKAN untuk mencari nama sendiri atau golongan, tetapi untuk
memuliakan nama Tuhan, untuk Kerajaan-Nya, kita tidak akan dikacau-balaukan
seperti pembangunan menara pada waktu itu.
27-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (32) – Implementasi (1) Home
Kita semua memimpikan
suatu bangsa yang hidup sejahtera. Sejahtera dalam arti sejahtera-holistik,
bangsa yang memiliki kehidupan shalom,
kehidupan di bumi yang seperti di Sorga. Ini adalah mandat yang memang sejak
awal sudah merupakan doa harian yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus: Mandat
untuk mendatangkan Kerajaan Allah dan menjadikan kehendak Bapa di bumi seperti
di Sorga. Bahkan sejak manusia pertama dijadikan, mandat ini sudah diberikan.
Mandat untuk bertambah banyak, memenuhi, menaklukkan, menguasai, serta
mengusahakan dan memelihara wilayah yang sudah diberikan Bapa, serta
menyelaraskan dengan kehendak Bapa.
Kalau mau menjadikan ini
menjadi mandat, maka kita harus bangun dari tidur dan mulai bertindak. Kalau
tokh kehidupan yang shalom itu sepertinya masih merupakan mimpi bagi suatu
wilayah, kota, dan bangsa kita, mari kita bangkit, kalau memang kita masih
‘hidup’. Tahu apa arti hidup itu? Seseorang dikatakan hidup kalau dia memahami
atau sadar akan siapa dirinya, sadar dimana keberadaanya saat ini, sadar akan
tujuan, mandat, atau panggilan hidupnya, dan tahu apa yang harus dilakukan
untuk sampai ketujuannya, serta bertindak untuk mewujudkannya.
Kalau ingin Kristus bercahaya atas kita maka kita harus bangun dan
bangkit dari antara orang mati! Kalau kita ingin Kristus bercahaya atas
masyarakat, wilayah, kota, dan bangsa kita, kita harus membangun dan
membangkitkan mereka dari tidur dan kematian. Kita bisa melakukan itu karena
Bapa sudah memberi kuasa dan otoritas untuk itu, selama kita segambar dan
serupa Dia!
Mari kita mulai bangun dan bangkit. Kalau kita masih dalam keadaan
matipun, kuasa kebangkitan Kristus akan sanggup menghidupkan kita kembali. Mari
kita mulai mencermati siapa diri kita sebenarnya,. Kita cermati tempat
keberadaan dan kehidupan masyarakat kita. Kita cermati apa sesungguhnya tujuan
atau keadaan yang Bapa inginkan dan tetapkan bagi masyarakat kita. Dengan
anugerah dan perkenanan Tuhan mari kita mulai mengambil tindakan-tindakan nyata
untuk mewujudkan itu.
Mandat ini sesungguhnya sudah disadari oleh banyak umat dan gereja
Tuhan. Mereka pun sudah berusaha melakukan banyak kegiatan untuk mewujudkannya,
walaupun kegiatan-kegiatan itu memakai istilah dan slogan yang berberbeda-beda.
Mereka sudah mencoba melakukan baik yang berskala lokal maupun nasional sejak
sekian puluh tahun yang lalu. Tetapi sampai saat ini sepertinya belum kita
lihat wujud keberhasilannya. Mengapa?
Satu hal yang sepertinya belum diusahakan, sejalan dengan pewahyuan
yang saat itu belum Tuhan singkapkan, ialah peng-implementasi-an strategi-apostolik. Strategi yang
menyelaraskan syafaat-profetis dengan
pemerintahan-apostolik yang ada di
suatu wilayah atau bangsa. Strategi ini diberikan setelah Tuhan memulihkan
fungsi kelima-jawatan dalam gereja-Nya. Dua kegerakan terakhir yang Tuhan
lakukan ialah kegerakan-profetis pada tanun 80-an dan kegerakan-apostolik pada
tahun 90-an. Kegerakan-kegerakan yang Tuhan lakukan agar terjadi keteraturan
Ilahi serta pemulihan fungsi kelima-jawatan di gereja-Nya, sehingga bisa
sepenuh-penuhnya memperlengkapi orang-orang kudus untuk mendemonstrasikan Injil
Kerajaan dan mengumpulkan penuaian untuk Kerajaan Allah! Sekarang ini kita
sedang memasuki era New Apostolic
Reformation atau Third Apostolic
Reformation. Pemulihan ini tidak terjadi hanya di nuclear-church (institusi gereja yang saat ini kita kenal) tetapi
juga di extended-church (gereja di
market/work-place/komunitas).
26-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (31) – Para Pasukan Dikumpulkan Home
‘Tuhan siap bertakhta atas seluruh kota, wilayah dan bangsa jika
umat kudus-Nya mau menyesuaikan dan menyelaraskan dirinya.’
Yoel
3:9-13 adalah Firman yang mewakili waktu yang saat ini kita masuki. Nabi mengingatkan para pemimpin untuk ‘Maklumkanlah hal ini di antara
bangsa-bangsa: bersiaplah untuk peperangan, gerakkanlah para pahlawan; suruhlah
semua prajurit tampil dan maju!’
Begitu
dewan apostolik mulai bangkit dan bersama-sama mencari Tuhan, dan sewaktu Tuhan
mulai menempatkan diri di takhta-Nya dan orotitas-Nya atas kota-kota, wilayah
dan bangsa, maka peperangan akan dicanangkan. Ini akan memobilisasikan tubuh
Kristus sebagai pasukan Allah. Banyak umat kudus yang sedang menunggu strategi
dan perintah Ilahi! Jika para pemimpin telah menempatkan diri dan menyelaraskan
diri, tubuh Kristus yang lain akan mengikutinya juga. Begitu kita melakukan
ini, sumberdaya akan mulai Tuhan lepaskan untuk mencukupkan semua kebutuhan
yang diperlukan.
Direktur
pelayanan tari kami, Dolly Black, mendapat mimpi dimana saya sedang mengarahkan
kumpulan orang seperti tentara. Saya sedang memberikan arahan khusus, dan dia
mengatakan bahwa sewaktu mimpi itu berakhir dia mendengar saya mengatakan, ‘Ada
tiga hal yang dibutuhkan pasukan …’. Ketika dia menceritakan mimpi itu kepada
saya, segera Tuhan memberikan tiga hal itu kepada saya. Ketiganya ialah: melatih dan memperlengkapi pasukan, menstrategikan dari pusat komando dengan
para pemimpin yang punya otoritas dan hikmat untuk mengimplementasikan dan
memobilisasikan, serta penyediaan
sumberdaya untuk melaksanakan seluruh strategi yang ada.
Salah satu
yang Chuck Pierce ingatkan untuk tubuh Kristus lakukan ialah ‘tanya Roh Kudus
untuk menyingkapkan jalur-jalur penyedian baru’. Ada banyak sumberdaya yang
belum disingkapkan dan dimaanfaatkan sebab Tuhan sedang menunggu umat-Nya yang
rindu melihat Kerajaan-Nya dikembangkan di bumi ini!
Apa yang
terjadi di bumi menentukan apa yang Sorga akan alirkan (Matius 18:18-20).
Karena Tuhan telah memberikan bumi kepada manusia (Mazmur 115:16), Dia sedang
menunggu kita untuk datang dalam keselarasan dengan Dia dan tujuan-Nya. Begitu
kita melakukannya, apa yang ada di Sorga akan terjadi di bumi. Tuhan siap untuk
duduk di takhta-Nya atas seluruh kota, wilayah, dan bangsa-bangsa jika umat
kudus-Nya sudah menyesuaikan dan menyelaraskan dirinya.
Jika para
pemimpin mau melangkah maju dan tidak ditakutkan untuk datang bersama-sama,
berani mengatakan apa yang mereka dengar Tuhan katakan, dan bersama-sama
memobilisasi diri untuk melihat kehendak-Nya dinyatakan, dewan Sorga akan cepat
berfungsi untuk melepaskan restorasi keadilan ke wilayah-wilayah. Kiranya itu
terjadi sekarang!
(27-31 Saduran bebas
dari God’s Government is Being Seated
and His Order Established - Mike McClung)
25-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (30) – Model Kisah Rasul 13 Home
Tuhan
sedang membangkitkaan para rasul, pelayanan kerasulan, dan dewan-dewan
kerasulan atau apostolik. Artinya Tuhan sedang memanggil tubuh Kristus untuk
berperang. Ini bukan suatu peperangan dimana kita yang akan kalah, tetapi yang
akan menang, jika kita menempati tempat kita yang semestinya, tunduk kepada
perintah Tuhan, dan mentaati strategi-strategi yang Dia berikan sewaktu Dia
duduk di takhta-Nya sebagai Hakim atas kota-kota, wilayah-wilayah, dan
bangsa-bangsa. Kuasa musuh akan dipatahkan dan transformasi dimanifestasikan!
(Lukas 18:8).
‘Sekaranglah saatnya untuk
datang bersama dengan tujuan mencari hati dan pikiran Tuhan.’
Kisah Para
Rasul 13:1-4 memberikan contoh dan model beroperasinya dewan apostolik. Begitu
para pemimpin yang ditetapkan Roh Kudus datang bersama untuk bersekutu,
menyembah (melayani Tuhan), berdoa, dan berpuasa, Tuhan akan memberi arahan dan
strategi yang jelas dan bisa dipahami. Model dewan apostolik ini harus
dipegang, tetapi tetap harus ada keleluasaan bagi Roh Kudus untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian di saat pertemuan. Banyak pertemuan para pemimpin
dimana saya juga terlibat yang hanya menekankan pada pertemuan sosial dan
‘tepuk-pundak’ saja. Ini memang bagus dan diperlukan untuk kesatuan Roh, tetapi
harus lebih dari itu dan mau bergerak maju.
Sekaranglah
waktunya untuk datang bersama dengan tujuan mencari hati dan pikiran Tuhan.
Gereja harus menerima strategi-strategi kunci untuk melaksanakan perang yang
akan dimenangkan atas jiwa-jiwa dan wilayah yang Tuhan telah tetapkan bagi
kita.
Model
penggembalaan tradisionil dimana gembala gereja lokal yang tugasnya difokuskan
hanya untuk melayani anggota jemaatnya saja harus segera diakhiri. Meskipun
masing-masing gereja lokal memerlukan bimbingan penggembalaan dan pelayanan
yang kuat, kita harus memahami bahwa di kelompoknya itu banyak pria dan wanita
apostolik yang tidak dapat menggenapkan panggilannya karena adanya tuntutan
‘pelayanan’ yang dibebankan. Kebutuhannya harus berubah, hati dan pikiran
dengan kirbat-kirbat lama harus dipecahkan.
Banyak
yang akan dipanggil untuk meninggalkan kenyamanan ‘pelayanan’ lama untuk
menggenapkan panggilan Tuhan, bukan hanya untuk kehidupan pribadi dan gereja
lokal atau denominasinya sendiri, tetapi untuk seluruh kehidupan di kota dan
wilayahnya.
Dewan apostolik
memulai pertemuan dengan mencari Tuhan seperti di Kisah Para Rasul 13, kemudian
melepaskan deklarasi dan strategi-strategi yang Allah berikan. Bila hal ini
mulai dilakukan akan banyak pemikiran tradisionil yang akan menolak hal ini,
dan mungkin mengomentari, mencela, dan mengejeknya, dan bahkan mulai
menindasnya. Walaupun demikian, dewan-dewan kerasulan harus tetap bertekad
untuk melihat hal ini terjadi, karena kehidupan kita, dan kota kita, dan
wilayah kita, harus terus meningkat dengan mendekatnya akhir jaman.
24-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (29) – Bangkitnya Dewan Apostolik Home
Jika para
imam Kerajaan menyelaraskan diri di bumi, selaras dengan kehendak, tujuan dan
tatanan TUHAN, maka dewan Sorgawi akan menempatkan diri atas kehidupan
keluarga, gereja atau wilayah, dan kuasa anugerah transformasi Allah dan
keadilan-Nya akan terjadi atas orang-orang dan wilayah tersebut.
Jika dewan
sudah berdiri, Firman mengatakan, ‘Dan
aku melihat tanduk itu berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan
mereka, sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada
orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus
itu memegang pemerintahan.’ (Daniel 7:21-22)
Saat
deklarasi Tuhan dinyatakan untuk perkenanan umat Tuhan, semua kata-kata setan,
kebohongan dan perbuatannya dihancurkan dan meja diserahkan kembali kepada umat
kudus-Nya. Ini memerlukan penyembahan dan syafaat siang-malam (Lukas 18:7-8)
umat Allah yang menyelaraskan tempatnya dalam tubuh Kristus, baik secara
geografis maupun fungsionil, pelayanan kelima-jawatan yang bekerja selaras
dengan panggilannya, dan dewan-dewan apostolik bangkit untuk memperdengarkan
dan mendeklarasikan apa yang Tuhan katakan atas wilayahnya.
Meskipun
negara bagian TN dan AL telah memiliki dewan apostolik, banyak dari mereka yang
duduk di dewan-dewan ini, termasuk saya, tidak memiliki dan beroperasi dengan
cakupan-kota atau cakupan-wilayah. Saya sendiri tadinya bagian kegerakan lokal
yang berfokus pada doa dan persekutuan, tetapi kegerakan ini tidak pernah masuk
ke dalam apa yang seharusnya Tuhan maui – dewan apostolik para gembala,
pemimpin, pengusaha, dll., yang mau duduk bersama dalam hadirat Tuhan,
mendengarkan apa yang Dia katakan dan strategikan atas wilayah mereka. Ini
melibatkan lebih dari sekedar tindakan sosial, meskipun ini bagian dari
strateginya.
Banyaknya
yang tidak bersedia mengambil langkah untuk menjadi masukan ‘suara’ strategis
di wilayahnya bisa disebabkan karena adanya rasa takut akan apa yang orang lain
pikirkan, perasaan rendah diri palsu, atau menghindari anggapan agar tidak
kelihatan ‘arogan’. Apa rasul Paulus ‘arogan’ saat dia mengatakan kalau dirinya
adalah seorang rasul? Sepertinya ada pemahaman yang berbeda dengan yang ada
saat ini.
Banyak
yang beranggapan bahwa para rasul itu orang-orang kudus yang berjalannya tidak
menginjak bumi dan akan bersinar di tempat gelap! Sesungguhnyaa rasul itu
adalah fondasi bagi tubuh Kristus, baik dalam pelayanan maupun personal. Kata
‘rasul’ satu-satunya pelayanan kelima-jawatan yang tidak diambil dari
terminologi ‘agama’. Etimologi kata ‘rasul’ sudah ada ribuan tahun sebelum
adven pertama, yang berarti seorang ‘jenderal’ yang memimpin pasukan dalam
peperangan.
Kata
‘eklesia’, yang diterjemahkan ‘gereja’, berasal dari kata Yunani kuno yang menunjuk
pada para hakim pilihan yang akan membuat dan memutuskan kebijakan sebuah kota
atau wilayah. Mereka bisa menetapkan perang atau membuat damai, perjanjian, dan
persekutuan. Mereka bertanggungjawab atas tindakan militer dan penggalangan
dana untuk merealisasikan suatu misi. Gereja dan kepemimpinannya diharapkan
bisa memerintah dan mengatur suatu wilayah melalui keintiman, penyembahan,
dan doa (fungsi keimaman), mendengarkan strategi dari Tuhan (fungsi
kenabian), dan melatih, memperlengkapi, memobilisasi, dan penyediaan
kebutuhan untuk pelaksanaan strategi-strategi yang ditetapkan (fungsi
apostolik).
23-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (28) – Dewan Sorgawi Home
Seperti
apa yang ditunjukkan oleh teman saya, Chuck Pierce, bahwa tahun ini (saat itu
tahun 2007) adalah tahun 5767 kalender Ibrani. Tahun dilepasnya pedang Allah.
Bob Jones dalam ‘Sheperd’s Rod’ juga mengatakan hal yang sama. Tahun
penggenapan dan kesembuhan. Hal sama terjadi pada jaman kematian raja Uzia.
Pada
pertemuan TN State Apostolic Council di Tennesee yang dihadiri oleh Dr. Peter
Wagner dan Chuck Pierce, saya sampaikan bahwa sekarang ini sama dengan tahun saat
Uzia meninggal. Chuck tersenyum dan mengatakan, tahun yang dinyatakan dalam
Yesaya 6 juga merupakan tahun dilepaskannya pedang Tuhan, yang berkaitan dengan
tahun 5767. Sungguh menarik semua ini dinyatakan pada pertemuan dewan apostolik
negara bagian.
Di Dewan Apostolik
TN, yang dikoordinir oleh Tammy Asup, tergabung para gembala
dan pemimpin Tubuh Kristus yang ada di seluruh negara bagian. Negara bagian
Alabama juga memiliki dewan, dengan mana kami punya pertemuan bersama di
Memphis pada 26 Januari yang lalu. Menurut saya hanya negara bagian TN dan AL
saja yang memiliki dewan apostolik di Amerika.
Selama
pertemuan dewan ini disingkapkan bahwa Yesaya 6 merupakan profetis khusus akan
apa yang Tuhan ingin lakukan tahun ini. Ketika raja Uzia digeser, tahta Allah
dinyatakan dan ditegakkan di tengah-tengah Bait. Ini menunjukkan Dewan Sorgawi
sedang ditegakkan dan diadakan rapat di bumi karena jalan sudah disiapkan dan
tatanan bumi sudah selaras dengan Sorga.
Jika kita
melakukan apa yang benar hanya menurut kita, tunduk pada tradisi dan pola-pola
manusia dan tidak menyelaraskan tempat dan fungsi kita, Kerajaan dan kemuliaan
Allah akan tetap terselubung. Tetapi begitu kita yang di bumi menyelaraskan
tempat kita, dan memiliki peran serta berfungsi sesuai dengan panggilan
masing-masing, dewan Sorgawi akan bertahta di tengah-tengah kita dan di wilayah
kita.
Daniel
7:9-10, ‘Sementara aku terus melihat,
takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih
seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala
api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul
dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan
selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis
Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.’
Ternyata,
hanya setelah takhta-takhta ada di tempatnya maka takhta Allah ditegakkan dan
Allah duduk di atasnya. Inilah yang disebut dengan Dewan Sorgawi itu, dimana
Tuhan duduk sebagai Hakim dalam kemuliaan. Jika hal ini terjadi, Dia akan
mengadili, dan memulihkan semua apa yang telah dicuri, dibunuh, dihancurkan,
atau dikacaukan. Penghukuman terhadap apa yang jahat. Sementara bagi mereka
yang telah menyelaraskan dirinya dengan Tuhan dan tujuan-Nya, kuasa Allah akan
dilepaskan berupa berkat yang menyembuhkan dan memulihkan.
22-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (27) – Membangun Dewan Apostolik Kota Home
Dalam masa
doa-puasa 21 hari di awal tahun 2007 saya mendengar Tuhan berkata, ‘Sekarang
adalah tahun raja Uzia meninggal.’ (Yesaya 6:1-9) Uzia, yang artinya ‘Yehova
adalah kekuatanku,’ tadinya seorang raja yang baik, yang setia mengikuti Tuhan,
sampai di dua tahun terakhir pemerintahannya. Karena suatu alasan, entah karena
ingin berganti jabatan dari seorang raja menjadi seorang imam, atau mungkin
karena ingin menambah tugas dan tanggungjawabnya.
Karena
perbuatannya dia menerima teguran dari imam Azarya (2 Tawarikh 26:17-20).
Bukannya bertobat dan kembali ke panggilannya, Uzia menjadi marah dan akibatnya
mendapat penyakit kusta. Setelah sakit, bukannya bertobat untuk mendapatkan
kembali otoritas dan posisinya, dia lebih bernafsu lagi dan akhirnya meninggal
sebagai penderita kusta yang tidak bertobat.
Di tahun
ini Tuhan mulai akan mengatur Tubuh-Nya, para pemimpin-Nya, dan pemerintahan apostolik-Nya.
Kita harus memberi perhatian akan hal ini dan mulai menyelaraskan pelayanan dan
penggilan. Kita harus mulai mencari dan mendapatkan tempat di tengah kehendak
Tuhan terhadap kehidupan, keluarga, gereja, dan wilayah kita dalam rangka
penyelarasan pemerintahan Tuhan untuk ditegakkan. Kerajaan Allah akan mulai
termanifestasi seperti yang belum pernah kita lihat. Jika kita mau membuat
penyesuaian dan penyelarasan yang diperlukan, kita akan bisa melihat kemuliaan
Tuhan dan menerima strategi Ilahi untuk memobilisasi tubuh Kristus.
Pada saat
raja Uzia meninggal, tahta Allah termanifestasi di bait-Nya, dan suara Tuhan
bisa didengar oleh nabi Yesaya. Manifestasi membuat kehancuran hati yang
membawa pertobatan dengan takut akan Tuhan. Mandat Sorgawi terdengar disertai
pengutusan untuk melaksanakannya. Saya percaya Uzia tidak perlu meninggal jika
saja dia mau bertobat dan mau menyelaraskan diri. Dia pun akan menerima pengalaman
yang Tuhan nyatakan.
Banyak
pelayan dan gereja yang sesungguhnya menghalangi-halangi pewahyuan dan tujuan
penuh Tuhan dinyatakan kepada Gereja dan bumi ini. Pada saat Dia menyingkapkan
transformasi yang sesungguhnya terjadi, baik k edalam maupun keluar Gereja-Nya,
ada panggilan yang jelas agar pelayanan kelima-jawatan dan tubuh Kristus
menyelaraskan tujuan dan penundukkan diri, serta memegang panggilan dan jubah
khususnya yang sudah dimiliki masing-masing.
Begitu
kita sudah di tempat yang ditetapkan, dan memiliki serta berfungsi dalam peran
masing-masing, maka Dewan Sorgawi akan berada di tengah-tengah kita.
21-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (26) – Strategi Apostolik Home
TETAPI ALLAH!
Paulus tahu sejak dia diutus ke kota Efesus oleh Roh Tuhan, dia bisa memperoleh
kemenangan. Pada saat otoritas apostolik memasuki suatu wilayah, gairah dan
otoritas Tuhan Yesus Kristus akan didemonstrasikan. Ini akan membuat apa yang tadinya
dingin dan bahkan membeku, menjadi panas dan mencair. Dan api Allah yang
dilepaskan di wilayah itu akan menyambarnya dan membawa ke tujuan Allah. Ketika
Paulus memasuki Efesus, dia memberi contoh strategi yang perlu kita jadikan
model hari ini!
1.
Temukan
kepemimpinan apostolik dan lepaskan pengurapan baru.
Paulus melakukan ini kepada Apolos sehingga Roh Kudus mulai memanifestasikan
sesuatu yang baru di daerah itu. Bahkan Alkitab menyatakan Paulus menemukan
dua-belas pemimpin kunci di wilayah itu (Kisah 19:7)
2.
Paulus
memproklamasikan kebenaran Kerajaan Allah untuk menggantikan sistem agamawi
yang ada di wilayah itu. Setiap hari, selama tiga bulan, dia
berdebat di sinanoge-sinanoge yang ada, untuk mengubah paradigma mereka.
3.
Allah
bekerja dengan mujizat-mujizat yang luarbiasa di tangan Paulus. Misalnya,
kita melihat bagaimana roh-roh jahat melarikan diri dan banyak orang yang
disembuhkan dari penyakit. Paulus mendemonstrasikan otoritas nama Yesus Kristus
di atas nama Diana. Kisah 19:20 mengatakan, ‘Dengan jalan ini makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa.’
4.
Paulus
berkonfrontasi dengan Ratu Sorga di sistem ekonomi.
Seorang pengrajin perak yang membuat patung Diana memanggil semua pengusaha
pembuat berhala ini dan berkata, ‘Saudara-saudara, kita menjadi makmur karena
perdagangan ini.’ Kemudian dia menjelaskan kepada mereka bagaimana Paulus
menyebabkan perdagangan mereka bangkrut. Dan jika Paulus terus menghancurkan
kebesaran Diana, mereka akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan.
5.
Paulus
membawa struktur kota yang diperintah kuasa jahat berkonfrontasi dengan
Kerajaan Allah. Ini akan banyak membuat kebingungan,
tetapi akan membawa kota terlepas dari kuasa jahat dan mengobarkan kebangkitan Ilahi
di wilayah tersebut.
Inilah
yang akan terjadi di setiap wilayah geografi saat kita menaikkan doa apostolik.
Begitu dua pola di atas terjadi, syafaat profetis yang diselaraskan dengan
pemerintahan apostolik, kita akan melihat terobosan dan penuaian di
wilayah-wilayah di seluruh muka bumi ini. Doakan strategi ini: gabungan syafaat
profetis dan otoritas apostolik, terjadi di seluruh bumi untuk terobosan
rohani. Kita akan bisa melihat kebangunan besar yang pernah terjadi di Efesus
akan terjadi lagi – (disadur bebas dari Apostolic
Praying that Unlocks Regions oleh Chuck D. Pierce)
20-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (25) – Meruntuhkan Kuasa Jahat dan Kegelapan Home
Paulus mengingatkan umat percaya di
Efesus untuk memahami kasih, dan dibangun dalam kasih Kristus. Dia kemudian
mulai berbicara kepada mereka tentang persekutuan mereka. Paulus mengatakan, ‘Pastikan semua hubunganmu sesuai dengan aturan
Allah. Para suami dan isteri harus mempunyai hubungan yang benar. Para anak dan
orangtua harus memiliki hubungan yang benar. Para hamba dan tuannya harus
mempunyai hubungan yang benar satu dengan yang lain setiap harinya.’
Setelah ini benar, dia menginstruksikan mereka untuk melakukan peperangan
dengan kuasa jahat dan kegelapan yang menguasai dan mencengkeram kotanya. Ini
apa yang disebutkan di Efesus 6. Paulus tahu di kota itu ada sistem penyembahan
berhala yang dikaitkan dengan Diana atau Artemis. Dia adalah orangkuat yang
memiliki dominion dan kuasa di bawahnya, yang merasuk ke setiap aspek kehidupan
masyarakat. Kuasa-kuasa ini menguasai semua sistem perekonomian, pemerintahan,
pendidikan, dan penyembahan di wilayah tersebut. Saya suka Efesus yang menuliskan,
‘Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang
jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti
mereka yang lain.’ Kemudian dia membuat salah satu pernyataan favorit saya.
Paulus dengan berani mengatakan, ‘TETAPI
ALLAH’. Paulus tahu bahwa kasih Allah dapat mengubah jalan hidup masyarakat
Efesus. Dia tahu belas-kasihan dan anugerah Allah dapat menciptakan identitas baru
bagi orang-orang ini dan identitas itu dapat melemparkan sistem Diana yang
menguasai masyarakat tersebut.
19-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (24) – Otoritas Apostolik Yang Mengubahkan Home
Saya, Chuk
Pierce, suka kitab Efesus. Saya suka mempelajari kebangunan rohani di kota
Efesus. Kita bisa menemukan kebangunan ini di Kisah 19. Ayat 2 merupakan
pertanyaan kunci yang mengubah jalan sejarah Paulus begitu tiba di Efesus. Dia
bertemu dengan Apolos, gambaran seorang rasul di daerah itu, dan bertanya
kepadanya, ‘Apa engkau sudah menerima Roh Kudus ketika percaya?’ Apolos belum
pernah mendengar tentang Roh Kudus. Dia hanya menerima baptisan Yohanes
Pembaptis. Oleh karena itu Paulus menumpangkan tangan kepada Apolos, dan dia
kepenuhan Roh Kudus, berbicara bahasa lidah, dan bernubuat. Paulus juga
membaptis mereka dalam nama Tuhan Yesus.
Peristiwa ini merupakan awal dimulainya serangkaian peristiwa yang mengubah jalan
sejarah orang Kristen, dan memberi contoh besar kepada kita tentang otoritas apostolik
yang bisa memberi dampak di suatu wilayah.
Kita bisa
menemukan pola doa apostolik pada saat Paulus berdoa untuk jemaat Efesus agar
memiliki pemahaman tentang Tuhan Yesus. Dia kemudian berdoa agar mereka
memiliki pemahaman akan harapan dan panggilannya atas wilayah itu. Dia kemudian
menjelaskan bahwa mereka punya identitas yang tidak lagi dari dunia ini, dunia
yang diperintah oleh roh kegelapan. Dia memberikan instruksi jelas bagaimana
mereka sudah duduk di sorga, di atas semua kuasa dan pemerintahan. Dia mengajar
bagaimana Roh yang sama yang telah membangkitkan Yesus dari kubur, juga akan
membangkitkan mereka ke suatu posisi rohani yang mempunyai kemenangan atas lingkungan
dan wilayah mereka.
18-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (23) – Berdoa dengan Otoritas Apostolik Home
Berdoa
dengan otoritas apostolik adalah kunci untuk membuka suatu wilayah. Para rasul
punya kemampuan untuk menyelaraskan, atau memberi keselarasan terhadap apa yang
belum atau tidak selaras, dengan tujuan Ilahi di suatu wilayah. Kita bisa
temukan ini di Yohanes 20. Otoritas apostolik merupakan kunci untuk bisa
melihat bagaimana Tuhan melepaskan berkat-berkat, atau penghakiman-Nya, atas
suatu wilayah. Para rasul punya otoritas atas roh-roh jahat yang ada di suatu
wilayah. Mereka punya kemampuan mendemonstrasikan kuasa supra-alaminya untuk
menarik seluruh wilayah kepada Allah Pemberi Kehidupan. Kita bisa bertindak
sebagai seorang rasul. Seseorang dengan roh apostolik akan berdoa dengan cara
berbeda. Doa apostolik itu lebih bersifat merintis, melahirkan, dan menembus
dibandingkan doa-doa bersama yang lain. Saat ini adalah waktu bagi pendoa
syafaat untuk menemukan kekuatan apostolik di masing-masing wilayah di atas
muka bumi ini, dan menghubungkan diri dengan visi mereka untuk penuaian. Kita
harus membantu para pemimpin ini, mendorong pertumbuhan rohani dan
kematangannya, dan mendeklarasikan pengaruhnya untuk mulai menerobos ke
seantero wilayahnya. Ini akan membawa kejelasan penuaian di wilayah tersebut.
17-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (22) – Pola Mengolah dan Menuai Wilayah Home
Di Matius
10 Tuhan mengangkat dan mengutus para murid-Nya memasuki dunia apostolik baru
untuk pergi dan menuai tuaian dimana Dia mengutus mereka. Kita bisa melihat
pola besar bagaimana Tuhan mengolah dan menuai suatu wilayah.
1. Yesus
memerintahkan para murid di lingkup misinya. Dia mengatakan saat itu mereka
tidak diutus untuk ke Gentiles (bangsa yang tidak mengenal Tuhan), atau
orang-orang Samaria, tetapi mereka dipanggil untuk orang-orang Yahudi, yaitu
domba-domba tersesat Israel.
2. Yesus
memberi substansi pesan bahwa mereka harus memberitakan kalau Kerajaan Sorga
sudah dekat. Ini berarti setiap kita harus mengerti bagaimana hukum
Kerajaan Allah itu bisa memagari wilayah kita.
3. Yesus
menetapkan pekerjaan apa yang harus dilakukan. Mereka harus mempunyai kuasa
atas roh-roh najis dan mengusirnya keluar, mereka harus menyembuhkan semua
jenis penyakit, mereka harus menyembuhkan kusta dan harus membangkitkan orang
mati. Tuhan telah menunjukkan kepada mereka bagaimana semua tugas itu harus
dilakukan, dengan contoh-contohnya, dan pengalaman yang mereka perlukan. Mereka
harus pergi dan melakukan itu di wilayah kemana mereka diutus.
4. Yesus
juga menetapkan jumlah peralatan dan bekal yang harus mereka miliki untuk
masing-masing wilayah. Dia ingin agar mereka bergantung pada tempat dimana
mereka pergi. Ini merupakan salah satu cara bagaimana Bapa akan membuka wilayah
tersebut. Jika penduduk setempat menerima dan mencukupi kebutuhan mereka,
mereka boleh tinggal. Jika penduduk tidak mau menerima mereka, mereka harus
meninggalkannya; mereka bahkan tidak boleh membawa serta debu dari wilayah itu.
Ini akan menentukan penghakiman Allah atas wilayah tersebut.
5. Yesus
menjelaskan tentang ketekunan iman apostolik. Para murid harus mau bertekun
bahkan meskipun ada di tengah penganiayaan. Akan ada rasul-rasul palsu dan
kontrol pemerintah yang anti Kerajaan Allah. Tuhan bahkan menjelaskan bahwa
akan ada anggota keluarga yang juga menolak dan melawan berita ini di
wilayahnya. Oleh karena itu tanpa ketekunan iman mereka tidak akan dapat
membuka wilayah tersebut.
16-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (21) – Memulai Otoritas Apostolik Home
Dalam setiap tempat atau wilayah di
bumi ini ada penuaian. Ketika mempelajari penuaian di Alkitab kita akan
menemukan bahwa di saat penuaian itu hanya ada peluang singkat untuk
mengumpulkan hasilnya. Saya percaya sekarang ini kita sedang memasuki
kesempatan atau peluang yang singkat dan harus mulai berdoa untuk itu. Setiap
kita mempunyai wilayah tertentu yang telah ditetapkan di suatu tempat beserta
sumber-sumber harta yang ada di dalamnya. Sumber harta yang paling berharga
tentunya manusia. Pada saat Tuhan berbicara tentang penuaian Dia mengutarakan
penuaian yang berkaitan dengan umat manusia di dunia. Matius 9:36-38
menuliskan, ‘Melihat orang banyak itu,
tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah
dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada
murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu
mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu.’
Untuk
bekerja di panggilan Tuhan kita harus mempunyai mata untuk bisa melihat orang banyak, hati
yang berbelas-kasihan, dan kemauan untuk diutus ke
ladang-ladang yang telah Tuhan tetapkan. Untuk menggenapkan panggilan Allah
dalam suatu penuaian telah tersedia sumber materinya, yang harus dibuka dan
diambil. Tanpa kekayaan yang disediakan untuk penuaian itu ladang akan menjadi
tandus. Perhatikan bagaimana bacaan firman di atas itu berkenaan dengan
pengutusan para murid untuk menuai suatu ladang atau wilayah. Inilah cara
bagaimana otoritas apostolik itu dimulai. Ingat, mereka itu adalah murid-murid
Tuhan. Kata ‘murid’ berarti ‘pembelajar’. Tetapi kata ‘rasul’ berarti ‘utusan
khusus’, seorang delegasi, seseorang yang diutus untuk suatu tugas atau peran
khusus, seseorang yang dikirim dengan suatu pesan. Otoritas kerasulan harus
ditetapkan di wilayah atau ladang kita untuk membuka penuaian di tempat itu.
15-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (20) – Membuka Kewarisan Wilayah Home
Kita
berhak juga menerima janji Allah yang sama (Galatia 3:15-29). Meskipun Abraham
tidak sepenuhnya melihat penggenapan janji Allah di wilayahnya, Abraham
mewariskan janji ini ke generasi-generasi di bawahnya. Ini menetapkan standar
bagi keturunan umat manusia dari generasi ke generasi. Allah punya kewarisan
bagi kita. Kewarisanmu termasuk dalam bagian yang Allah telah setujui denganmu,
untuk diberikan kepadamu di bumi ini. Kewarisan, atau bagian kita itu, punya
batas-batas fisik yang ditetapkan, beserta jatah yang juga sudah ada di wilayah
itu.
Yesus datang untuk menggenapkan
rencana penebusan Bapa di bumi ini. Ketaatan-Nya di kayu salib menjadikan nama
kita ikut tertulis dalam rencana perjanjian Allah (Roma 11:17-24). Ini
menjadikan kita sebagai anak-anak Abraham. Ini memberikan kita jalan masuk ke
semua prinsip dan janji yang disediakan bagi kehidupan Abraham. Bagaimana ini
bisa tergenapkan bagi kita saat ini? Di Perjanjian Baru kita temukan contoh
yang sama tentang batas-batas. Di 2 Korintus 10 Paulus membicarakan peperangan
rohani. Kemudian dia mendeklarasikan realitas otoritas apostolik dan batas-batas
wilayahnya. Ayat 13 mengatakan, ‘Sebaliknya
kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas
daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga.’
Saya suka apa yang versi New International Version tuliskan, ‘Kami akan memberi batas di wilayah yang
telah Allah tetapkan bagi kami …’ Begitu batas-batas telah ditetapkan, kita
bisa MEMBUKA kewarisan kita yang ada di wilayah itu.
14-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (19) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Doa Apostolik Pembuka Wilayah Home
Pada suatu
hari, setelah bangun, ada kata-kata yang terus terngiang di hati saya (Chuck
Pierce), ‘Strategi: syafaat profetis
(kenabian) harus diselaraskan dengan pemerintahan apostolik (kerasulan) agar di
suatu wilayah mengalami terobosan spiritual dan penuaian.’
Saya
memperhatikan bahwa jika para pendoa syafaat memasuki suatu wilayah dan berdoa
serta terhubung dengan otoritas apostolik di wilayah tersebut, maka Tuhan akan
menguasai ladang-ladang penuaian di wilayah itu. Untuk memperjelas pembahasan ini
kita perlu memahami arti kata ‘dominion’,
atau kuasa, atau otoritas. Selama ini kata dominion sudah disalah-artikan dan disalah-gunakan
sehingga banyak kali perlu diluruskan kembali. Tanpa pemahaman yang benar akan
kata dominion ini kita tidak akan pernah mempunyai otoritas apostolik di suatu
wilayah. Dominion artinya kuasa untuk memerintah (dengan memaksa) suatu wilayah
agar mengakui dan menundukkan diri kepada otoritas atau pemerintahan yang ada
di wilayah tersebut. Ada tiga prinsip alkitabiah yang berkaitan dengan hal ini:
batas/wilayah/boundaries, dominion, dan otoritas. Saya menulis di Global
Prayer News, ‘Ketika Tuhan menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, Dia
minta mereka mengusahakan dan memelihara batas-batas taman itu.’ Ternyata mereka
tidak melakukan tugasnya dengan baik karena telah mengubah, atau melanggar,
batas-batas yang telah Tuhan tetapkan. Mereka dengan sengaja memutuskan
hubungannya dengan Allah yang kudus.
Di masa
berikutnya Tuhan menemukan seorang laki-laki bernama Abram. Abram dipanggil
keluar dari Ur, kota Kasdim, suatu kota yang menyembah Ratu Sorga, untuk
mengikuti Allah yang kudus, untuk memasuki batas-batas atau wilayah kemerdekaan
dan kemakmurannya. Ketika Abram menanggapi panggilan Allah dengan meninggalkan
bentuk penyembahan yang di lakukan selama ini, Tuhan membuat suatu perjanjian,
atau kovenan, dengan Abram. Kovenan ini memberikan otoritas baru bagi Abram,
dan menghasilkan perubahan nama dari Abram menjadi Abraham. Sekali lagi, Tuhan
memberi nafas-Nya kepada seseorang yang ada di bumi ini. Ini menjadikan hakekat
Ilahi Tuhan memasuki hidup Abraham. Kita temukan di Kejadian 15, Tuhan
menetapkan batas-batas kewarisan Abraham. Dengan ketaatannya Abraham membawa
dia lebih mendekat lagi untuk menduduki dan menerima penggenapan janji yang
Allah yang telah ucapkan kepadanya.
13-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (18) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Tali Sipat Home
“Inilah yang diperlihatkan-Nya
kepadaku: Tampak Tuhan berdiri dekat sebuah tembok yang tegak lurus, dan di
tangan-Nya ada tali sipat. Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Apakah yang
kaulihat, Amos?" Jawabku: "Tali sipat!" Berfirmanlah Tuhan:
"Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku
Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi.” (Amos
7:7-8)
Ayat
ini sering dikotbahkan untuk mengingat akan penghakiman Tuhan, dan untuk
mengatakan bahwa Tuhan menempatkan tali sipat di antara umat-Nya. Tali sipat
adalah alat yang dipakai untuk mengetahui apa sesuatu yang sedang dibangun itu
benar-benar tegak dan lurus. Ini dipakai sebagai gambaran Tuhan dalam
menetapkan standard di antara umat-Nya, untuk menghakimi apa yang salah. Apa
yang saya perhatikan tentang penglihatan tersebut ialah: Tuhan sedang berdiri
di dekat tembok yang sedang dibangun untuk melihat kelurusannya.
Coba
pikirkan. Tuhan telah mengatakan adanya penghakiman atas apa yang salah di
antara para umat-Nya, tetapi dalam memegang tali sipat untuk menghakimi apa
yang tidak benar, Dia juga berdiri di dekat tembok yang telah dibangun dengan
benar. Dinding-dinding di Firman menunjuk kota Allah dan fondasi-fondasi
apostolik khususnya.
Ini
hanya bisa diartikan bahwa di hari-hari
penghakiman mendatang, tidak peduli bagaimana salahnya agamawi atau bentuk-bentuk
yang ‘ngawur’, baik iman maupun gereja yang ada, akan dibangun juga suatu umat
yang benar. Ini sebagai panduan untuk kedewasaan gereja di hari-hari terakhir,
untuk menjadi mempelai yang tanpa cacat dan kerut, gereja Yesus Kristus yang
dipulihkan dan dewasa, yang berfungsi dengan kehidupan apostolik, dan yang
memegang firman hidup bagi bangsa-bangsa.
12-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (17) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Benar, bukan hak Home
Untuk menjadi orang apostolik kita harus menyerahkan hak kita.
Jika kita tidak menyiapkan diri untuk melakukan ini, kita tidak bisa mengikuti
cara Kristus, dan tidak akan pernah mengenal kuasa-Nya. Kristus dihormati Bapa
dan ditempatkan di tempat paling tinggi karena Dia menyerahkan hak-hak-Nya dan
mempercayakan diri kepada Bapa. Ini pesan yang ada di Filipi 2, dimana kita
dipanggil untuk memiliki pikiran yang ada di Kristus, dan satu roh, dan satu
tujuan dengan para umat percaya, karena kita disatukan dalam Kristus. Kita
dipanggil untuk memperhatikan keinginan orang lain, juga bagi diri-sendiri, dan
diperintahkan untuk memiliki nilai-nilai yang Kristus telah lakukan saat Dia
menjadikan diri-Nya bukan siapa-siapa. Yesus tidak menganggap ke-Allahan-Nya
sesuatu yang harus dipertahankan, tetapi merendahkan diri menjadi hamba bagi
yang lain. Demikian juga umat percaya komunitas apostolik tidak menuntut
hak-haknya, tetapi mempercayakannya kepada Tuhan, dan mencari jalan untuk bisa
menjadi hamba bagi umatnya. Seorang apostolik harus menjadi ‘bukan apa-apa’,
dan Kristuslah yang akan meninggikannya dengan cara dan waktu-Nya. Inilah umat
yang akan mewarisi janji apostolik, ‘Semoga
Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu.
Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!’ (Roma 16:20)
11-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (16) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Bukan Demokrasi tetapi Komunitas Home
Demokrasi mungkin saja baik untuk bangsa-bangsa, tetapi Allah
tidak merencanakan itu bagi gereja-Nya. Bahkan Churchill mengatakan, ‘Demokrasi itu suatu bentuk pemerintahan
yang paling buruk dari semua bentuk pemerintahan.’ Gereja harus bangkit lebih
dari demokrasi, dan menemukan serta membangun komunitas. Demokrasi itu tidak
memberikan komunitas. Kelompok apostolik itu berfungsi melalui hubungan, dan
dengan saling memahami dan mempercayai satu dengan yang lain secara mendalam,
tidak melalui politik yang hanya berakhir dan menuju pada pemilihan. Dalam
komunitas, bukannya opini mayoritas yang diperhatikan, tetapi Roh Allah yang
memberikan damai ke hati, yang menuntun dan yang berbicara. Suara satu orang
saja bisa dipakai Tuhan mengubah arah, atau memberikan koreksi. Umat percaya yang
hatinya benar satu dengan yang lain bisa merasakan melalui kesaksian
batiniahnya akan kebenaran yang ada. Kepemimpinan yang diurapi di suatu
komunitas bertanggung-jawab untuk bisa memahami hati orang-orang dan pikiran Roh
yang ada, tidak peduli melalui siapa itu dinyatakan.
10-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (15) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK:
Menyerahkan Hidup Kita bagi Saudara-Saudara Home
Kristus memanggil kita untuk saling mengasihi dan melakukan hal
yang sama seperti Dia mengasihi kita. Dia mengasihi kita sampai memberi
hidup-Nya bagi kita, seperti apa yang Dia katakan, ‘Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.’ (Yohanes 15:13) Rasul
Yohanes menuliskan sesuatu yang menantang, ‘Demikianlah
kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk
kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.’
(1 Yohanes 3:16). Ini menggambarkan roh Kekristenan apostolik. Jangan heran
jika Tuhan memanggil beberapa umat-Nya untuk memberikan persembahan yang
prima. Lebih jauh kita diminta untuk
memahami bahwa kasih yang keluar dari hati kita kepada orang lain harus
sedemikian rupa sehingga kita bisa menganggap kehidupan orang lain itu memang
layak untuk diberi persembahan. Inilah yang memberikan landasan pernyataan
Yohanes, ‘Barangsiapa mempunyai harta
duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu
hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam
dirinya?Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan
lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.’ (1 Yohanes 3:17-18)
Inilah roh umat apostolik itu.
9-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (14) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Kasih Home
Gereja
apostolik mula-mula, dikenal baik oleh umat percaya maupun oleh musuh-musuhnya
sebagai kumpulan orang yang saling mengasihi satu dengan yang lain. Mereka
menggenapkan hukum Kristus. Musuh-musuh gereja terganggu dengan kasih para umat
percaya ini, dan kasih ini merupakan fondasi kekuatan yang sudah terbukti di
gereja mula-mula. Tidak ada jalan lain yang bisa menjungkir-balikkan dunia
selain ini, dan gereja apostolik mula-mula berhasil melakukan ini hanya dalam
satu generasi saja. Ini juga merupakan panggilan Tuhan bagi gereja di hari ini,
untuk menjadi orang-orang apostolik di generasi kita, yang akan ditandai dengan
sesuatu yang mengherankan, yang tidak mementingkan diri-sendiri, kasih yang mau
berkorban, yang membuktikan adanya kehidupan Kristus dalam diri kita.
8-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (13) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Bisa-mempertanggungjawabkan, Tembus-pandang, Keterbukaan, Kejujuran Home
Di antara orang-orang apostolik, ada suatu sikap untuk bisa saling
mempertanggungjawabkan melalui hubungan. Kita menjalani kehidupan yang
tembus-pandang satu dengan yang lain. Untuk bisa memiliki kehidupan ini kita
harus sampai di suatu tempat dimana kita bisa saling mempercayai. Alkitab
mengatakan bahwa kasih itu mempercayai, tetapi tentu saja ini hanya bisa
dialami oleh mereka dalam komunitas dimana hal-hal atau faktor-faktor yang
memisahkan sudah ditanggulangi, hati kita tenang, dan bisa menerima satu dengan
yang lain. Dalam komunitas, dan dalam iman apostolik, masing-masing tidak
mengejar agenda masing-masing. Kita hidup untuk kebaikan orang lain, dan kita
jujur dengan diri-sendiri, dengan tujuan kita, dan dengan motivasi kita.
7-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (12) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Hubungan Hati Home
6-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (11) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Menghormati Pemimpin Home
Seorang apostolik menghormati kepemimpinan yang ada, bukan hanya
karena perintah yang ada di alkitab, tetapi karena ini merupakan sumber utama
kehidupan dan berkat yang dituntut oleh Allah. Kemampuan untuk memberi
penghormatan itu suatu tanda kedewasaan, hikmat, dan kemurnian hati. Adanya
ketidak-murnian selalu bergumul untuk bisa memberi hormat, karena melawan
hakekat dagingnya. Di komunitas, saling menghormati satu dengan yang lain
menjadi suatu pengalaman yang indah dan damai dalam kehidupan. Ini merupakan
hikmat sorgawi, yang disebutkan di Yakobus 3:17-18, dan yang bertentangan
dengan iri-hati dan mementingkan diri, yang mengacaukan banyak hubungan orang
Kristen dan yang membawa ke kejahatan.
5-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (10) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Kerendahan-hati, Bisa-diajar, dan Penundukan-diri Home
Nilai-nilai
ini betul-betul menjadi hidup kita pada waktu kita memiliki Roh Yesus. Tidak
sorang pun mampu mengubah hati sendiri, tetapi begitu menerima Yesus, kita
menerima Roh-Nya, dan dimampukan oleh Roh Kudus untuk hidup, dan berpikir, dan
merasakan seperti Yesus. Tidak ada orang apostolik yang tidak bisa diajar dan tidak bisa menundukkan diri
kepada pemimpinnya. Tanpa kwalitas ini tidak akan ada kesatuan, dan tidak akan
ada kunjungan Roh Kudus dengan kuasa-Nya. Tanpa adanya sikap yang mau-diajar
tidak akan ada pertumbuhan dalam anugerah, dan tanpa penundukan diri tidak akan
ada otoritas asli di umat percaya. Tanpa anugerah-anugerah ini di hati,
kebenaran tidak bisa diterima. Kerendahan-hati mendahului baik kwalitas maupun
esensi kuasa apostolik.
4-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (9) – KWALITAS DINAMIS UMAT APOSTOLIK: Satu Hati dan Satu Pikiran Home
Dinamis
itu menunjuk pada suatu kekuatan motivasi, sesuatu yang berkuasa dan bertenaga.
Ini menggambarkan kwalitas spesifik dan hakekat berbagi-hidup orang apostolik.
· Satu Hati dan Satu Pikiran: Seorang apostolik itu ditandai oleh
kerinduan besarnya untuk kesatuan, meskipun kesatuan itu bukan tujuan akhirnya.
Maksud kesatuan bukan hanya untuk menegakkan kasih di antara para saudara
seiman, tetapi juga untuk memperoleh keintiman dengan Tuhan, dan untuk membawa
dunia beriman kepada Kristus. Bahkan, kasih dan penerimaan satu dengan yang
lain begitu nyata. Para rasul akan membawa kesatuan kepada gereja, baik dalam
hubungan di lokal, maupun lintas tubuh Krstus. Ini salah satu tujuan terbesar
para rasul, dan tidak ada rasul yang tanpa beban ini – beban untuk seluruh
tubuh. Tujuan apostolik ialah kesatuan iman dan kedewasaan gereja, yang
tertulis di Efesus 4:13, yang dibangun di atas kesatuan Roh yang kita jagai dan
usahakan.
3-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (8) – KEMERDEKAAN Home
Saya
menganggap kemerdekaan itu sesungguhnya prinsip utama pelayanan apostolik. Saya ambil peran untuk membuka
‘mata-mata yang buta’ dengan menyingkapkan kepada umat Allah kemerdekaan rohani
yang mereka miliki dalam Kristus, dan membantunya datang ke kemerdekaan
tersebut. Saya menciptakan kemerdekaan dalam struktur pelayanan saya sendiri,
dan saya selalu mengatakan, ‘Saudara
bebas datang, dan bebas untuk pergi. Tetapi jika Saudara memilih untuk tinggal,
saya akan menunjukkan bagaimana hidup bagi Kristus, bagaimana berjalan dengan
umat Allah, dan bagaimana bertingkah-laku dalam iman. Ini tidak gratis. Perlu
melakukan pendisiplinan rohani, menghormati orang lain, dan penundukan diri pada
otoritas. Ini yang akan membawa Saudara ke kemerdekaan sejati.’
Pelayanan
apostolik, atau gereja apostolik, membutuhkan otoritas dan disiplin, tetapi
tanpa mengontrol. Itulah sebabnya semua struktur kepemimpinan dan kehidupan
gereja harus didasarkan atas sesuatu yang punya makna, hubungan yang sehat,
dimana otoritas dikenal, dimengerti, dan dihormati. Membangun relasi itulah
anugerah yang para rasul harus lakukan, tetapi ini merupakan proses
pembelajaran, pertumbuhan, dan pendewasaan.
Saya
telah mengatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, saya mulai
mendengarkan Tuhan mengenai arti menjadi orang apostolik, dan berakhir dengan
diberinya sederetan daftar hal-hal, yang pada akhirnya ternyata merupakan
jawaban utama terhadap pertanyaan saya. Inilah apa yang Dia berikan kepada
saya. Ini merupakan nilai-nilai dan etika yang merupakan fondasi hakekat gereja
apostolik. Ini merupakan karakteristik asli umat apostolik. Ini merupakan
prinsip-prinsip penguat, dan jelasnya bagian pewahyuan Allah bagi kehidupan
umat-Nya. Begitu kita tunduk kepada Kristus, dan mempelajari jalan-Nya, kuasa
Allah akan mengalir melalui umat yang demikian itu.
2-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (7) – NEXUS APOSTOLIK Home
(Nexus
itu dari bahasa Latin yang berarti ‘terhubung, terikat’, dimana banyak unsur
terhubung menjadi satu.) Saya lama baru menyadari bahwa untuk pelayanan yang
efektif, untuk memenangkan peperangan rohani, dan kemajuan Injil, umat percaya
secara keseluruhan membutuhkan para rasul, dan para rasul sendiri juga
membutuhkan umat Allah. Tidak ada yang cukup dari diri-sendiri, artinya, tidak
ada yang bisa mencukupi-diri-sendiri. Yang satu tidak lengkap tanpa yang lain.
Para rasul yang tidak memiliki orang untuk sepakat, dalam keharmonisan,
mendoakan mereka, bertempur dalam peperangan iman bersama-sama, bersepakat
dengannya, berjalan bersamanya, tidak dapat berbuat banyak. Pekerjaannya akan
kurang efektif dan sepertinya kurang punya arti. Rasul butuh dilayani,
ditopang, dan dikuatkan oleh para umat percaya. Saat kita memiliki orang-orang
seperti itu, Allah melepaskan kuasa besar melalui para rasul.
Tertulis
bahwa rasul Yakobus dibunuh dengan pedang tetapi Petrus dilepaskan karena ‘jemaat dengan tekun mendoakannya kepada
Allah’ (Kisah 12:5) Rasul Paulus dalam surat-suratnya selalu minta didoakan
oleh jemaatnya, bukan hanya untuk kebutuhannya sendiri, tetapi khususnya agar
dia bisa bebas memberitakan firman dan berbicara dengan berani, dan menjadikan
Injil bisa dimengerti (Efesus 6:19-20). Tanpa ada orang-orang yang seperti itu,
seorang rasul akan terbatas, dan akan mendapat hambatan besar untuk bisa
memperoleh apa yang harus dicapai.
Sebaliknya,
umat Allah tanpa para rasul seperti perahu tanpa kemudi, terbuka untuk setiap
angin pengajaran, dan terombang-ambing oleh mereka yang berpenampilan baik
tetapi tidak memiliki anugerah apostolik untuk kesatuan dan arah yang benar
bagi tubuh Kristus. Banyak denominasi ada di bawah kepemimpinan orang-orang
yang berpenampilan menarik, yang bisa saja melayani Kristus, dan mungkin saja
sangat berkarunia dan pekerja-keras, tetapi mereka itu bukan rasul. Tanpa para
rasul, umat akan sangat terbatas, bahkan terhambat, seringkali terjebak dan
menjadi rampasan musuh. Lebih buruk lagi, seringkali institusi tradisi dan
agamawi denominasi dan organisasi-organisasi Kristen mencegah orang-orang untuk
bisa melihat kebutuhannya akan para rasul, dan bisa mengenali saat Kristus
mengirimkannya kepada mereka.
Kita
perlu menghormati nexus di antara
rasul dan umat Kristus ini dan melakukan sesuatu untuk mencipta-ulang
keefektifannya. Para rasul dibutuhkan untuk membangun tubuh Kristus, dan para pemimpin
gereja lain perlu mencarinya. Kita perlu meletakkan fondasi rasuli kembali.
Gereja harus mencari keharmonisan dengan para rasulnya, dan merendahkan dirinya
untuk bisa menjalani hidup dan iman para rasul yang Kristus kirimkan. Para
rasul ini akan melayani dan membawa umat Allah memasuki kemerdekaan,
kedewasaan, dan menerima warisannya.
1-Mei-2012 STRATEGI APOSTOLIK (6) – OTORITAS APOSTOLIK Home
Jelasnya, kuasa apostolik diperoleh melalui penundukan. Contoh
paling baik untuk ilustrasi ini ialah apa yang terjadi dalam kehidupan
Juruselamat kita, contoh terbesar seseorang yang melatih dan melakukan otoritas
dan kuasa Allah. Injil mencatat adanya seorang perwira yang hambanya sedang
sakit dan meminta agar Juruselamat menyembuhkannya. Ketika Yesus bermaksud
mendatangi rumahnya, perwira itu berkata kepada Yesus, ‘Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.’
Bagaimana perwira itu merasa begitu yakin tentang ini? Dia mengerti karena
Yesus hidup dalam penundukan diri kepada otoritas Ilahi, dia juga bisa memiliki
otoritas untuk memerintahkan dan melepaskan kuasa dari otoritas Ilahi tersebut.
Perwira itu sedang menggambarkan suatu prinsip ketika mengatakan, ‘Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di
bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu:
Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang,
ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya’ (Matius
8:9) Apa yang sesungguhnya perwira itu maksudkan? Dia sedang menggambarkan
pemahamannya bagaimana otoritas itu bekerja, dan menunjukkan bagaimana kedalaman
pemahaman rohaninya akan sumber kuasa Yesus. Dia tahu bahwa otoritas yang dia
miliki untuk memerintahkan para prajurit di bawahnya itu datangnya dari
otoritas yang ada di atasnya. Dan dia tahu bahwa karena Yesus juga ‘orang yang di bawah otoritas’ (yaitu
dalam penundukan kepada otoritas Bapa-Nya) Dia mempunyai semua keistimewaan
untuk melakukan kuasa dan otoritas Dia kepada siapa Dia menundukkan diri.
Inilah rahasia otoritas apostolik, dan hanya ini satu-satunya
sumber yang benar. Jika gereja rindu melihat kepenuhan kuasa apostolik
didemonstrasikan kembali seperti di gereja mula-mula, maka kita harus kembali
menjadi orang-orang yang menyatukan hati dan pikiran, berjalan dalam kasih satu
dengan yang lain, dalam penundukan diri kepada kepemimpinan para rasul kita,
dan keseluruhan gereja, termasuk para rasulnya sendiri, menundukkan diri kepada
Kristus. Inilah cara Allah. Inilah posisi rohani, dan kita tidak punya hak
untuk menuntut gereja melakukan cara berbeda.
Semua ini dikonfirmasi dalam tulisan Lukas di kitab Kisah Para
Rasul dalam kehidupan gereja mula-mula. Beberapa bulan setelah hari Pentakosta
dengan berkembangnya gereja menjadi ribuan di Yerusalem, ‘Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan
sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya
adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan
Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.’
(Kisah 4:32-33)
Ungkapan, ‘Dan dengan kuasa
yang besar rasul-rasul … ‘ sangat penting. Ungkapan ini mengikuti
penjelasan keadaan jemaat secara keseluruhan. Ada suatu nexus – suatu ikatan, yang tidak kelihatan tetapi ada hubungan yang
pasti – antara otoritas, kuasa, dan prestasi para rasul yang bertumbuh di satu
pihak, dengan kwalitas penundukan-diri, iman, dan doa-doa umat Allah, di pihak
lain.
Disadur/disusun oleh Iskak Hutomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar