Senin, 16 Agustus 2010

Penyembah Benar

Penyembahan itu Diukur-------------------Home
Di akhir jaman akan ditemukan dua macam orang Kristen: mereka yang menyembah di ruang kudus dan yang ada di luar tempat intim.
Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya." (Wahyu 11:1-2).
Firman menunjukkan kepada kita kalau Roh Allah itu mengukur para penyembah – para individu yang hartanya ada di Sorga, yang tinggal di ruang dalam Bait Allah. Saudara kekasih, mereka yang benar-benar menyembah Allah akan tinggal di tempat yang sudah diukur dan terlindung.
Pengungsian kita selama di dunia ini, yang dipenuhi teror, tekanan dan trauma, ada di hadirat Allah yang hidup. Kita tidak bisa memiliki agama tentang Allah, yang tidak memiliki hadirat Allah. Jika kita benar-benar ada di Hadirat Ilahi, satu hal yang paling memungkinkan untuk bisa membawa kita ke sana: Kita harus menjadi penyembah-penyembah benar Allah.
Penyembah Benar
Yesus mengajar bahwa "penyembah benar" itu adalah mereka yang menyembah "Bapa dalam roh dan kebenaran." Dengan kata lain, penyembahan mereka kepada Allah keluar dari dalam hati yang tidak terhalang oleh kesulitan situasi dan konsidi yang sedang terjadi di luar. Penyembahan dalam "roh dan kebenaran " itu penyembahan sejati. Sesunguhnya sekarang ini Bapa sedang mencari orang-orang "untuk menjadi penyembah-penyembah-Nya " (Yohanes 4:23).
Perhatikan prioritas Allah ini. Dia tidak mencari kita untuk menjadi pekerja-pekerja mujizat, rasul dan nabi hebat. Dia rindu kita tidak sekedar menyemaikan ketrampilan kepemimpinan atau kekuatan administrasi yang baik. Apa yang Dia cari? Dia rindu kita menjadi penyembah-penyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Penyembahan Sejati Yang Menjadikan Kristen Sejati
Jika kita berfokus untuk menjadikan penyembahan kita benar, maka pembelajaran Alkitab kita, doa kita, pelayanan kita bagi Allah, atau apa pun yang akan kita lakukan dan jadikan, juga akan benar. Sesungguhnya, hati yang menyembah itu akan mengalirkan semua disiplin dan substansi rohani yang lain secara syah. Jika kita menyembah sebelum mempelajari Firman Allah, firman-Nya akan masuk lebih dalam ke jiwa kita; buah kita akan lebih manis dan tahan lama. Jika sebelum kita membuka mulut dalam doa, kita menghormati Allah dalam penyembahan, syafaat kita akan naik ke Sorga dengan sayap-sayap mempercayakan diri dan pengharapan iman.
Penyembahan menyelamatkan rohani kita dari kegiatan rutin, agamawi, kesombongan dan rasa bersalah; dan akan melepaskan pikiran kita sepenuhnya dari hal-hal yang menekan kehidupan Ilahi.
Kita semua mendengar pengajaran kalau Allah itu rindu memiliki hubungan dengan kita, ini benar. Tetapi implikasi hubungan dengan Dia itu kita akomodasi sepenuhnya oleh hal-hal umum dan yang sebagian besar kita batasi dengan persyaratan dan kebutuhan kita. Ya, Allah sepenuhnya rindu memiliki persekutuan yang indah bersama kita. Tetapi mendekat-Nya Dia dalam kehidupan kita, komitmen-Nya untuk menebus dan memulihkan kita, punya maksud lain, yaitu: realita hadirat-Nya itu mentransformasikan kita menjadi penyembah-penyembah benar-Nya.
Sesungguhnya penyembahan itu bukti dari kehidupan yang sudah ditransformasi. Menyembah bisa diekspresikan dengan airmata sukacita atau dalam pesona yang diam; yang akan menciptakan syukur kepada Allah atau menginspirasikan lagu di malam hari. Tanpa mempedulikan bentuk-bentuk yang dieskpresikan, penyembahan yang Bapa cari itu benar-benar sangat berarti. Itu akan benar-benar mengubah hakekat kita dalam mengasihi Allah.
Meskipun begitu jika ide “penyembahan” agak asing bagi sementara kita, jika rasanya sesuatu yang mekanis atau mengekspresikan kata-kata yang sepertinya kosong/hollow (dan bukan kata-kata atau ungkapan yang kudus/hallowed), itu karena jiwa seseorang itu belum ditransformasikan. Semakin dekat kita dengan Allah, semakin kita akan ditransformasikan; semakin besar kita ditransformasi, akan semakin lengkap dan utuh kita meresponinya dalam penyembahan. Dan kita akan bisa melihat bahwa penyembahan benar akan diperdalam dan dipermatang sewaktu kita berjalan bersama Allah.
Kita ingat kembali kesaksian rasul Yohanes tua, di usia sembilanpuluhan saat menuliskan, ”Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (1 Yohanes 4:16). Ungkapan pertamanya: Kita telah mengenal.
Saat kita pertama kali datang kepada Allah, tentunya kita akan datang sebagaimana adanya dengan membawa dosa dan malu kita. Ya, kita mencari pertobatan akan dosa-dosa yang jelas-jelas sudah kita miliki, tetapi karya Allah kepada kita jauh lebih dalam lagi. Sebagai orang Kristen baru kita masih membawa sikap kesombongan, ambisi dan rasa takut, dan juga banyak dosa-dosa lain, yang membuat kita salah mengartikan hakekat Allah yang sesungguhnya kepada orang lain. Meski pun kita orang berdosa, Allah tidak pernah menolak kita. Dan karya-Nya terus berlanjut. Api yang membara memasuki relung-relung gelap yang ada di hati kita. Di sini, di dapur penyucian Ilahi ini, Allah menguliti kebohongan dan keangkuhan kita, rohani yang ditelanjangi, tanpa menyisakan sedikit pun pembenaran-diri – dalam keadaan telanjang inilah kita datang untuk bisa mengenal dan menerima kasih-Nya yang tanpa syarat itu.
Apa yang semulanya kedengaran sebagai perintah mustahil, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matthew 22:37), ditransformasikan dari suatu hukum menjadi suatu janji yang penuh harapan, suatu antisipasi bahwa Dia akan mentransformasi diri kita semua dan, dengan proses, menciptakan pujian dari bibir kita. Inilah apa yang Dia katakan, ‘Kamu akan mengasihi Saya dengan segenap hati karena demikianlah sesungguhnya bagaimana Saya mengasihmu, dengan segenap hati Saya.’
Penyembahan kita itu sebagai hasil karena Dia telah mendekat kepada kita; itu sebagai akibat Dia memiliki mereka yang sudah ditebus. Tokh, itu juga merupakan pilihan yang harus kita pilih. Saya pilih menyembah sebagai cara untuk mendemonstrasikan kepercayakan-diri saya kepada Allah saat situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita bergelora dan mencengkam; saya pilih untuk menyembah sebagai sarana saya memasuki hati Allah saat semua yang ada di sekitar saya kacau-balau. Dan begitu saya ditarik ke hadirat-Nya, saya juga menyadari kalau karakter hidup saya sedang diukur, dan itu diukur dengan berdasarkan penyembahan saya di mezbah-Nya.
Tuhan, masuklah ke dalam hidup saya dan genapi janji-Mu untuk mentrasformasikan saya. Ciptakan pujian melalui bibir saya, dan tolong saya untuk menyembah-Mu dalam roh dan kebenaran.
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari
Measure Those Who Worship oleh Francis Frangipane

Tidak ada komentar:

Posting Komentar