Jumat, 25 November 2011

Kota

K O T A                                 Home
Saya kemudian berdiri di gunung yang lain memperhatikan suatu kota. Kemuliaan kota ini di luar segala apa yang saya telah lihat atau bayangkan sebelumnya. Sementara setiap bangunan dan rumahnya unik dan indah, masing-masing mengagumkan, keseluruhannya simetri satu dengan yang lain dan dengan ladang-ladang yang mengitarinya, gunung-gunung dan sungai-sungainya. Itu sebuah kota yang sepertinya ditumbuhkan seperti tanaman, dan bukannya dibangun. Saya merasa kalau saya sedang melihat sesuatu yang sedang dibangun oleh suatu umat manusia yang tidak pernah jatuh dalam dosa, dan yang telah berjalan dalam kebenaran dan kemurnian seperti Adam dan Hawa pada awalnya.
Suatu gambaran yang menonjol adalah adanya sejumlah besar jendela kaca yang ada di masing-masing bangunan. Kaca-kaca itu begitu jernih dan bersih, dan jendela-jendela serta pintu-pintunya diatur begitu rupa sehingga saya merasa tidak hanya disambut di masing-masing rumah tetapi juga diundang. Itu juga sepertinya tidak ada yang disembunyikan, dan tidak kelihatan adanya bahaya atau sesuatu yang akan dicuri.
Kemudian saya melihat orang-orang yang ada di kota tersebut. Mereka sepertinya sangat akrab, tetapi diwaktu yang bersamaan saya tahu belum pernah berjumpa dengan orang-orang yang seperti itu. Saya bayangkan mereka itu seperti Adam sebelum kejatuhan. Mata mereka masing-masing bersinar sepertinya penuh pemahaman, dengan suatu kedalaman intelek, bahkan melampaui intelek orang paling cerdas yang pernah saya tahu. Saya tahu ini sebagai hasil tatanan dan kedamaian yang tanpa kebingungan dan keraguan, atau mungkin dibingungkan oleh keragu-raguan. Tidak ada ambisi karena masing-masing begitu percaya-diri dan punya begitu banyak sukacita akan siapa mereka, dan apa yang sedang mereka kerjakan. Karena setiap orang di kota itu bebas, mereka benar-benar terbuka. Kemiskinan dan sakit-penyakit sepertinya tidak mereka dipahami.
Saya melihat jalan-jalan di kota itu. Banyak jalan-jalan raya di tengah-tengahnya yang menuju ke satu arah, dan banyak jalan-jalan yang lebih kecil yang terhubung dengan jalan-jalan raya besar. Sewaktu saya melihat ke salah satu jalan raya yang paling besar, pengetahuan diimpartasikan ke saya tentang kebenaran kekudusan. Saya melihat ke jalan raya yang lain dan tahu kebenaran tentang kesembuhan. Sewaktu saya melihat ke yang lain, saya mulai mengerti hal-hal tentang penghakiman. Dengan melihat ke masing-masing jalan, saya memahami kebenaran yang lain. Saya kemudian menyadari kalau masing-masing jalan raya itu jalan ke kebenaran tersebut. Orang-orang saling berjalan dan hidup merefleksikan kebenaran jalan raya tersebut.
Perhatian saya tertuju ke banyaknya jalan yang terhubung ke jalan raja. Sewaktu saya memperhatikan satu persatu, saya merasa adanya impartasi buah Roh, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, atau kesabaran. Ini datang seperti perasaan dan bukannya pengertian seperti saat saya melihat ke jalan-jalan raya tersebut.
Saya perhatikan bahwa saat beberapa jalan itu terhubung ke suatu jalan raya, beberapa jalan raya hanya punya satu atau dua jalan yang terhubung kepadanya. Misalnya, saya bisa ke Jalanraya Kekudusan hanya dengan melewati jalan Kasih. Saya bisa sampai ke Jalanraya Penghakiman dengan melewati jalan-jalan Kasih dan Sukacita. Meskipun begitu, Jalanraya Anugerah dihubungkan dengan semua jalan. Untuk sampai ke salah satu Jalanraya Kebenaran, saya harus berjalan di jalan yang dinamakan sesuai dengan buah Roh.
Orang-orang berjalan di jalan-jalan raya dan jalan-jalan, sementara yang lain sedang duduk-duduk di pinggirnya. Beberapa ada di rumah-rumah, di jalan-jalan atau di jalan-jalan raya, dan yang lain ada di bangunan rumah mereka. Mereka yang hidup di rumah-rumah terus-menerus melayani makanan dan minuman ke mereka yang sedang berjalan atau duduk-duduk. Saya kemudian melihat kalau tidak ada restaurant, hotel atau rumah sakit di kota tersebut. Saya cepat mengerti kalau memang tidak ada yang membutuhkan itu karena setiap rumah itu merupakan pusat hospitaliti dan kesembuhan.
Hampir setiap rumah terbuka bagi mereka yang melakukan perjalanan. Yang tidak terbuka adalah yang dipakai untuk maksud-maksud khusus seperti belajar atau penyembuhan jangka-panjang. Saya heran mengapa setiap orang masih memerlukan penyembuhan di sini, tetapi kemudian saya ditunjukkan alasannya. Bahkan saya tidak bisa membayangkan adanya suatu tempat yang indah untuk pelayanan hospitaliti yang besar, untuk memberi bantuan atau penyembuhan, bahkan yang dibangun di Jalanraya Penghakiman, yang sepertinya menjadi tempat paling sibuk. Karena itu Jalanraya Penghakiman itu sangat dibutuhkan. Jelas bahwa setiap jalan itu tidak hanya aman, tetapi lebih disukai daripada setiap jalan atau jalanraya yang pernah saya lihat, bahkan di taman-taman. Kota ini jauh lebih mulia daripada setiap utopia yang para filsuf bisa bayangkan.
Perhatian saya ditarik kembali ke JalanRaya Penghakiman. Sepertinya, yang pada awalnya ada sedikit jalanraya, saat ini menjadi lebih aktif. Saya melihat ini disebabkan karena jalan-jalan yang lain dan jalan-jalan raya lain semuanya mengalir ke sini. Meskipun begitu, walaupun JalanRaya Penghakiman menjadi pusat keaktifan, banyak orang yang sepertinya enggan untuk melewatinya.
Sewaktu saya melihat ke ujung jalanraya itu saya bisa melihat kalau jalannya terus mendaki, dan ada gunung tinggi di ujungnya yang diselubungi oleh kemuliaan yang samar-samar tetapi cukup kuat. Saya tahu jika mereka melihat akhir dari jalan ini, pasti akan banyak yang mau berjalan di jalan ini. Saya kemudian menyadari kalau saya ditarik ke jalan ini karena ada perasaan yang sama seperti sewaktu ada di Gedung Penghakiman Besar. Saya tahu kalau ini adalah jalan untuk bisa mengnal Tuhan sebagai Sang Hakim Kebenaran.
Ikatan Damaisejahtera
Saya tidak tahu apakah kota ini Sorga atau Yerusalem Baru. Kemudian saya melihat meskipun orang-orang yang ada punya stature/kapasitas melebihi orang yang ada di bumi, mereka tidak memiliki kemuliaan atau statureyang dimiliki bahkan oleh mereka yang ada di bagian paling bawah Gedung Penghakiman. Saya heran akan hal ini saat saya merasa Hikmat berdiri di samping saya lagi.
Mereka itu orang-orang yang sama yang engkau lihat di pasukan Saya,” Dia mulai berbicara. “Kota dan pasukan itu sama. Para pemimpin Saya yang akan datang memiliki visi baik sebagai pasukan maupun kota-Ku. Saya membangun keduanya, dan saya akan memakai para pemimpin yang sekarang sedang Saya persiapkan untuk melengkapi apa yang Saya telah mulai di generasi yang telah lalu. Jenderal Saya akan menjadi pembangun-pembangun bagi kota-Ku, dan para pembangun-Ku akan juga menjadi jenderal-jenderal. Itu sama.
Suatu hari, pasukan tidak akan diperlukan lagi, tetapi kota ini akan terus selamanya. Kamu harus menyiapkan pasukan untuk pertempuran di waktunya, tetapi bangun semua apa yang harus engkaun bangun untuk masa depan.
Ada masa depan bagi bumi ini. Setelah penghakiman Saya datang, akan ada masa depan yang mulia. Saya sedang menunjukkan kepada umat-Ku suatu masa depan sehingga masa depan itu ada di hati mereka. Seperti Salomo tuliskan, ‘Segala sesuatu yag TUHAN kerjakan akan tetap selamanya.’ Sewaktu umat-Ku menjadi seperti Saya, mereka akan membangun sesuatu yang akan tetap selamanya. Mereka akan melakukan semua yang mereka lakukan dengan damai-sejahtera di waktunya dan sesuai visi di masa depan. Kota yang sedang Saya bangun akan tetap selamanya dibangun di atas kebenaran yang ada di hati manusia. Kebenaran Saya akan bertahan, dan mereka yang berjalan dalam kebenaran akan memberikan buah yang tetap.
Saya datang ke bumi, ke umat-Ku, sebagai Hikmat untuk membangun kota Saya. Pengetahuan akan kebenaran akan mengisi kota Saya, tetapi hikmat yang akan membangunnya. Hikmat yang akan datang ke para pembangun Saya akan membuat dunia mengagumi kota Saya melebihi kota yang dibangun Salomo. Manusia telah menyembah hikmat mereka sendiri sejak pertama kali mereka makan Buah Pengetahuan. Hikmat dunia akan memudar di hadapan hikmat-Ku yang akan Saya singkapkan melalui kota-Ku. Lalu, siapa yang menyembah hikmat yang lain akan dipermalukan. Semua yang Salomo bangun itu sebagai nubuatan akan apa yang akan Saya bangun.
Di semua apa yang engkau lihat di kota yang sedang Saya bangun, Saya hanya memberimu sedikit kilasan kulitnya saja. Dari waktu ke waktu engkau akan bisa melihat lebih banyak lagi, tetapi untuk saat ini engkau harus melihat satu hal. Apa yang paling engkau perhatikan mengenai kota ini?
Satu hal yang begitu mencolok bagi saya adalah keharmonisan. Segala hal di kota itu cocok satu sama lain, saling mengisi dengan sempurnanya, dan seluruh kota begitu tepat dalam lingkungannya,” jawab saya.
Ikatan damaisejahtera ialah kasih,” Tuhan meneruskan. “Di kota Saya, akan ada kesatuan. Di semua yang Saya ciptakan ada keharmonisan. Semuanya akan saling mengisi dalam Saya. Segala hal yang Saya lakukan di bumi ialah untuk memulihkan keharmonisan orsinil antara Bapa dan ciptaan-Nya dan di antara semua ciptaan. Saat semua makhluk hidup dalam keharmonisan dengan Saya, bumi akan ada dalam keharmonisan dengan Dia, dan tidak akan ada lagi gempa bumi, banjir atau badai. Saya datang membawa damai sejahtera di bumi.”
Sewaktu Dia berbicara saya tahu saya sedang menerawang ke masa depan, sama seperti saat saya memperhatikan pasukan dulu. Saya juga tahu bahwa apa yang Dia katakan tentang membangun dengan damai sejahtera di saat sekarang ini dan suatu visi untuk masa depan itu juga penting bagi keharmonisan yang saya lihat. ‘Waktu’ itu juga bagian ciptaan-Nya di dalam mana kita juga harus cocok.
Hikmat kemudian menoleh kepada saya dan saya langsung melihat ke mata-Nya dan berkata, “Saya mengasihi ciptaan Saya. Saya mengasihi binatang di ladang dan ikan di laut. Saya akan memulihkan semua hal seperti seharusnya, tetapi pertama-tama Saya harus memulihkan umat manusia. Saya datang bukan hanya untuk menebus, tetapi memulihkan. Untuk menjadi bagian dalam pelayanan pemulihan Saya engkau harus melihat orang lain bukan seperti keadaan yang sekarang tetapi seperti apa mereka nantinya. Seperti Yehezkiel, engkau harus melihat bahkan tulang-tulang kering sebagai pasukan yang amat besar. Engkau harus menubuatkan kehidupan ke tulang-tulang sampai mereka menjadi pasukan seperti yang Saya tetapkan sebelumnya. Kemudian pasukan-Ku akan berbaris. Saat pasukan-Ku berbaris, maka akan memulihkan – bukan menghancurkan. Akan memerangi kejahatan, tetapi juga akan meembangun kota kebenaran.
Semua kekayaan dunia tidak bisa mengimbangi nilai satu jiwa pun. Saya sedang membangun kota Saya di hati manusia, dengan hati manusia. Mereka yang tetap menjagai hikmat – pengetahuan akan kekayaan kekal – akan dipakai untuk membangun kota Saya. Engkau akan tahu para pembangun-Ku dengan hikmat ini – mereka tidak bersandar pada pemikirannya akan hal-hal duniawi, tetapi pada kekayaan sorgawi. Karena itu dunia akan membawa kekayaannya ke kota Saya sama seperti yang mereka lakukan di jaman Salomo.
Saya akan melepaskan para pembangun bijaksana Saya. Engkau harus berjalan bersama mereka, dan mereka harus berjalan bersama-sama. Masing-masing jalan-jalan raya dan jalan-jalan yang engkau lihat di kota ini akan mulai menjadi benteng-benteng kebenaran di bumi ini. Masing-masing benteng akan berdiri menentang kekuatan kegelapan, dan kekuatan itu tidak mampu melawannya. Masing-masing akan menjadi seperti gunung, dengan sungai-sungai yang meluap untuk mengairi bumi. Masing-masing akan menjado kota perlindungan dan menyelamatkan mereka yang mencari Saya. Tidak ada senjata yang ditempa akan berhasil melawan mereka, dan tidak ada senjata yang Saya berikan kepada mereka yang akan gagal.”
Bangunan Tuhan
Sewaktu Hikmat berbicara, mata saya dibuka untuk melihat lembah yang sangat indah yang pernah saya lihat. Gunung-gunung membentuk lembah dan lembah-lembahnya lebih hijau dari warna hijau yang pernah saya lihat. Karang-karang seperti benteng-benteng yang dibuat dari perak; pohon-pohonnya sempurna danpenuh. Ada sungai di tengah yang dialiri oleh aliran-aliran dari setiap gunung yang ada di sekitarnya. Air berkilau dengan warna biru yang lebih biru dari warna biru yang pernah saya lihat dan sangat indah, serasi dengan langit yang biru. Setiap helai rumputnya sempurna. Lembah terisi dengan banyak jenis binatang yang semua sepertinya keturunan yang paling baik tanpa sakit-penyakit atau bekas-bekas luka. Semua sangat cocok satu dengan yang lain dan juga dengan lembahnya. Saya belum pernah melihat tempat di bumi seperti itu.
Saya bingung, apakah saya sedang melihat Taman Eden. Kemudian saya melihat beberapa prajurit dengan persenjataan lengkapnya sedang mensurvey lembah. Prajuri yang lain menyusuri aliran sungai, dan mengikutinya sampai ke prajurit yang pertama berada. Pada mulanya saya berpikir para prajurit itu sepertinya sama sekali tidak cocok dengan tempat tersebut, tetapi kemudian saya cepat mengerti kalau mereka memang seharusnya ada di sana.
Saya melihat ke para prajurit tersebut. Mereka keras dan dibentuk dalam peperangan, tetapi ramah dan bisa didekati. Mereka garang dan berpendirian, dan memiliki damai-sejahtera. Mereka serius dan seadanya, tokh penuh sukacita dan cepat tertawa. Saya pikir demikian juga sikap mereka saat ada di pertempuran yag mengerikan. Jika saya harus pergi ke pertempuran bersama mereka sepertinya tidak ada kelompok pasukan musuh yang akan saya takuti.
Saya perhatikan perlengkapan senjatanya yang seperti memang dibuat khusus untuk mereka, semuanya melekat dengan sempurna, sehingga tidak kelihatan apa mereka menyandang senjata atau tidak. Persenjataan itu sepertinya lebih ringan dan lebih kuat dari senjata apa pun yang pernah saya lihat. Perlengkapannya juga kombinasi warna yang sempurna dengan warna air, gunung dan langit yang biru, sebagai pantulan warna-warna tersebut dalam kemurniannya. Perlengkapannya merupakan perak dari “dunia lain”, lebih berbobot dan lebih murni dari perak mana pun di bumi. Sewaktu saya terheran-heran siapa para pasukan ini, Tuhan mulai berbicara.
Di rumah Saya banyak tempat tinggal,” jawab-Nya. “Banyak bangunan. Masing-masing rumah Saya merupakan benteng darimana Saya bisa mengirim pasukan Saya. Sebagian akan pergi sebagai ksatria untuk berperang bagi orang-orang miskin dan yang tertindas, sementara yang lain akan pergi dengan kelompok-kelompok kecil yang akan menyerbu kubu-kubu musuh dan membawa kembali jarahan. Sebagian akan dikirim untuk memenangkan kota-kota dimana kebenaran Saya akan memerintah, dan yang lain lagi akan bergabung dengan pasukan-pasukan dari benteng-benteng lain untuk membebaskan seluruh bangsa dengan kebenaran Saya, kasih Saya, dan kuasa Saya.
Kubu-kubu ini bukan sekedar untuk perlindungan umat-Ku, tetapi untuk memobilisasi, melatih, dan mengutus keluar pasukan-Ku ke seluruh dunia. Jaman paling kelam akan segera datang, tetapi umat-Ku tidak akan mencari bersembunyi. Mereka akan keluar untuk memenangkan kejahatan dengan baik. Mereka akan memenangkan pertempuran tanpa menyayangkan hidupnya, bahkan sampai mati, dan dengan mengasihi orang lain lebih dari diri hidup mereka sendiri. Mereka pasukan tanpa rasa takut yang Saya utus sebelum Saya kembali.
Bahkan kabar-kabar akan kedatangan mereka membuat kengerian di hati para musuh Saya. Mereka itu tidak punya rasa takut. Mereka itu mengasihi. Kasih itu lebih kuat dari takut, dan kasih mereka akan mematahkan kuasa ketakutan yang membelenggu umat manusia sejak dari awalnya. Karena mereka telah memilih untuk mati setiap harinya, takut akan kematian tidak punya kuasa atas mereka. Ini akan memberi mereka kuasa atas semua musuh yang dikuasai oleh rasa takut. Saya pernah mati, tetapi sekarang Saya hidup untuk selamanya, dan mereka yang mengenal Saya tidak akan takut pada kematian.Oleh karena itu, mereka yang mengenal Saya akan mengikuti kemana Saya pergi.
Di setiap tempat tinggal-Ku akan ada lembah seperti ini. itu hidup dengan kehidupan yang ada di dunia sebelum kejatuhan karena disini kuasa penebusan Saya memberi kehidupan kembali. Tempat-tempat tinggal Saya hanya akan ditemui dimana semua aliran air Saya menjadi satu. Para pembangun Saya akan datang dari berbagai aliran, tetapi mereka akan bekerja sebagai satu-kesatuan. Sama seperti rumah yang besar itu membutuhkan berbagai ahli, demikian juga rumah Saya. Hanya saat mereka bekerja bersama-sama mereka baru bisa membangun rumah Saya.
Seperti yang engkau lihat di sini, para pembangun Saya akan memiliki hikmat untuk menyelesaikan surveynya sebelum mereka membangun. Masing-masing rumah Saya akan sempurna menyatu dengan tempat dimana mereka didirikan, bukan berdasarkan atas perhitungan-perhitungan manusiawi, tetapi menurut Saya. Ketrampilan pertama yang pembangun Saya kembangkan ialah ketrampilan untuk melakukan survey. Mereka harus tahu tempat atau lingkungan karena Saya merancang tempat bagi umat Saya. Saat engkau membangun dengan hikmat Saya, apa yang akan engkau bangun akan melekat / cocok secara sempurna dengan lingkungannya.”
Saya sedang berdiri di salah satu aliran di lembah. Saya mulai mengikutinya ke puncak sebuah gunung. Sewaktu saya mendekat ke puncak, saya mulai mendengar adanya suara keras bergemuruh, suara-suara yang mengerikan. Ketika saya melihat di luar lembahh saya bisa melihat peperangan dan gempa-gempa yang merobek-robek bumi, dan badai-badai dan api yang sepertinya mengitari lembah itu. Itu seperti kalau saya sedang berdiri di batas antara sorga dan neraka, dan melihat langsung ke neraka. Saya tahu kalau neraka itu tidak berkuasa menerobos lembah, tetapi pandangannya sangat mengerikan. Saya berbalik untuk berlari kembali ke lembah. Saya kemudian merasakan kalau Hikmat berdiri di s amping saya.
Inilah dimana engkau harus hidup, di antara kematian dan kehidupan. Jangan takut, tetapi percaya. Kamu pernah lemah, tetapi sekarang Saya bersamamu, jadi beranilah dan menjadi kuat. Takut tidak harus menguasaimu – jangan melakukan apa pun karena didasari rasa takut. Lakukan apa yang harus dilakukan karena kasih, dan engkau akan selalu berkemenangan. Kasih itu sumber keberanian. Kasih akan menang pada akhirnya. Kuatkan para pembangun kota-Ku dengan kata-kata ini.”
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari The City – The  Call oleh Rick Joyner
untuk bahan pemberdayaan team Shalom MDK Batavia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar