Jumat, 25 November 2011

Pasukan

PASUKAN                                 Home
Tiba-tiba saya berdiri di gunung tinggi memperhatikan dataran yang luas. Di depan saya ada suatu pasukan yang sedang berbaris di medan yang luas. Ada 12 divisi di barisan depan yang berdiri tegak di depan pasukan besar yang ada di belakangnya. Divisi-divisi ini dibagi-bagi lagi menjadi regimen, batalion, kelompok dan team. Divisi-divisi bisa dibedakan dari panji-panji mereka, dan regimen-regimen dibedakan dengan warna-warna seragamnya.
Batalion, kelompok, dan team dibedakan dengan benda-benda seperti selempang atau tanda pengikat pundak yang dikenakan oleh masing-masing kelompok. Semuanya mengenakan perlengkapan yang dilapisi perak, perisai yang nampak seperti emas murni, dan senjata dari perak dan emas. Panji-panjinya besar, berukuran antara 10 sampai 13 meter. Sewaktu pasukan berbaris, perlengkapan dan persenjataannya berkilauan berkilaat-kilat kena sinar matahari, dan bunyi kepak panji dan derap kaki mereka bergemuruh. Saya kira bumi belum pernah menyaksikan hal seperti itu sebelumnya.
Pada saat saya cukup dekat untuk melihat wajah-wajah mereka – mereka adalah laki-laki dan perempuan, tua dan muda, dari berbagai suku. Pancaran wajah-wajah yang serius tetapi tidak tegang. Peperangan sedang terjadi, tetapi saya melihat dengan nyata kedamaian ada dalam barisan itu. Tidak ada seorang pun yang punya rasa takut akan pertempuran yang sedang mereka datangi. Atmosfir rohani yang saya rasakan sewaktu mendekat ke mereka begitu luarbiasa seperti penampilan mereka.
Saya melihat seragam mereka. Warna-warnanya cemerlang. Setiap prajurit juga mengenakan lencanna dan medali mereka. Para jenderal dan opsir jajaran tinggi berbaris bersama di posisi masing-masing. Meskipun kelihatan jelas kalau mereka yang dijajaran lebih tinggi yang pegang komando, tidak seorang pun yang terlalu mempedulikan  peringkatnya. Dari opsir yang paling tinggi ke yang paling bawah, mereka sepertinya sahabat-sahabat dekat. Mereka suatu pasukan yang memperhatikan disiplin, tetapi seperti satu keluarga besar.
Sewaktu saya mempelajari mereka, mereka nampaknya tidak mementingkan diri-sendiri – bukan karena mereka tidak punya identitas, tetapi karena mereka semua begitu yakin akan siapa dirinya dan apa yang sedang mereka kerjakan. Mereka tidak dipenuhi oleh keinginan diri-sendiri atau untuk mencari pengakuan. Saya tidak melihat adanya ambisi atau kebanggaan di barisan manapun. Sungguh mengherankan melihat bagaimana mereka begitu unik, juga dalam keharmonisan dan langkah-langkah berbarisnya yang sempurna. Saya percaya di bumi tidak pernah ada pasukan yang seperti mereka.
Kemudian saya melihat di belakang divisi-divisi terdepan itu terdiri dari kelompok lebih besar yang terdiri dari ratusan divisi. Masing-masing dengan jumlah yang berbeda, paling kecil terdiri dari sekitar dua ribuan dan yang paling besar ratusan ribu. Meskipun kelompok ini tidak sejelas dan sewarna-warni yang p-ertama, ini juga pasukan yang luarbiasa karena jumlahnya. Kelompok ini juga punya panji-panji, tetapi tidak sebesar dan semenarik yang ada di kelompok pertama. Mereka semua memakai seragam dan bertingkat-tingkat, tetapi saya heran karena banyak dari mereka yang tidak mempunyai perlengkapan dan persenjataan yang lengkap. Perlengkapan dan persenjataan yang mereka kenakan pun tidak semengkilap dan secemerlang yang ada di kelompok pertama.
Sewaktu saya melihat lebih dekat di barisan ini, saya bisa melihat semuanya punya tekad dan tujuan, tetapi mereka tidak punya fokus yang sama seperti kelompok pertama. Yang ini sepertinya lebih banyak memperhatikan akan peringkatnya dan peringkat orang-orang yang ada di sekitatrnya. Saya merasa inilah yang menghalangi dan mengacaukan fokus mereka. Saya juga merasa adanya ambisi dan kecemburuan di kelompok ini, yang jelas menjadi faktor lain yang membuatn mereka terdistraksi. Juga saya merasa kalau divisi kedua ini masih punya tingkatan lebih tinggi dalam dedikasi dan tujuan dibandingkan pasukan yang ada di bumi. Ini juga merupakan kekuatan dahsyat.
Di belakang pasukan ini ada barisan ketiga yang berbaris sedemikian jauh di belakang dua kelompok barisan yang pertama sehingga saya tidak yakin apa mereka bisa melihat dua kelompok barisan yang ada di depannya. Kelompok ini berkali-kali lipat jumlahnya dibandingkan dengan kelompok pertama dan kedua digabungkan, sepertinya berjumlah ratusan juta. Sewaktu saya mencermatinya dari kejauhan, pasukan ini bergerak ke berbagai arah yang berbeda-beda seperti kumpulan besar burung, menyapu ke satu arah, kemudian berbalik ke arah berikutnya, tidak pernah berlama-lama bergerak lurus. Karena gerakan yang kacau dan tidak teratur dan bisa ditebak ini membuat barisan kelompok ini menyimpang semakin jauh dari dua kelompok pertama.
Sewaktu saya mendekat, saya melihat para prajurit ini mengenakan seragam yang koyak-koyak, kotor dan tidak diseterika. Hampir semuanya berdarah dan luka. Beberapa orang mencoba berbaris, tetapi hampir semuanya hanya sekedar berjalan ke arah semaunya sendiri. Selalu terjadi perkelahian di tengah barisan ini sehingga menyebabkan banyak luka lagi. Beberapa prajurit mencoba mendekat ke panji-panji mereka yang lunglai, yang terserak-terak di barisan mereka. Bahkan, panji-panjinyapun tidak menunjukkan dengaan jelas identitasnya karena mereka senantiasa berpindah dari satu panji ke panji yang lain.
Di pasukan ketiga ini saya heran melihat hanya ada dua peringkat – jenderal dan prajurit saja. Hanya sedikit yang mengenakan perlengkapan, dan saya tidak melihat adanya senjata kecuali senjata mainan yang dibawa-bawa oleh jenderal-jenderalnya. Para jenderal ini memamerkan senjata mainannya, sepertinya menganggap dengan memiliki ini menjadikan mereka opsir yang spesial, meskipun orang-orang di barisan bisa tahu kalau senjata mereka itu senjata mainan. Ini menyedihkan karena jelas mereka yang ada di barisan ini berputus-asa ingin menemukan seorang pemimpin yang sesungguhnya kepada siapa mereka bisa mengikuti perintahnya.
Sepertinya di barisan itu tidak ada yang memiliki ambisi kecuali para jenderalnya. Ini bukan karena mereka tidak-mementingkan diri seperti kelompok pertama, tetapi karena hanya ada sedikit kepedulian. Saya pikir, paling tidak masih ada ambisi di kelompok kedua dibandingkan dengan kebingungan yang ada di kelompok ini. Para jenderalnya sepertinya lebih suka membicarakan diri-sendiri dan berkelahi dengan yang lain, dengan kelompok-kelompok kecil yang dimilki di bawah panjinya. Kemudian saya bisa melihat perkelahian yang terjadi dalam barisan ini yang membuat penyimpangan, perubahan-perubahan arah yang tidak terduga, yang selalu terjadi di kelompok ini.
Sewaktu saya melihat jutaan yang ada di kelompok terakhir ini, saya merasa bahkan dengan jumlah yang besar pun mereka tidak akan benar-benar bisa memberi tambahan kekuatan ke pasukan, tetapi justru akan melemahkannya. Di pertempuran yang sesungguhnya, mereka akan menjadi beban dan bukannya kekuatan. Dengan memberi mereka makan dan perlindungan pun akan memboroskan sumber-sumber yang ada daripada nilai yang bisa bisa berikan sebagai pasukan untuk bertempur. Saya kira prajurit satu di barisan pertama dan kedua akan lebih berharga dibandingkan dengan beberapa jendral di barisan ketiga. Saya tidak bisa mengerti mengapa barisan pertama mengijinkan barisan ketiga ini menyertai mereka. Jelas mereka itu bukan prajurit yang sesungguhnya.
Hikmat Zipora
Saya tiba-tiba ada ada di gunung dimana saya bisa melihat seluruh pasukan yang ada. Waktu saya perhatikan, saya melihat di depan pasukan ada dataran kering dan berdebu, tetapi segera setelah duabelas divisi pertama lewat, tanah menjadi hijau gelap, dengan bayang-bayang pohon-pohon dan buah-buah bergelantungan serta aliran air jernih. Pasukan ini beristirahat. Saya berpikir, sangat berbeda sekali yang akan terjadi jika seandainya pasukan di dunia bisa melewati dataran itu. Mereka akan menjarah habis seluruh dataran yang mereka lewati.
Saya melihat sewaktu divisi kedua melewati dataran yang sama. Mereka meninggalkan jembatan-jembatan dan bangunan, tetapi tanah tidak ditinggalkan sebaik sebelumnya. Rumput-rumput tidak sehijau sebelumnya, aliran-aliran air berlumpur, dan banyak buah yang sudah dipetik.
Saya melihat apa yang terjadi sewaktu kelompok ketiga melewati dataran yang sama. Rumput-tumput kalau tidak hilang ya rusak terinjak-injak masuk ke dalam tanah sehingga tidak terlihat lagi. Beberapa pohon yang tersisa dikuliti. Aliran airnya tercemar. Jembatannya dirobohkan dan tidak bisa dilewati. Bangunan-bangunannya ditinggalkan berantakan. Sepertinya kelompok ini merusak kembali semua apa yang baik yang telah dilakukan oleh kelompok pertama dan kedua. Sewaktu saya melihat hal itu ada kemarahan dalam diri saya.
Saya merasa Hikmat berdiri di samping saya. Dia lama tidak mengatakan apa-apa dan saya merasa kalau Dia juga marah.
Pada akhirnya Dia berkata, “Pementingan-diri sendiri itu merusak. Saya datang untuk memberi hidup, dan hidup yang berkelimpahan. Bahkan meskipun pasukan-Ku telah dewasa, ada banyak yang memanggil nama Saya dan mengikuti mereka yang mengikuti Aku, tetapi mereka tidak mengenal Aku atau hidup di jalan-jalan-Ku. Ini menghancurkan buah mereka yang mengikuti Saya. Karena ini, dunia tidak tahu apa harus memberkati umat-Ku atau mengutuknya.”
Sewaktu Hikmat mengatakan ini, saya merasa ada panas yang besar sekali yang datang dari Dia, terus meningkat sampai begitu menyakitkan sehingga sulit bagi saya untuk konsentrasi dengan apa yang Dia sedang katakan. Bahkan saya tahu kalau saya juga merasakan apa yang Dia rasakan dan itu merupakan bagian penting pesan yang Dia ingin sampaikan kepada saya. Rasa sakit itu gabungan antara gairah akan bumi ini dan pementingan-diri di pasukan tersebut. Kedua perasaan itu begitu kuat yang saya rasakan meskipun hal itu juga melekat ke saya.
Sewaktu kemarahan Tuhan terus meningkat, saya merasa kalau Dia akan menghancurkan seluruh pasukan itu. Kemudian saya ingat bagaimana Tuhan menemui Musa saat dia dalam perjalanannya ke Mesir dalam ketaatannya kepada Tuhan. Tuhan akan membunuh dia sampai isterinya, Zipora, menyunat anaknya. Saya tidak mengerti hal ini sampai sekarang. Karena penyunatan berbicara penghilangan kedagingan, atau hakekat kedagingan, kejadian terhadap Musa itu seperti gambaran profetis akan dosa imam Eli, yang telah membawa kutuk atas dirinya dan membuat Israel dikalahkan karena dia gagal mendisiplinkan anak-anaknya.
Tuhan, bangkitkan orang-orang yang memiliki hikmat Zipora!” teriak saya.
Nyala api terus berlanjut dan ada suatu ketetapan besar yang datang atas saya untuk menemui para pemimpin pasukan yang besar ini dan memberitahu mereka cerita tentang Zipora dan mengatakan setiap orang yang ada di pasukan Tuhan harus disunat hati. Hakekat kedagingannya harus dibuang. Saya tahu jika mereka terus berbaris sebelum ini dilakukan, seluruh pasukan ada dalam bahaya untuk dihancurkan oleh Tuhan sendiri, sama seperti Dia yang hampir membunuh Musa saa dia sedang kembali ke Mesir.
Kemudian saya berdiri di Balai Penghakiman di depan Tahta Pengadilan. Tuhan, yang nampak sebagai Hikmat, kelihatan begitu marah besar dengan perkataan-Nya sangat berbobot.
Kamu sudah melihat beberapa kali pasukan ini d i  hatimu. Para pemimpin yang saya utus sekarang memimpin pasukan ini. Saya mengutusmu ke banyak para pemimpin. Apa yang akan engkau katakan kepada mereka?”
Tuhan, ini pasukan yang sangat besar. Tetapi saya sedih dengan kondisi kelompok ketiga ini. Saya tidak mengerti mengapa mereka masih tetap diijinkan menjadi bagian pasukan-Mu. Saya lebih suka mengatakan sebelum mereka bergerak lebih jauh, pasukan pertama dan kedua harus kembali dan menyingkirkan kelompok ketiga ini. Mereka tidak berbeda dengan gerombolan liar.”
Apa yang kamu lihat hari ini itu akan terjadi di masa depan. Pelayanan-pelayanan yang akan saya lepaskan akan mengumpulkan pasukan ini dan memperlengkapi mereka untuk menjadi seperti apa yang kamu lihat. Pada saat sekarang, hampir semua pasukan Saya ada dalam kondisi kelompok ketiga. Bagaimana Saya bisa minta mereka menyingkirkannya?”
Saya terpaku akan hal ini, meskipun saya tahu kalau saya tidak pernah melihat satu orang pun umat Tuhan yang ada dalam kondisi bahkan untuk kelompok kedua sekalipun.
Tuhan, saya tahu Engkau marah pada kelompok ini. Jika hampir seluruh pasukan-Mu saat ini ada dengan kondisi seperti itu, saya hanya mengucap syukur kalau Engkau tidak memusnahkan kita semua. Saat saya melihat ke kelompok ketiga ini, saya merasa kalau kondisi tercela mereka itu karena kurangnya latihan, diperlengkapi dan visi, dan juga gagalnya memiliki salib yang bisa menyunat hati mereka. Saya percaya saya harus mendatangi mereka dengan pesan tentang Zipora, tetapi mereka juga perlu melatih para sersan dan opsir yang melatih mereka.”
Hikmat melanjutkan, “Ingat akan pasukan yang pertama yang engkau lihat di depan gunung. Mereka juga tidak dipersiapkan untuk pertempuran. Saat pertempuran mulai, mereka yang tidak dipersiapkan akan melarikan diri. Meskipun begitu, banyak yang kembali dengan perlengkapannya dan khayalan mereka diganti dengan kebenaran. Kedua kelompok pertama di pasukan ini juga diubahkan oleh peperangan yang membangunkan mereka ke kondisi yang sesungguhnya. Kemudian mereka akan berteriak kepada-Ku dan Saya akan mengutus para gembala kepada mereka yang sesuai dengan hati Saya.
Semua gembala Saya seperti Raja Daud. Mereka bukan orang upahan yang hanya mencari tempat dan posisi sendiri, tetapi mereka akan menyerahkan hidupnya untuk umat-Ku. Mereka juga tidak takut pada peperangan melawan musuh-musuh-Ku dan murni dalam penyembahannya kepada Saya. Saya segera mengirimkan para gembala ini. Kamu harus kembali ke pesan Zipora. Waktunya akan segera tiba jika mereka tidak menyunat hatinya, Saya tidak akan lagi menghitung mereka bersama umat-Ku. Kamu harus memberi peringatan kepada mereka akan murka-Ku.
Saya juga akan segera mengirim kamu kembali untuk berjalan bersama para nabi yang akan Saya utus seperti Samuel untuk menuangkan minyak atas para gembala sejati-Ku. Banyak dari mereka yang saat ini dianggap yang paling kecil di antara saudaranya, tetapi kamu akan menemukan mereka melayani sebagai gembala yang setia kawanan ternaknya yang sedikit, pekerja yang setia dalam apa pun yang Saya berikan kepadanya untuk dikerjakan. Merekalah orang-orang setia-Ku yang disebut sebagai raja. Merekalah yang akan Saya percayakan otoritas-Ku. Mereka akan menyiapkan umat-Ku untuk memasuki peperangan besar akhir jaman.”
Saya heran dalam hati, jika kita sekarang ada dalam kondisi kelompok ketiga, apa yang harus dilakukan dengan para jenderal yang sama sekali tidak kelihatan sebagai jenderal sesungguhnya?
Tuhan menjawab. “Kamu benar, mereka itu bukan jenderal yang sesungguhnya.” “Saya tidak menunjuk mereka, tetapi mereka menunjuk diri-sendiri. Bahkan, beberapa dari mereka akan diubah dan beberapa dari mereka akan Saya jadikan jenderal yang sebenarnya. Yang lain bisa menjadi opsir yang berguna. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka akan melarikan diri di pertempurannya yang pertama, dan kamu tidak akan melihat mereka kembali.”
Ingat ini: Di waktunya, setiap yang ada di dua kelompok pertama sebagai bagian yang terakhir. Jika kamu menyampaikan pesan Zipora dan mendeklarasikan kalau Saya tidak lagi mentolerir kedagingan umat-Ku, mereka yang benar-benar telah Saya panggil dan bertekad untuk mentaati Saya tidak akan lari dari penyunatan Saya dan tetap berdiri melawan kedagingan sehingga Saya tidak akan memberi penghukuman kepada mereka. Para gembala Saya bertanggung jawab atas kondisi domba Saya. Para jenderal Saya bertanggung jawab atas kondisi pasukan Saya. Mereka yang telah Saya panggil akan melakukan tanggung-jawab ini karena mereka mengasihi Saya, mereka mengasihi umat-Ku, dan mereka mengasihi kebenaran.”
Panglima Balatentara TUHAN
Kemudian saya tidak lagi di Tahta Pengadilan tetapi di gunung memperhatikan pasukan kembali. Hikmat sedang berdiri di samping saya. Dia kelihatan sangat tegas, dan saya tidak lagi merasa sakit dan marah seperti sebelumnya.
Saya sedang mengirim kamu ke mereka yang dipanggil untuk menyiapkan pasukan-Ku dan membimbing mereka. Mereka itu yang telah melakukan pertempuran di atas gunung. Mereka yang telah ketemu dengan pasukan penuduh dan tetap setia. Mereka itu yang telah mencermati umat-Ku dan melindunginya dengan segala resiko hidupnya sendiri. Mereka yang disebut sebagai para pemimpin di pasukan-Ku yang akan melakukan pertempuran besar di akhir jaman dan akan tetap berdiri tanpa takut menghadapi semua kuasa kegelapan.
Seperti yang engkau lihat, pasukan ini sedang berbaris, tetapi ada saatnya mereka akan berkemah. Berkemah itu sama pentingnya dengan berbaris. Ada waktu untuk membuat rencana, latihan, dan mempertajam ketrampilan dan senjata. Juga ada saatnya bagi mereka yang ada di kelompok pertama untuk berjalan di antara kelompok kedua dan para pemimpin kelompok kedua berjalan di antara kelompok ketiga, untuk menemukn siapa-siapa yang bisa dipanggil ke level berikutnya. Lakukan ini sementara engkau bisa karena waktunya sudah mendeka. Wahyu 11:1-2 akan digenapkan, dan mereka yang ingin dipanggil dengan nama-Ku tetapi yang tidak berjalan dengan cara-cara-Ku akan diremukkan di bawah kaki. Sebelum pertempuran akhir yang besar pasukan-Ku harus kudus seperti Saya kudus. Saya akan menyingkirkan mereka yang tidak disunat hati dan para pemimpin yang tidak menjagai kebenaran-Ku. Saat pertempuran akhir berlangsung tidak akan ada lagi kelompok ketiga seperti yang engkau lihat di sini.
Sampai sekarang ini ketika pasukan-Ku berkemah banyak waktu yang diboroskan. Sama seperti Saya hanya memimpin umat-Ku maju dengan tujuan yang jelas, demikian juga saat Saya memanggil pasukan-Ku untuk berkemah,  itu juga dengan suatu maksud. Kekuatan pasukan-Ku yang berbaris akan ditentukan oleh kwalitas kemahnya. Jika tiba waktunya untuk berhenti dan berkemah, itu adalah waktu untuk mengajar jalan-jalan-Ku. Pasukan itu tetap merupakan pasukan, tidak peduli mereka ada di pertempuran atau pun di saat damai. Kalian harus belajar bagaimana berkemah, bagaimana berbaris, dan bagaimana berperang. Kalian tidak akan melakukan satupun dengan baik jika semuanya tidak kalian lakukan dengan baik.
Pasukan-Ku harus siap melakukan hal-hal tersebut di musimnya dan selesai di musimnya. Kalian mungkin mengira sekarang waktunya berbaris, tetapi Saya akan meminta kalian berkemah, karena Saya melihat hal-hal yang tidak kalian lihat; bahkan dalam penglihatan sekali pun. Jika kalian mengikuti Saya, kalian akan selalu melakukan dengan benar di waktu yang tepat, meskipun sepertinya tidak benar menurutmu. Ingat, Saya adalah Panglima Pasukan.
Keputusan suatu pasukan akan ditentukan oleh mobilitas misinya, seberapa bagus mereka dipersiapkan untuk misinya, dan seberapa bagus mereka dipimpin. Pasukan ini akan berbaris membawa misi mulia seperti yang belum pernah diberikan kepada manusia. Meskipun begitu, sedikit umat-Ku yang diperlengkapi untuk misi mereka, dan mereka yang sekarang memipin umat-Ku masih mengikuti keinginannya sendiri. Saya akan membangkitkan para pemimpin yang akan melatih dan memperlengkapi umat-Ku. Mereka akan selalu mengikuti Saya karena Saya adalah Panglima Pasukan.
Banyak pasukan yang mengalami kemenangan maupun kekalahan. Pasukan-Kuyang  telah berbaris berabad-abad juga mengalami banyak kemenangan dan kekalahan. Pasukan-Ku banyak mengalami kekalahan dalam pertempuran karena menyerang musuh tanpa Saya perintahkan. Yang lainnya dikalahkan karena mereka menyerang musuh memakai orang-orang yang tidak terlatih. Hampir semua para pemimpin yang melakukan ini karena mereka menginginkan kemuliaanya sendiri. Seperti Paulus tuliskan dijamannya, ‘Mereka mencari kesenangannya sendiri.’
Para pemimpin yang lain telah memiliki keinginan Saya di hatinya dan dengan tulus mencari kemenangan atas iblis demi nama Saya, tetapi mereka tidak melatih orang-orangnya dengan baik. Mereka tidak berjalan bersama Saya sebagai Hikmat. Yang demikian itu sekarang akan berubah. Saya akan menjadi Panglima Perang. Jangan cemas melihat bagaimana umat-Ku yang sekarang, tetapi ingat akan menjadi apa mereka nantinya. Saya akan membangkitkan para pemimpin yang hanya akan berbaris saat Saya perintahkan. Saat pasukan-Ku mengikuti Saya, mereka akan memenangkan setiap pertempuran. Saat mereka berkemah, mereka akan mengenal hadirat-Ku, dan mereka akan bertumbuh kuat dalam jalan-jalan-Ku.
Kalian akan sampai di waktunya di masa depan ketika melihat pasukan-Ku tepat seperti yang sekarang ini. Di waktu itu, kalian akan merasa kemarahan yang membara di hati Saya. Ketahui bahwa Saya tidak lagi bersama dengan mereka yang seperti kondisi kelompok ketiga. Kemudian Saya akan menghentikan seluruh pasukan sampai mereka yang ada di kelompok itu telah didisiplinkan untuk menjadi pasukan atau dipisahkan. Saya akan mendisiplinkan mereka yang ada di kelompok kedua untuk menyingkirkan ambisi-ambisi jahatnya dan hidup bagi Saya dan Kebenaran Saya. Kemudian pasukan Saya akan bergerak maju, bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk memberi kehidupan. Saya akan ada di tengah-tengah mereka untuk menginjak musuh-musuh Saya di bawah kaki pasukan ini. Saya datang untuk menjadi Panglima Pasukan!”
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari The Army – The  Call oleh Rick Joyner
untuk bahan pemberdayaan team Shalom MDK Batavia