Jumat, 25 November 2011

Menyembah dalam Roh

MENYEMBAH DALAM ROH                                 Home
Sewaktu saya mendengarkan Hikmat, siapa pun sulit memahami, bahkan para saksi yang seperti awan itu, untuk menginginkan suatu otoritas atau posisi di hadirat-Nya. Sepertinya di setiap waktu yang saya habiskan di sini, kemuliaan dan otoritas Dia menjadi semakin besar, dan saya tahu bahwa penglihatan saya akan Dia itu masih sangat terbatas. Sama seperti alam semesta yang terus ukurannya membesar tanpa bisa dipahami, demikian juga pewahyuan kita akan Dia sepertinya akan terus membesar sampai ke kekekalan. “Bagaimana mungkin umat manusia akan bisa mewakili Engkau?” tanya saya.
Saat Bapa menggerakkan kelingking-Nya, seluruh alam semesta gemetar. Seandianya engkau dengan kata-katamu bisa mengguncangkan bangsa-bangsa, perkataanmu itu tidak akan mempengaruhi mereka yang ada di sini. Tetapi jika saudara-Ku yang paling kecil yang ada di bumi menunjukkan kasihnya, ituyang  akan memberi sukacita ke hati Bapa-Ku. Jika ada gereja yang paling kecil dengan rendah hati menyanyi untuk Bapa-Ku dengan kasih sejati di hati mereka, Dia akan minta seluruh sorga berdiam diri  agar bisa mendengarkan mereka. Dia tahu bahwa seseorang yang telah memandang kemuliaan-Nya tidak akan tahan untuk tidak menyembah Dia, tetapi jika mereka yang sedang ada di kegelapan dan dalam kesulitan mau  menyanyi dengan hati yang benar kepada-Nya, itu akan menyentuh Dia lebih dari apa yang bisa penghuni sorga berikan, yang jumlahnya tidak terhitung itu.
Banyak kali sesuatu yang ada di bumi akan membuat seluruh sorga menangis dengan sukacita di saat mereka menyentuh hakekat Bapa. Hanya sedikit sekali orang kudus yang mau bergumul untuk mengungkapkan pemujaan mereka kepada Dia; ini menjadikan Dia menangis. Setiap waktu saya melihat saudara-saudara-Ku menjamah Dia dengan penyembahan yang benar, segala rasa sakit dan kesedihan yang ada di salib itu sepertinya masih kurang untuk itu. Tidak ada sesuatu yang lebih bersukacita daripada saat engkau menyembah Bapa Saya. Saya pergi ke salib sehingga engkau bisa menyembah Dia melalui Saya. Dalam penyembahan inilah engkau, Bapa, dan Saya menjadi satu.”
Segala apa yang saya alami, emosi yang datangnya dari Tuhan sewaktu Dia mengatakan kepada saya ini, lebih besar dari yang pernah saya alami. Dia tidak menangis maupun tertawa. Suara-Nya stabil; tetapi apa yang Dia katakan kepada saya tentang penyembahan datang dari suatu kedalaman di dalam Dia, yang hampir saya tidak sanggup menerimanya. Saya tahu kalau saya sedang mendengar kasih paling dalam dari Anak TUHAN –melihat sukacita Bapa. Sukacita Bapa ialah saat ada penyembahan sejati dari mereka yang sedang berperang, bergumul, para umat percaya di bumi. Hanya mereka yang bisa melakukan ini.
Di saat ini saya sangat ingin meninggalkan tempat itu, bahkan dengan semua kemuliaannya, hanya mau ikut kebaktian penyembahan yang membosankan di bumi. Saya terbeban dengan kenyataan bahwa kita sesungguhnya bisa menjamah Bapa. Satu orang menyembah Dia dari bumi di masa-masa gelapnya punya arti yang lebih bagi Bapa dibandingkan dengan ratusan juta yang menyembah Dia di sorga. Dari bumi kita bisa menjamah hati-Nya di saat-saat seperti itu, dan di luar itu kita tidak akan pernah mampu melakukannya lagi! Saya begitu terbebani oleh hal ini sehingga saya tidak menyadari kalau saya jatuh tersungkur. Kemudian saya seperti jatuh tertidur dengan nyenyak.
Saya melihat Bapa. Ratusan juta ada di hadapan-Nya. Kemuliaan-Nya begitu besar dan kuasa hadirat-Nya begitu memukau, membuat saya merasa bahwa seluruh bumi hanya sebesar satu butir pasir di hadapan-Nya. Ketika saya mendengar suara-Nya, saya merasa seperti sebuah atom yang ada di depan matahari, tetapi saat saya melihat Dia, saya tahu kalau matahari itu seperti sebuah atom di depan Dia. Galaksi-galaksi seperti tirai di sekitar Dia. Jubah-Nya terbuat dari ratusan juta bintang yang hidup. Segala sesuatu yang ada di hadirat-Nya menjadi hidup – tahta-Nya, mahkota-Nya, tongkat-Nya. Saya tahu saya bisa tinggal di hadapan Dia untuk selamanya dan tanpa pernah berhenti mengagumi-Nya; tidak ada tujuan yang lebih tinggi di alam semesta selain menyembah Dia.
Kemudian Bapa memperhatikan ke satu hal. Semua sorga sepertinya terdiam dan ikut memperhatikan. Dia memandang salib. Kasih Anak kepada Bapa-Nya yang terus Dia ungkapkan melalui semua penderitaan dan kegelapan mendatangi Dia untuk menjamah Bapa begitu dalam sampai membuat Dia tergoncang. Saat Bapa menutup mata-Nya, sorga dan dunia menjadi gelap. Emosi Bapa begitu besar sehingga saya berpikir apa saya bisa tetap hidup jika saya memandang peristiwa ini lebih lama dari waktu sesaat yang saya lakukan.
Kemudian saya ada di tempat yang lain, memandang suatu kebaktian penyembahan di suatu gereja kecil. Seperti yang kadang-kadang terjadi di pengalaman profetis, saya sepertinya ingin mengetahui segala sesuatu  untuk setiap orang yang ada di ruang kecil yang berantakan itu. Semua  yang ikut kebaktian itu sepertinya mengalami pencobaan berat dalam hidupnya, tetapi mereka tidak memikirkannya. Mereka tidak berdoa untuk kebutuhannya. Mereka semua berdoa untuk dan menaikkan nyanyian ucapan syukur kepada Tuhan. Mereka bahagia, dan sukacita mereka itu tulus.
Saya melihat ke sorga, dan semua sorga menangis. Saya kemudian melihat Bapa lagi dan tahu mengapa sorga menangis. Mereka menangis karena melihat airmata di mata Bapa. Kelompok kecil ini sepertinya sudah dikalahkan, orang-orang yang sedang bergumul, yang menggerakkan TUHAN begitu dalam sehingga Bapa menangis. Itu bukan airmata kesakitan, tetapi sukacita. Saat saya melihat kasih yang Dia rasakan dari sedikit penyembah ini, saya tidak bisa menahan airmata saya.
Tidak ada sesuatu pengalaman saya yang mencengkeram saya lebih dari pandangan ini. Penyembahan kepada Tuhan di bumi sekarang lebih saya inginkan daripada tinggal di semua kemuliaan sorga. Saya tahu kalau saya diberi pesan untuk membantu menyiapkan orang-orang kudus di bumi untuk menghadapi peperangan; tetapi saat ini tidak lagi sebesar untuk menunjukkan bagaimana kita bisa menjamah Bapa. Pemujaan sejati dinyatakan oleh umat percaya yang rendah hati di bumi bisa membuat seluruh sorga bersukacita, bahkan lebih dari itu. Itu akan menjamah Bapa. itulah mengapa para malaikat lebih suka diberi tugas bersama satu umat percaya di bumi daripada diberi otoritas atas atas banyak galaksi bintang-bintang.
Saya melihat Yesus berdiri di samping Bapa. Memandang sukacita Bapa saat Dia melihat pertemuan doa yang kecil itu. Dia menoleh kepada saya dan berkata, “Inilah alasan mengapa Saya pergi ke salib. Memberi Bapa sukaacita hanya untuk sesaat akan sangat berharga sekali. Penyembahanmu bisa membuat Dia bersukacita setiap hari. Penyembahanmu yang kamu lakukan di tengah-tengah kesulitanmu akan menyentuh Dia lebih daripada semua penyembahan yang ada di sorga. Disini, dimana kemuliaan-Nya kelihatan, para malaikat tidak bisa lain selain menyembah. Jika engkau menyembah tanpa melihat kemuliaan-Nya di tengah-tengah pencobaanmu, itulah menyembah dalam Roh dan kebenaran. Bapa mencari mereka yang menyembah Dia seperti itu. Jangan menyia-nyiakan pencobaanmu. Sembah Bapa, bukan apa yang kalian terima, tetapi untuk memberi Dia sukacita. Kamu tidak akan lebih kuat selain kamu memberi Dia sukacita, karena sukacita Tuhan itu kekuatanmu.”
Disadur bebas dari Worhip in Spirit – The  Call oleh Rick Joyner
untuk pemberdayaan team Doa Pengawalan & Terobosan MDK Batavia

Kota

K O T A                                 Home
Saya kemudian berdiri di gunung yang lain memperhatikan suatu kota. Kemuliaan kota ini di luar segala apa yang saya telah lihat atau bayangkan sebelumnya. Sementara setiap bangunan dan rumahnya unik dan indah, masing-masing mengagumkan, keseluruhannya simetri satu dengan yang lain dan dengan ladang-ladang yang mengitarinya, gunung-gunung dan sungai-sungainya. Itu sebuah kota yang sepertinya ditumbuhkan seperti tanaman, dan bukannya dibangun. Saya merasa kalau saya sedang melihat sesuatu yang sedang dibangun oleh suatu umat manusia yang tidak pernah jatuh dalam dosa, dan yang telah berjalan dalam kebenaran dan kemurnian seperti Adam dan Hawa pada awalnya.
Suatu gambaran yang menonjol adalah adanya sejumlah besar jendela kaca yang ada di masing-masing bangunan. Kaca-kaca itu begitu jernih dan bersih, dan jendela-jendela serta pintu-pintunya diatur begitu rupa sehingga saya merasa tidak hanya disambut di masing-masing rumah tetapi juga diundang. Itu juga sepertinya tidak ada yang disembunyikan, dan tidak kelihatan adanya bahaya atau sesuatu yang akan dicuri.
Kemudian saya melihat orang-orang yang ada di kota tersebut. Mereka sepertinya sangat akrab, tetapi diwaktu yang bersamaan saya tahu belum pernah berjumpa dengan orang-orang yang seperti itu. Saya bayangkan mereka itu seperti Adam sebelum kejatuhan. Mata mereka masing-masing bersinar sepertinya penuh pemahaman, dengan suatu kedalaman intelek, bahkan melampaui intelek orang paling cerdas yang pernah saya tahu. Saya tahu ini sebagai hasil tatanan dan kedamaian yang tanpa kebingungan dan keraguan, atau mungkin dibingungkan oleh keragu-raguan. Tidak ada ambisi karena masing-masing begitu percaya-diri dan punya begitu banyak sukacita akan siapa mereka, dan apa yang sedang mereka kerjakan. Karena setiap orang di kota itu bebas, mereka benar-benar terbuka. Kemiskinan dan sakit-penyakit sepertinya tidak mereka dipahami.
Saya melihat jalan-jalan di kota itu. Banyak jalan-jalan raya di tengah-tengahnya yang menuju ke satu arah, dan banyak jalan-jalan yang lebih kecil yang terhubung dengan jalan-jalan raya besar. Sewaktu saya melihat ke salah satu jalan raya yang paling besar, pengetahuan diimpartasikan ke saya tentang kebenaran kekudusan. Saya melihat ke jalan raya yang lain dan tahu kebenaran tentang kesembuhan. Sewaktu saya melihat ke yang lain, saya mulai mengerti hal-hal tentang penghakiman. Dengan melihat ke masing-masing jalan, saya memahami kebenaran yang lain. Saya kemudian menyadari kalau masing-masing jalan raya itu jalan ke kebenaran tersebut. Orang-orang saling berjalan dan hidup merefleksikan kebenaran jalan raya tersebut.
Perhatian saya tertuju ke banyaknya jalan yang terhubung ke jalan raja. Sewaktu saya memperhatikan satu persatu, saya merasa adanya impartasi buah Roh, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, atau kesabaran. Ini datang seperti perasaan dan bukannya pengertian seperti saat saya melihat ke jalan-jalan raya tersebut.
Saya perhatikan bahwa saat beberapa jalan itu terhubung ke suatu jalan raya, beberapa jalan raya hanya punya satu atau dua jalan yang terhubung kepadanya. Misalnya, saya bisa ke Jalanraya Kekudusan hanya dengan melewati jalan Kasih. Saya bisa sampai ke Jalanraya Penghakiman dengan melewati jalan-jalan Kasih dan Sukacita. Meskipun begitu, Jalanraya Anugerah dihubungkan dengan semua jalan. Untuk sampai ke salah satu Jalanraya Kebenaran, saya harus berjalan di jalan yang dinamakan sesuai dengan buah Roh.
Orang-orang berjalan di jalan-jalan raya dan jalan-jalan, sementara yang lain sedang duduk-duduk di pinggirnya. Beberapa ada di rumah-rumah, di jalan-jalan atau di jalan-jalan raya, dan yang lain ada di bangunan rumah mereka. Mereka yang hidup di rumah-rumah terus-menerus melayani makanan dan minuman ke mereka yang sedang berjalan atau duduk-duduk. Saya kemudian melihat kalau tidak ada restaurant, hotel atau rumah sakit di kota tersebut. Saya cepat mengerti kalau memang tidak ada yang membutuhkan itu karena setiap rumah itu merupakan pusat hospitaliti dan kesembuhan.
Hampir setiap rumah terbuka bagi mereka yang melakukan perjalanan. Yang tidak terbuka adalah yang dipakai untuk maksud-maksud khusus seperti belajar atau penyembuhan jangka-panjang. Saya heran mengapa setiap orang masih memerlukan penyembuhan di sini, tetapi kemudian saya ditunjukkan alasannya. Bahkan saya tidak bisa membayangkan adanya suatu tempat yang indah untuk pelayanan hospitaliti yang besar, untuk memberi bantuan atau penyembuhan, bahkan yang dibangun di Jalanraya Penghakiman, yang sepertinya menjadi tempat paling sibuk. Karena itu Jalanraya Penghakiman itu sangat dibutuhkan. Jelas bahwa setiap jalan itu tidak hanya aman, tetapi lebih disukai daripada setiap jalan atau jalanraya yang pernah saya lihat, bahkan di taman-taman. Kota ini jauh lebih mulia daripada setiap utopia yang para filsuf bisa bayangkan.
Perhatian saya ditarik kembali ke JalanRaya Penghakiman. Sepertinya, yang pada awalnya ada sedikit jalanraya, saat ini menjadi lebih aktif. Saya melihat ini disebabkan karena jalan-jalan yang lain dan jalan-jalan raya lain semuanya mengalir ke sini. Meskipun begitu, walaupun JalanRaya Penghakiman menjadi pusat keaktifan, banyak orang yang sepertinya enggan untuk melewatinya.
Sewaktu saya melihat ke ujung jalanraya itu saya bisa melihat kalau jalannya terus mendaki, dan ada gunung tinggi di ujungnya yang diselubungi oleh kemuliaan yang samar-samar tetapi cukup kuat. Saya tahu jika mereka melihat akhir dari jalan ini, pasti akan banyak yang mau berjalan di jalan ini. Saya kemudian menyadari kalau saya ditarik ke jalan ini karena ada perasaan yang sama seperti sewaktu ada di Gedung Penghakiman Besar. Saya tahu kalau ini adalah jalan untuk bisa mengnal Tuhan sebagai Sang Hakim Kebenaran.
Ikatan Damaisejahtera
Saya tidak tahu apakah kota ini Sorga atau Yerusalem Baru. Kemudian saya melihat meskipun orang-orang yang ada punya stature/kapasitas melebihi orang yang ada di bumi, mereka tidak memiliki kemuliaan atau statureyang dimiliki bahkan oleh mereka yang ada di bagian paling bawah Gedung Penghakiman. Saya heran akan hal ini saat saya merasa Hikmat berdiri di samping saya lagi.
Mereka itu orang-orang yang sama yang engkau lihat di pasukan Saya,” Dia mulai berbicara. “Kota dan pasukan itu sama. Para pemimpin Saya yang akan datang memiliki visi baik sebagai pasukan maupun kota-Ku. Saya membangun keduanya, dan saya akan memakai para pemimpin yang sekarang sedang Saya persiapkan untuk melengkapi apa yang Saya telah mulai di generasi yang telah lalu. Jenderal Saya akan menjadi pembangun-pembangun bagi kota-Ku, dan para pembangun-Ku akan juga menjadi jenderal-jenderal. Itu sama.
Suatu hari, pasukan tidak akan diperlukan lagi, tetapi kota ini akan terus selamanya. Kamu harus menyiapkan pasukan untuk pertempuran di waktunya, tetapi bangun semua apa yang harus engkaun bangun untuk masa depan.
Ada masa depan bagi bumi ini. Setelah penghakiman Saya datang, akan ada masa depan yang mulia. Saya sedang menunjukkan kepada umat-Ku suatu masa depan sehingga masa depan itu ada di hati mereka. Seperti Salomo tuliskan, ‘Segala sesuatu yag TUHAN kerjakan akan tetap selamanya.’ Sewaktu umat-Ku menjadi seperti Saya, mereka akan membangun sesuatu yang akan tetap selamanya. Mereka akan melakukan semua yang mereka lakukan dengan damai-sejahtera di waktunya dan sesuai visi di masa depan. Kota yang sedang Saya bangun akan tetap selamanya dibangun di atas kebenaran yang ada di hati manusia. Kebenaran Saya akan bertahan, dan mereka yang berjalan dalam kebenaran akan memberikan buah yang tetap.
Saya datang ke bumi, ke umat-Ku, sebagai Hikmat untuk membangun kota Saya. Pengetahuan akan kebenaran akan mengisi kota Saya, tetapi hikmat yang akan membangunnya. Hikmat yang akan datang ke para pembangun Saya akan membuat dunia mengagumi kota Saya melebihi kota yang dibangun Salomo. Manusia telah menyembah hikmat mereka sendiri sejak pertama kali mereka makan Buah Pengetahuan. Hikmat dunia akan memudar di hadapan hikmat-Ku yang akan Saya singkapkan melalui kota-Ku. Lalu, siapa yang menyembah hikmat yang lain akan dipermalukan. Semua yang Salomo bangun itu sebagai nubuatan akan apa yang akan Saya bangun.
Di semua apa yang engkau lihat di kota yang sedang Saya bangun, Saya hanya memberimu sedikit kilasan kulitnya saja. Dari waktu ke waktu engkau akan bisa melihat lebih banyak lagi, tetapi untuk saat ini engkau harus melihat satu hal. Apa yang paling engkau perhatikan mengenai kota ini?
Satu hal yang begitu mencolok bagi saya adalah keharmonisan. Segala hal di kota itu cocok satu sama lain, saling mengisi dengan sempurnanya, dan seluruh kota begitu tepat dalam lingkungannya,” jawab saya.
Ikatan damaisejahtera ialah kasih,” Tuhan meneruskan. “Di kota Saya, akan ada kesatuan. Di semua yang Saya ciptakan ada keharmonisan. Semuanya akan saling mengisi dalam Saya. Segala hal yang Saya lakukan di bumi ialah untuk memulihkan keharmonisan orsinil antara Bapa dan ciptaan-Nya dan di antara semua ciptaan. Saat semua makhluk hidup dalam keharmonisan dengan Saya, bumi akan ada dalam keharmonisan dengan Dia, dan tidak akan ada lagi gempa bumi, banjir atau badai. Saya datang membawa damai sejahtera di bumi.”
Sewaktu Dia berbicara saya tahu saya sedang menerawang ke masa depan, sama seperti saat saya memperhatikan pasukan dulu. Saya juga tahu bahwa apa yang Dia katakan tentang membangun dengan damai sejahtera di saat sekarang ini dan suatu visi untuk masa depan itu juga penting bagi keharmonisan yang saya lihat. ‘Waktu’ itu juga bagian ciptaan-Nya di dalam mana kita juga harus cocok.
Hikmat kemudian menoleh kepada saya dan saya langsung melihat ke mata-Nya dan berkata, “Saya mengasihi ciptaan Saya. Saya mengasihi binatang di ladang dan ikan di laut. Saya akan memulihkan semua hal seperti seharusnya, tetapi pertama-tama Saya harus memulihkan umat manusia. Saya datang bukan hanya untuk menebus, tetapi memulihkan. Untuk menjadi bagian dalam pelayanan pemulihan Saya engkau harus melihat orang lain bukan seperti keadaan yang sekarang tetapi seperti apa mereka nantinya. Seperti Yehezkiel, engkau harus melihat bahkan tulang-tulang kering sebagai pasukan yang amat besar. Engkau harus menubuatkan kehidupan ke tulang-tulang sampai mereka menjadi pasukan seperti yang Saya tetapkan sebelumnya. Kemudian pasukan-Ku akan berbaris. Saat pasukan-Ku berbaris, maka akan memulihkan – bukan menghancurkan. Akan memerangi kejahatan, tetapi juga akan meembangun kota kebenaran.
Semua kekayaan dunia tidak bisa mengimbangi nilai satu jiwa pun. Saya sedang membangun kota Saya di hati manusia, dengan hati manusia. Mereka yang tetap menjagai hikmat – pengetahuan akan kekayaan kekal – akan dipakai untuk membangun kota Saya. Engkau akan tahu para pembangun-Ku dengan hikmat ini – mereka tidak bersandar pada pemikirannya akan hal-hal duniawi, tetapi pada kekayaan sorgawi. Karena itu dunia akan membawa kekayaannya ke kota Saya sama seperti yang mereka lakukan di jaman Salomo.
Saya akan melepaskan para pembangun bijaksana Saya. Engkau harus berjalan bersama mereka, dan mereka harus berjalan bersama-sama. Masing-masing jalan-jalan raya dan jalan-jalan yang engkau lihat di kota ini akan mulai menjadi benteng-benteng kebenaran di bumi ini. Masing-masing benteng akan berdiri menentang kekuatan kegelapan, dan kekuatan itu tidak mampu melawannya. Masing-masing akan menjadi seperti gunung, dengan sungai-sungai yang meluap untuk mengairi bumi. Masing-masing akan menjado kota perlindungan dan menyelamatkan mereka yang mencari Saya. Tidak ada senjata yang ditempa akan berhasil melawan mereka, dan tidak ada senjata yang Saya berikan kepada mereka yang akan gagal.”
Bangunan Tuhan
Sewaktu Hikmat berbicara, mata saya dibuka untuk melihat lembah yang sangat indah yang pernah saya lihat. Gunung-gunung membentuk lembah dan lembah-lembahnya lebih hijau dari warna hijau yang pernah saya lihat. Karang-karang seperti benteng-benteng yang dibuat dari perak; pohon-pohonnya sempurna danpenuh. Ada sungai di tengah yang dialiri oleh aliran-aliran dari setiap gunung yang ada di sekitarnya. Air berkilau dengan warna biru yang lebih biru dari warna biru yang pernah saya lihat dan sangat indah, serasi dengan langit yang biru. Setiap helai rumputnya sempurna. Lembah terisi dengan banyak jenis binatang yang semua sepertinya keturunan yang paling baik tanpa sakit-penyakit atau bekas-bekas luka. Semua sangat cocok satu dengan yang lain dan juga dengan lembahnya. Saya belum pernah melihat tempat di bumi seperti itu.
Saya bingung, apakah saya sedang melihat Taman Eden. Kemudian saya melihat beberapa prajurit dengan persenjataan lengkapnya sedang mensurvey lembah. Prajuri yang lain menyusuri aliran sungai, dan mengikutinya sampai ke prajurit yang pertama berada. Pada mulanya saya berpikir para prajurit itu sepertinya sama sekali tidak cocok dengan tempat tersebut, tetapi kemudian saya cepat mengerti kalau mereka memang seharusnya ada di sana.
Saya melihat ke para prajurit tersebut. Mereka keras dan dibentuk dalam peperangan, tetapi ramah dan bisa didekati. Mereka garang dan berpendirian, dan memiliki damai-sejahtera. Mereka serius dan seadanya, tokh penuh sukacita dan cepat tertawa. Saya pikir demikian juga sikap mereka saat ada di pertempuran yag mengerikan. Jika saya harus pergi ke pertempuran bersama mereka sepertinya tidak ada kelompok pasukan musuh yang akan saya takuti.
Saya perhatikan perlengkapan senjatanya yang seperti memang dibuat khusus untuk mereka, semuanya melekat dengan sempurna, sehingga tidak kelihatan apa mereka menyandang senjata atau tidak. Persenjataan itu sepertinya lebih ringan dan lebih kuat dari senjata apa pun yang pernah saya lihat. Perlengkapannya juga kombinasi warna yang sempurna dengan warna air, gunung dan langit yang biru, sebagai pantulan warna-warna tersebut dalam kemurniannya. Perlengkapannya merupakan perak dari “dunia lain”, lebih berbobot dan lebih murni dari perak mana pun di bumi. Sewaktu saya terheran-heran siapa para pasukan ini, Tuhan mulai berbicara.
Di rumah Saya banyak tempat tinggal,” jawab-Nya. “Banyak bangunan. Masing-masing rumah Saya merupakan benteng darimana Saya bisa mengirim pasukan Saya. Sebagian akan pergi sebagai ksatria untuk berperang bagi orang-orang miskin dan yang tertindas, sementara yang lain akan pergi dengan kelompok-kelompok kecil yang akan menyerbu kubu-kubu musuh dan membawa kembali jarahan. Sebagian akan dikirim untuk memenangkan kota-kota dimana kebenaran Saya akan memerintah, dan yang lain lagi akan bergabung dengan pasukan-pasukan dari benteng-benteng lain untuk membebaskan seluruh bangsa dengan kebenaran Saya, kasih Saya, dan kuasa Saya.
Kubu-kubu ini bukan sekedar untuk perlindungan umat-Ku, tetapi untuk memobilisasi, melatih, dan mengutus keluar pasukan-Ku ke seluruh dunia. Jaman paling kelam akan segera datang, tetapi umat-Ku tidak akan mencari bersembunyi. Mereka akan keluar untuk memenangkan kejahatan dengan baik. Mereka akan memenangkan pertempuran tanpa menyayangkan hidupnya, bahkan sampai mati, dan dengan mengasihi orang lain lebih dari diri hidup mereka sendiri. Mereka pasukan tanpa rasa takut yang Saya utus sebelum Saya kembali.
Bahkan kabar-kabar akan kedatangan mereka membuat kengerian di hati para musuh Saya. Mereka itu tidak punya rasa takut. Mereka itu mengasihi. Kasih itu lebih kuat dari takut, dan kasih mereka akan mematahkan kuasa ketakutan yang membelenggu umat manusia sejak dari awalnya. Karena mereka telah memilih untuk mati setiap harinya, takut akan kematian tidak punya kuasa atas mereka. Ini akan memberi mereka kuasa atas semua musuh yang dikuasai oleh rasa takut. Saya pernah mati, tetapi sekarang Saya hidup untuk selamanya, dan mereka yang mengenal Saya tidak akan takut pada kematian.Oleh karena itu, mereka yang mengenal Saya akan mengikuti kemana Saya pergi.
Di setiap tempat tinggal-Ku akan ada lembah seperti ini. itu hidup dengan kehidupan yang ada di dunia sebelum kejatuhan karena disini kuasa penebusan Saya memberi kehidupan kembali. Tempat-tempat tinggal Saya hanya akan ditemui dimana semua aliran air Saya menjadi satu. Para pembangun Saya akan datang dari berbagai aliran, tetapi mereka akan bekerja sebagai satu-kesatuan. Sama seperti rumah yang besar itu membutuhkan berbagai ahli, demikian juga rumah Saya. Hanya saat mereka bekerja bersama-sama mereka baru bisa membangun rumah Saya.
Seperti yang engkau lihat di sini, para pembangun Saya akan memiliki hikmat untuk menyelesaikan surveynya sebelum mereka membangun. Masing-masing rumah Saya akan sempurna menyatu dengan tempat dimana mereka didirikan, bukan berdasarkan atas perhitungan-perhitungan manusiawi, tetapi menurut Saya. Ketrampilan pertama yang pembangun Saya kembangkan ialah ketrampilan untuk melakukan survey. Mereka harus tahu tempat atau lingkungan karena Saya merancang tempat bagi umat Saya. Saat engkau membangun dengan hikmat Saya, apa yang akan engkau bangun akan melekat / cocok secara sempurna dengan lingkungannya.”
Saya sedang berdiri di salah satu aliran di lembah. Saya mulai mengikutinya ke puncak sebuah gunung. Sewaktu saya mendekat ke puncak, saya mulai mendengar adanya suara keras bergemuruh, suara-suara yang mengerikan. Ketika saya melihat di luar lembahh saya bisa melihat peperangan dan gempa-gempa yang merobek-robek bumi, dan badai-badai dan api yang sepertinya mengitari lembah itu. Itu seperti kalau saya sedang berdiri di batas antara sorga dan neraka, dan melihat langsung ke neraka. Saya tahu kalau neraka itu tidak berkuasa menerobos lembah, tetapi pandangannya sangat mengerikan. Saya berbalik untuk berlari kembali ke lembah. Saya kemudian merasakan kalau Hikmat berdiri di s amping saya.
Inilah dimana engkau harus hidup, di antara kematian dan kehidupan. Jangan takut, tetapi percaya. Kamu pernah lemah, tetapi sekarang Saya bersamamu, jadi beranilah dan menjadi kuat. Takut tidak harus menguasaimu – jangan melakukan apa pun karena didasari rasa takut. Lakukan apa yang harus dilakukan karena kasih, dan engkau akan selalu berkemenangan. Kasih itu sumber keberanian. Kasih akan menang pada akhirnya. Kuatkan para pembangun kota-Ku dengan kata-kata ini.”
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari The City – The  Call oleh Rick Joyner
untuk bahan pemberdayaan team Shalom MDK Batavia

Pasukan

PASUKAN                                 Home
Tiba-tiba saya berdiri di gunung tinggi memperhatikan dataran yang luas. Di depan saya ada suatu pasukan yang sedang berbaris di medan yang luas. Ada 12 divisi di barisan depan yang berdiri tegak di depan pasukan besar yang ada di belakangnya. Divisi-divisi ini dibagi-bagi lagi menjadi regimen, batalion, kelompok dan team. Divisi-divisi bisa dibedakan dari panji-panji mereka, dan regimen-regimen dibedakan dengan warna-warna seragamnya.
Batalion, kelompok, dan team dibedakan dengan benda-benda seperti selempang atau tanda pengikat pundak yang dikenakan oleh masing-masing kelompok. Semuanya mengenakan perlengkapan yang dilapisi perak, perisai yang nampak seperti emas murni, dan senjata dari perak dan emas. Panji-panjinya besar, berukuran antara 10 sampai 13 meter. Sewaktu pasukan berbaris, perlengkapan dan persenjataannya berkilauan berkilaat-kilat kena sinar matahari, dan bunyi kepak panji dan derap kaki mereka bergemuruh. Saya kira bumi belum pernah menyaksikan hal seperti itu sebelumnya.
Pada saat saya cukup dekat untuk melihat wajah-wajah mereka – mereka adalah laki-laki dan perempuan, tua dan muda, dari berbagai suku. Pancaran wajah-wajah yang serius tetapi tidak tegang. Peperangan sedang terjadi, tetapi saya melihat dengan nyata kedamaian ada dalam barisan itu. Tidak ada seorang pun yang punya rasa takut akan pertempuran yang sedang mereka datangi. Atmosfir rohani yang saya rasakan sewaktu mendekat ke mereka begitu luarbiasa seperti penampilan mereka.
Saya melihat seragam mereka. Warna-warnanya cemerlang. Setiap prajurit juga mengenakan lencanna dan medali mereka. Para jenderal dan opsir jajaran tinggi berbaris bersama di posisi masing-masing. Meskipun kelihatan jelas kalau mereka yang dijajaran lebih tinggi yang pegang komando, tidak seorang pun yang terlalu mempedulikan  peringkatnya. Dari opsir yang paling tinggi ke yang paling bawah, mereka sepertinya sahabat-sahabat dekat. Mereka suatu pasukan yang memperhatikan disiplin, tetapi seperti satu keluarga besar.
Sewaktu saya mempelajari mereka, mereka nampaknya tidak mementingkan diri-sendiri – bukan karena mereka tidak punya identitas, tetapi karena mereka semua begitu yakin akan siapa dirinya dan apa yang sedang mereka kerjakan. Mereka tidak dipenuhi oleh keinginan diri-sendiri atau untuk mencari pengakuan. Saya tidak melihat adanya ambisi atau kebanggaan di barisan manapun. Sungguh mengherankan melihat bagaimana mereka begitu unik, juga dalam keharmonisan dan langkah-langkah berbarisnya yang sempurna. Saya percaya di bumi tidak pernah ada pasukan yang seperti mereka.
Kemudian saya melihat di belakang divisi-divisi terdepan itu terdiri dari kelompok lebih besar yang terdiri dari ratusan divisi. Masing-masing dengan jumlah yang berbeda, paling kecil terdiri dari sekitar dua ribuan dan yang paling besar ratusan ribu. Meskipun kelompok ini tidak sejelas dan sewarna-warni yang p-ertama, ini juga pasukan yang luarbiasa karena jumlahnya. Kelompok ini juga punya panji-panji, tetapi tidak sebesar dan semenarik yang ada di kelompok pertama. Mereka semua memakai seragam dan bertingkat-tingkat, tetapi saya heran karena banyak dari mereka yang tidak mempunyai perlengkapan dan persenjataan yang lengkap. Perlengkapan dan persenjataan yang mereka kenakan pun tidak semengkilap dan secemerlang yang ada di kelompok pertama.
Sewaktu saya melihat lebih dekat di barisan ini, saya bisa melihat semuanya punya tekad dan tujuan, tetapi mereka tidak punya fokus yang sama seperti kelompok pertama. Yang ini sepertinya lebih banyak memperhatikan akan peringkatnya dan peringkat orang-orang yang ada di sekitatrnya. Saya merasa inilah yang menghalangi dan mengacaukan fokus mereka. Saya juga merasa adanya ambisi dan kecemburuan di kelompok ini, yang jelas menjadi faktor lain yang membuatn mereka terdistraksi. Juga saya merasa kalau divisi kedua ini masih punya tingkatan lebih tinggi dalam dedikasi dan tujuan dibandingkan pasukan yang ada di bumi. Ini juga merupakan kekuatan dahsyat.
Di belakang pasukan ini ada barisan ketiga yang berbaris sedemikian jauh di belakang dua kelompok barisan yang pertama sehingga saya tidak yakin apa mereka bisa melihat dua kelompok barisan yang ada di depannya. Kelompok ini berkali-kali lipat jumlahnya dibandingkan dengan kelompok pertama dan kedua digabungkan, sepertinya berjumlah ratusan juta. Sewaktu saya mencermatinya dari kejauhan, pasukan ini bergerak ke berbagai arah yang berbeda-beda seperti kumpulan besar burung, menyapu ke satu arah, kemudian berbalik ke arah berikutnya, tidak pernah berlama-lama bergerak lurus. Karena gerakan yang kacau dan tidak teratur dan bisa ditebak ini membuat barisan kelompok ini menyimpang semakin jauh dari dua kelompok pertama.
Sewaktu saya mendekat, saya melihat para prajurit ini mengenakan seragam yang koyak-koyak, kotor dan tidak diseterika. Hampir semuanya berdarah dan luka. Beberapa orang mencoba berbaris, tetapi hampir semuanya hanya sekedar berjalan ke arah semaunya sendiri. Selalu terjadi perkelahian di tengah barisan ini sehingga menyebabkan banyak luka lagi. Beberapa prajurit mencoba mendekat ke panji-panji mereka yang lunglai, yang terserak-terak di barisan mereka. Bahkan, panji-panjinyapun tidak menunjukkan dengaan jelas identitasnya karena mereka senantiasa berpindah dari satu panji ke panji yang lain.
Di pasukan ketiga ini saya heran melihat hanya ada dua peringkat – jenderal dan prajurit saja. Hanya sedikit yang mengenakan perlengkapan, dan saya tidak melihat adanya senjata kecuali senjata mainan yang dibawa-bawa oleh jenderal-jenderalnya. Para jenderal ini memamerkan senjata mainannya, sepertinya menganggap dengan memiliki ini menjadikan mereka opsir yang spesial, meskipun orang-orang di barisan bisa tahu kalau senjata mereka itu senjata mainan. Ini menyedihkan karena jelas mereka yang ada di barisan ini berputus-asa ingin menemukan seorang pemimpin yang sesungguhnya kepada siapa mereka bisa mengikuti perintahnya.
Sepertinya di barisan itu tidak ada yang memiliki ambisi kecuali para jenderalnya. Ini bukan karena mereka tidak-mementingkan diri seperti kelompok pertama, tetapi karena hanya ada sedikit kepedulian. Saya pikir, paling tidak masih ada ambisi di kelompok kedua dibandingkan dengan kebingungan yang ada di kelompok ini. Para jenderalnya sepertinya lebih suka membicarakan diri-sendiri dan berkelahi dengan yang lain, dengan kelompok-kelompok kecil yang dimilki di bawah panjinya. Kemudian saya bisa melihat perkelahian yang terjadi dalam barisan ini yang membuat penyimpangan, perubahan-perubahan arah yang tidak terduga, yang selalu terjadi di kelompok ini.
Sewaktu saya melihat jutaan yang ada di kelompok terakhir ini, saya merasa bahkan dengan jumlah yang besar pun mereka tidak akan benar-benar bisa memberi tambahan kekuatan ke pasukan, tetapi justru akan melemahkannya. Di pertempuran yang sesungguhnya, mereka akan menjadi beban dan bukannya kekuatan. Dengan memberi mereka makan dan perlindungan pun akan memboroskan sumber-sumber yang ada daripada nilai yang bisa bisa berikan sebagai pasukan untuk bertempur. Saya kira prajurit satu di barisan pertama dan kedua akan lebih berharga dibandingkan dengan beberapa jendral di barisan ketiga. Saya tidak bisa mengerti mengapa barisan pertama mengijinkan barisan ketiga ini menyertai mereka. Jelas mereka itu bukan prajurit yang sesungguhnya.
Hikmat Zipora
Saya tiba-tiba ada ada di gunung dimana saya bisa melihat seluruh pasukan yang ada. Waktu saya perhatikan, saya melihat di depan pasukan ada dataran kering dan berdebu, tetapi segera setelah duabelas divisi pertama lewat, tanah menjadi hijau gelap, dengan bayang-bayang pohon-pohon dan buah-buah bergelantungan serta aliran air jernih. Pasukan ini beristirahat. Saya berpikir, sangat berbeda sekali yang akan terjadi jika seandainya pasukan di dunia bisa melewati dataran itu. Mereka akan menjarah habis seluruh dataran yang mereka lewati.
Saya melihat sewaktu divisi kedua melewati dataran yang sama. Mereka meninggalkan jembatan-jembatan dan bangunan, tetapi tanah tidak ditinggalkan sebaik sebelumnya. Rumput-rumput tidak sehijau sebelumnya, aliran-aliran air berlumpur, dan banyak buah yang sudah dipetik.
Saya melihat apa yang terjadi sewaktu kelompok ketiga melewati dataran yang sama. Rumput-tumput kalau tidak hilang ya rusak terinjak-injak masuk ke dalam tanah sehingga tidak terlihat lagi. Beberapa pohon yang tersisa dikuliti. Aliran airnya tercemar. Jembatannya dirobohkan dan tidak bisa dilewati. Bangunan-bangunannya ditinggalkan berantakan. Sepertinya kelompok ini merusak kembali semua apa yang baik yang telah dilakukan oleh kelompok pertama dan kedua. Sewaktu saya melihat hal itu ada kemarahan dalam diri saya.
Saya merasa Hikmat berdiri di samping saya. Dia lama tidak mengatakan apa-apa dan saya merasa kalau Dia juga marah.
Pada akhirnya Dia berkata, “Pementingan-diri sendiri itu merusak. Saya datang untuk memberi hidup, dan hidup yang berkelimpahan. Bahkan meskipun pasukan-Ku telah dewasa, ada banyak yang memanggil nama Saya dan mengikuti mereka yang mengikuti Aku, tetapi mereka tidak mengenal Aku atau hidup di jalan-jalan-Ku. Ini menghancurkan buah mereka yang mengikuti Saya. Karena ini, dunia tidak tahu apa harus memberkati umat-Ku atau mengutuknya.”
Sewaktu Hikmat mengatakan ini, saya merasa ada panas yang besar sekali yang datang dari Dia, terus meningkat sampai begitu menyakitkan sehingga sulit bagi saya untuk konsentrasi dengan apa yang Dia sedang katakan. Bahkan saya tahu kalau saya juga merasakan apa yang Dia rasakan dan itu merupakan bagian penting pesan yang Dia ingin sampaikan kepada saya. Rasa sakit itu gabungan antara gairah akan bumi ini dan pementingan-diri di pasukan tersebut. Kedua perasaan itu begitu kuat yang saya rasakan meskipun hal itu juga melekat ke saya.
Sewaktu kemarahan Tuhan terus meningkat, saya merasa kalau Dia akan menghancurkan seluruh pasukan itu. Kemudian saya ingat bagaimana Tuhan menemui Musa saat dia dalam perjalanannya ke Mesir dalam ketaatannya kepada Tuhan. Tuhan akan membunuh dia sampai isterinya, Zipora, menyunat anaknya. Saya tidak mengerti hal ini sampai sekarang. Karena penyunatan berbicara penghilangan kedagingan, atau hakekat kedagingan, kejadian terhadap Musa itu seperti gambaran profetis akan dosa imam Eli, yang telah membawa kutuk atas dirinya dan membuat Israel dikalahkan karena dia gagal mendisiplinkan anak-anaknya.
Tuhan, bangkitkan orang-orang yang memiliki hikmat Zipora!” teriak saya.
Nyala api terus berlanjut dan ada suatu ketetapan besar yang datang atas saya untuk menemui para pemimpin pasukan yang besar ini dan memberitahu mereka cerita tentang Zipora dan mengatakan setiap orang yang ada di pasukan Tuhan harus disunat hati. Hakekat kedagingannya harus dibuang. Saya tahu jika mereka terus berbaris sebelum ini dilakukan, seluruh pasukan ada dalam bahaya untuk dihancurkan oleh Tuhan sendiri, sama seperti Dia yang hampir membunuh Musa saa dia sedang kembali ke Mesir.
Kemudian saya berdiri di Balai Penghakiman di depan Tahta Pengadilan. Tuhan, yang nampak sebagai Hikmat, kelihatan begitu marah besar dengan perkataan-Nya sangat berbobot.
Kamu sudah melihat beberapa kali pasukan ini d i  hatimu. Para pemimpin yang saya utus sekarang memimpin pasukan ini. Saya mengutusmu ke banyak para pemimpin. Apa yang akan engkau katakan kepada mereka?”
Tuhan, ini pasukan yang sangat besar. Tetapi saya sedih dengan kondisi kelompok ketiga ini. Saya tidak mengerti mengapa mereka masih tetap diijinkan menjadi bagian pasukan-Mu. Saya lebih suka mengatakan sebelum mereka bergerak lebih jauh, pasukan pertama dan kedua harus kembali dan menyingkirkan kelompok ketiga ini. Mereka tidak berbeda dengan gerombolan liar.”
Apa yang kamu lihat hari ini itu akan terjadi di masa depan. Pelayanan-pelayanan yang akan saya lepaskan akan mengumpulkan pasukan ini dan memperlengkapi mereka untuk menjadi seperti apa yang kamu lihat. Pada saat sekarang, hampir semua pasukan Saya ada dalam kondisi kelompok ketiga. Bagaimana Saya bisa minta mereka menyingkirkannya?”
Saya terpaku akan hal ini, meskipun saya tahu kalau saya tidak pernah melihat satu orang pun umat Tuhan yang ada dalam kondisi bahkan untuk kelompok kedua sekalipun.
Tuhan, saya tahu Engkau marah pada kelompok ini. Jika hampir seluruh pasukan-Mu saat ini ada dengan kondisi seperti itu, saya hanya mengucap syukur kalau Engkau tidak memusnahkan kita semua. Saat saya melihat ke kelompok ketiga ini, saya merasa kalau kondisi tercela mereka itu karena kurangnya latihan, diperlengkapi dan visi, dan juga gagalnya memiliki salib yang bisa menyunat hati mereka. Saya percaya saya harus mendatangi mereka dengan pesan tentang Zipora, tetapi mereka juga perlu melatih para sersan dan opsir yang melatih mereka.”
Hikmat melanjutkan, “Ingat akan pasukan yang pertama yang engkau lihat di depan gunung. Mereka juga tidak dipersiapkan untuk pertempuran. Saat pertempuran mulai, mereka yang tidak dipersiapkan akan melarikan diri. Meskipun begitu, banyak yang kembali dengan perlengkapannya dan khayalan mereka diganti dengan kebenaran. Kedua kelompok pertama di pasukan ini juga diubahkan oleh peperangan yang membangunkan mereka ke kondisi yang sesungguhnya. Kemudian mereka akan berteriak kepada-Ku dan Saya akan mengutus para gembala kepada mereka yang sesuai dengan hati Saya.
Semua gembala Saya seperti Raja Daud. Mereka bukan orang upahan yang hanya mencari tempat dan posisi sendiri, tetapi mereka akan menyerahkan hidupnya untuk umat-Ku. Mereka juga tidak takut pada peperangan melawan musuh-musuh-Ku dan murni dalam penyembahannya kepada Saya. Saya segera mengirimkan para gembala ini. Kamu harus kembali ke pesan Zipora. Waktunya akan segera tiba jika mereka tidak menyunat hatinya, Saya tidak akan lagi menghitung mereka bersama umat-Ku. Kamu harus memberi peringatan kepada mereka akan murka-Ku.
Saya juga akan segera mengirim kamu kembali untuk berjalan bersama para nabi yang akan Saya utus seperti Samuel untuk menuangkan minyak atas para gembala sejati-Ku. Banyak dari mereka yang saat ini dianggap yang paling kecil di antara saudaranya, tetapi kamu akan menemukan mereka melayani sebagai gembala yang setia kawanan ternaknya yang sedikit, pekerja yang setia dalam apa pun yang Saya berikan kepadanya untuk dikerjakan. Merekalah orang-orang setia-Ku yang disebut sebagai raja. Merekalah yang akan Saya percayakan otoritas-Ku. Mereka akan menyiapkan umat-Ku untuk memasuki peperangan besar akhir jaman.”
Saya heran dalam hati, jika kita sekarang ada dalam kondisi kelompok ketiga, apa yang harus dilakukan dengan para jenderal yang sama sekali tidak kelihatan sebagai jenderal sesungguhnya?
Tuhan menjawab. “Kamu benar, mereka itu bukan jenderal yang sesungguhnya.” “Saya tidak menunjuk mereka, tetapi mereka menunjuk diri-sendiri. Bahkan, beberapa dari mereka akan diubah dan beberapa dari mereka akan Saya jadikan jenderal yang sebenarnya. Yang lain bisa menjadi opsir yang berguna. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka akan melarikan diri di pertempurannya yang pertama, dan kamu tidak akan melihat mereka kembali.”
Ingat ini: Di waktunya, setiap yang ada di dua kelompok pertama sebagai bagian yang terakhir. Jika kamu menyampaikan pesan Zipora dan mendeklarasikan kalau Saya tidak lagi mentolerir kedagingan umat-Ku, mereka yang benar-benar telah Saya panggil dan bertekad untuk mentaati Saya tidak akan lari dari penyunatan Saya dan tetap berdiri melawan kedagingan sehingga Saya tidak akan memberi penghukuman kepada mereka. Para gembala Saya bertanggung jawab atas kondisi domba Saya. Para jenderal Saya bertanggung jawab atas kondisi pasukan Saya. Mereka yang telah Saya panggil akan melakukan tanggung-jawab ini karena mereka mengasihi Saya, mereka mengasihi umat-Ku, dan mereka mengasihi kebenaran.”
Panglima Balatentara TUHAN
Kemudian saya tidak lagi di Tahta Pengadilan tetapi di gunung memperhatikan pasukan kembali. Hikmat sedang berdiri di samping saya. Dia kelihatan sangat tegas, dan saya tidak lagi merasa sakit dan marah seperti sebelumnya.
Saya sedang mengirim kamu ke mereka yang dipanggil untuk menyiapkan pasukan-Ku dan membimbing mereka. Mereka itu yang telah melakukan pertempuran di atas gunung. Mereka yang telah ketemu dengan pasukan penuduh dan tetap setia. Mereka itu yang telah mencermati umat-Ku dan melindunginya dengan segala resiko hidupnya sendiri. Mereka yang disebut sebagai para pemimpin di pasukan-Ku yang akan melakukan pertempuran besar di akhir jaman dan akan tetap berdiri tanpa takut menghadapi semua kuasa kegelapan.
Seperti yang engkau lihat, pasukan ini sedang berbaris, tetapi ada saatnya mereka akan berkemah. Berkemah itu sama pentingnya dengan berbaris. Ada waktu untuk membuat rencana, latihan, dan mempertajam ketrampilan dan senjata. Juga ada saatnya bagi mereka yang ada di kelompok pertama untuk berjalan di antara kelompok kedua dan para pemimpin kelompok kedua berjalan di antara kelompok ketiga, untuk menemukn siapa-siapa yang bisa dipanggil ke level berikutnya. Lakukan ini sementara engkau bisa karena waktunya sudah mendeka. Wahyu 11:1-2 akan digenapkan, dan mereka yang ingin dipanggil dengan nama-Ku tetapi yang tidak berjalan dengan cara-cara-Ku akan diremukkan di bawah kaki. Sebelum pertempuran akhir yang besar pasukan-Ku harus kudus seperti Saya kudus. Saya akan menyingkirkan mereka yang tidak disunat hati dan para pemimpin yang tidak menjagai kebenaran-Ku. Saat pertempuran akhir berlangsung tidak akan ada lagi kelompok ketiga seperti yang engkau lihat di sini.
Sampai sekarang ini ketika pasukan-Ku berkemah banyak waktu yang diboroskan. Sama seperti Saya hanya memimpin umat-Ku maju dengan tujuan yang jelas, demikian juga saat Saya memanggil pasukan-Ku untuk berkemah,  itu juga dengan suatu maksud. Kekuatan pasukan-Ku yang berbaris akan ditentukan oleh kwalitas kemahnya. Jika tiba waktunya untuk berhenti dan berkemah, itu adalah waktu untuk mengajar jalan-jalan-Ku. Pasukan itu tetap merupakan pasukan, tidak peduli mereka ada di pertempuran atau pun di saat damai. Kalian harus belajar bagaimana berkemah, bagaimana berbaris, dan bagaimana berperang. Kalian tidak akan melakukan satupun dengan baik jika semuanya tidak kalian lakukan dengan baik.
Pasukan-Ku harus siap melakukan hal-hal tersebut di musimnya dan selesai di musimnya. Kalian mungkin mengira sekarang waktunya berbaris, tetapi Saya akan meminta kalian berkemah, karena Saya melihat hal-hal yang tidak kalian lihat; bahkan dalam penglihatan sekali pun. Jika kalian mengikuti Saya, kalian akan selalu melakukan dengan benar di waktu yang tepat, meskipun sepertinya tidak benar menurutmu. Ingat, Saya adalah Panglima Pasukan.
Keputusan suatu pasukan akan ditentukan oleh mobilitas misinya, seberapa bagus mereka dipersiapkan untuk misinya, dan seberapa bagus mereka dipimpin. Pasukan ini akan berbaris membawa misi mulia seperti yang belum pernah diberikan kepada manusia. Meskipun begitu, sedikit umat-Ku yang diperlengkapi untuk misi mereka, dan mereka yang sekarang memipin umat-Ku masih mengikuti keinginannya sendiri. Saya akan membangkitkan para pemimpin yang akan melatih dan memperlengkapi umat-Ku. Mereka akan selalu mengikuti Saya karena Saya adalah Panglima Pasukan.
Banyak pasukan yang mengalami kemenangan maupun kekalahan. Pasukan-Kuyang  telah berbaris berabad-abad juga mengalami banyak kemenangan dan kekalahan. Pasukan-Ku banyak mengalami kekalahan dalam pertempuran karena menyerang musuh tanpa Saya perintahkan. Yang lainnya dikalahkan karena mereka menyerang musuh memakai orang-orang yang tidak terlatih. Hampir semua para pemimpin yang melakukan ini karena mereka menginginkan kemuliaanya sendiri. Seperti Paulus tuliskan dijamannya, ‘Mereka mencari kesenangannya sendiri.’
Para pemimpin yang lain telah memiliki keinginan Saya di hatinya dan dengan tulus mencari kemenangan atas iblis demi nama Saya, tetapi mereka tidak melatih orang-orangnya dengan baik. Mereka tidak berjalan bersama Saya sebagai Hikmat. Yang demikian itu sekarang akan berubah. Saya akan menjadi Panglima Perang. Jangan cemas melihat bagaimana umat-Ku yang sekarang, tetapi ingat akan menjadi apa mereka nantinya. Saya akan membangkitkan para pemimpin yang hanya akan berbaris saat Saya perintahkan. Saat pasukan-Ku mengikuti Saya, mereka akan memenangkan setiap pertempuran. Saat mereka berkemah, mereka akan mengenal hadirat-Ku, dan mereka akan bertumbuh kuat dalam jalan-jalan-Ku.
Kalian akan sampai di waktunya di masa depan ketika melihat pasukan-Ku tepat seperti yang sekarang ini. Di waktu itu, kalian akan merasa kemarahan yang membara di hati Saya. Ketahui bahwa Saya tidak lagi bersama dengan mereka yang seperti kondisi kelompok ketiga. Kemudian Saya akan menghentikan seluruh pasukan sampai mereka yang ada di kelompok itu telah didisiplinkan untuk menjadi pasukan atau dipisahkan. Saya akan mendisiplinkan mereka yang ada di kelompok kedua untuk menyingkirkan ambisi-ambisi jahatnya dan hidup bagi Saya dan Kebenaran Saya. Kemudian pasukan Saya akan bergerak maju, bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk memberi kehidupan. Saya akan ada di tengah-tengah mereka untuk menginjak musuh-musuh Saya di bawah kaki pasukan ini. Saya datang untuk menjadi Panglima Pasukan!”
Disadur bebas oleh Iskak Hutomo dari The Army – The  Call oleh Rick Joyner
untuk bahan pemberdayaan team Shalom MDK Batavia